Pernahkah Anda bertanya-tanya, tentang bagaimana ibu-ibu kita dulu mengatur keuangan mereka? Membiayai sekolah, mencukupi kebutuhan jajan, hingga kebutuhan-kebutuhan (sedikit) mewah kita? Padahal hanya ayah yang bekerja kala itu. Bagaimana cara mengatur keuangan ala ibu-ibu kita agar tetap bertahan, dan tentu, tanpa hutang?
Tips Terbaik dari Para Ibu Jaman Dahulu; Cara Mengatur Keuangan dengan Tepat
Ibu, mungkin bukan seorang perencana keuangan, namun hidup dan pengalaman serta nilai yang mereka miliki, telah membuat mereka memiliki cara mengatur keuangan yang tepat. Bagaimanakah itu? Berikut beberapa nasehat yang pernah saya dengar.
Anda adalah “Pahlawan Terbaik” untuk keuangan Anda sendiri
Jujur, tidak akan pernah sekalipun ada seorang selebriti mengetuk pintu rumah Anda menghantarkan segepok uang untuk membantu keuangan Anda sehari-hari. Jadi, milikilah ilmu dan gunakan ilmu tersebut untuk membiayai hidup Anda.
Sangatlah penting untuk dapat mandiri secara finansial, agar tidak ada seorangpun yang menghalangi kemampuan Anda untuk menghasilkan uang dan kemudian hidup seperti apa yang Anda inginkan.
Buat anggaran untuk semua kebutuhan Anda
Ya, ini adalah hal paling membosankan dan paling malas untuk dilakukan. Tapi inilah salah satu cara mengatur keuangan yang ampuh dan terbaik. Tapi, haruskah kita menulis pengeluaran untuk sepotong gorengan Rp1000,00?
Tentu saja, masukkan itu dalam anggaran jajan dan ngopi Anda. Terdengar sangat menyulitkan dan bukan ide yang menarik, tapi memang itulah yang harus Anda lakukan. Bisa juga Anda coba ide ini. Hitung berapa biasanya Anda jajan, masukkan ke dalam amplop tersendiri, dan hanya jajan dengan uang itu saja.
Jadi, cobalah kumpulkan tagihan-tagihan di bulan lalu, struk belanjaan dari toko, ambil selembar kertas dan beberapa amplop dan mulailah menghitung. Ingat, tidak akan pernah datang seorang selebriti tampan atau pangeran dengan limosine-nya untuk menyelamatkan Anda secara finansial, bila Anda tidak melakukan cara mengatur keuangan yang tepat, maka bisa Anda akan selalu kekurangan uang.
Tips untuk membuat anggaran ada di sini
Bedakan antara “Saya ingin” dan “Saya butuh”
Di antara menariknya tawaran diskon besar-besaran Berrybenka atau Nordstrom, cash back di kafe-kafe tempat kita hangout, ada kebutuhan mendasar lain yang lebih penting seperti makanan bernutrisi, rumah yang nyaman, serta pendidikan berkualitass untuk kita atau anak-anak kita kelak. Jadi, bijaksanalah.
Berhematlah sekarang dan belanjakan nanti
Saya masih ingat bagaimana ibu saya bersabar, mengumpulkan dan mencari tambahan rupiah demi rupiah untuk membeli peralatan dapur yang perlu diganti karena sudah mulai lapuk. Meski ada cara untuk membeli dengan kredit, ibu lebih suka menabung sampai ia mampu untuk membeli barang yang ia kehendaki.
Rasa puas yang tergambar diwajahnya saat barang tersebut tiba di rumah tanpa ia perlu memikirkan tagihan, itu yang sering saya ingat. Menabunglah dan belajakan nanti. Ini tidak hanya tentang bagaimana cara kita hidup, tapi juga tentang harga diri dan kepuasan, baik kita memiliki uang sedikit atau banyak.
Berpikirlah baik-baik sebelum membuat satu keputusan finansial yang besar
Jika Anda sedang merencanakan sesuatu yang besar, baik itu tentang keuangan atau bukan, buatlah sebuah diagram sebab-akibat atau konsekuensi yang mungkin terjadi dari keputusan-keputusan tersebut.
Sekecil apapun keputusan tersebut, seperti mengganti kendaraan roda dua Anda atau sebesar keputusann seperti membuka usaha baru, pikirkanlah, tulis pada sehelai kertas konsekuensi-konsekuensi yang akan Anda hadapi, kemudian pertimbangkan baik-baik. Hal ini akan membantu Anda untuk mengenali emosi seperti harapan atau ketakutan atas keputusan yang Anda ambil tersebut.
Menabunglah lebih banyak dari yang dapat Anda belanjakan
Dulu, ketika saya mendapatkan uang tambahan yang cukup besar, maka ibu akan meminta saya untuk menyimpan 75% dari ke dalam tabungan saya di bank dan 25%-nya untuk keinginan-keinginan saya di luar jajan sehari-hari.
Sisihkan lebih dulu
Sebelum membagi-bagi uang untuk keperluan sehari-hari, sisihkanlah sebagian untuk kebutuhan sosial atau sedekah. Kemudian tabungan dan barulah kebutuhan kita. Ibu saya pernah bilang, bahwa inilah cara kita untuk “menabung pertolongan” kelak saat kita membutuhkan.
Milikilah uang Anda sendiri
Ibu saya menikah di tahun 70an. Jadi, saat itu ayahlah yang keluar rumah dan menjadi satu-satnya sumber keuangan kami. Saya melihat ayah lebih banyak dan lebih leluasa untuk membuat keputusan-keputusan finansial yang menyangkut dirinya. Berbeda dengan ibu; sejauh yang saya ingat, belum pernah sekalipun ibu membeli sebuah barang berharga seperti yang ia inginkan.
Berbeda halnya ketika ibu mulai membuka jahitan di rumah, saat itulah ibu lebih mampu untuk membeli apa yang ia inginkan. Dari sini saya belajar, bahwa menghasilkan dan memiliki uang sendiri adalah lebih baik. Selain itu, tentu saja uang yang dihasilkan bisa menjadi cadangan bagi keuangan keluarga.
Ref: https://www.complaintsboard.com
Baca juga: Yuk, ajari anak kita mengatur uang saku dengan baik