Sampai usia berapa sih, anak masih ngompol? Bagaimana cara mengatasi ngompol pada anak usia 12 tahun? Memang benar ya, anak yang suka ngompol bisa berlanjut hingga usianya menjelang remaja?
Pertanyaan ini muncul ketika saya dan beberapa teman sedang berdiskusi mengenai anak ngompol di salah satu WAG yang saya miliki. Awalnya, ada salah satu teman yang mengeluhkan bahwa anak lelakinya masih saja sering ngompol. Padahal usianya sudah memasuki usia pra-remaja.
“Khawatir banget, anakku masih saja sering ngompol. Ada yang tahu nggak, sih, gimana cara mengatasi ngompol pada anak usia 12 tahun?” keluhnya saat itu.
Meskipun masalah ngompol pada anak sangat umum terjadi, tetapi jika hal ini terus menerus terjadi hingga anak besar tentu saja membuat was-was. Sebab, umumnya kondisi mengompol ini lebih sering dialami anak di usia balita.
Sedangkan, jika kondisi mengompol masih terus berlanjut hingga anak sudah mulai besar, saat anak mencapai usia 10-15 tahun, tentu saja diperlukan monitor lebih lanjut. Cara ini untuk mengevaluasi berbagai kemungkinan yang dapat menyebabkan anak terus mengompol meskipun sudah besar.
Dalam akun Instagram miliknya, dr. Arifianto, Sp.A memberikan informasi yang cukup jelas terkait anak suka mengompol. Termasuk bagaimana cara mengatasi ngompol pada anak usia 12 tahun atau menjelang remaja.
Dijelaskan olehnya mengompol sebenarnya masih dikatakan wajar sampai anak berusia 7 tahun. Meskipun sejak usia 1 tahun sebenarnya anak sudah dapat dibiasakan untuk tidak mengompol lagi.
Bagaimana jika anak-anak di atas 7 tahun hingga remaja masih terus mengompol?
Faktanya, seperti yang dijelaskan dr. Apin, ternyata 1 dari 100 remaja ditemukan masih suka mengompol. Jika hal ini memang terjadi, tentu saja perlu dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui apa sebabnya, sehingga bisa diberikan solusi tepat.
Dokter yang kerap disapa dr. Apin ini menjelaskan bahwa ada beberapa hal yang bisa menyebabkan anak mengompol ini masih dialami anak meskipun usia sudah lebih dari 7 tahun.
1. Gangguan Hormonal, yaitu kekurangan hormon antidiuretik (antidiuretic hormone atau ADH) dapat menyebabkan produksi urin yang berlebih di malam hari, termasuk saat tidur, dan menjadi mengompol.
2. Gangguan di kandung kemih (buli-buli). Kontraksi (gerakan mengencangkan) otot kandung kemih yang berlebihan dapat menyebabkan organ ini tidak bisa menampung volume urin sesuai seharusnya. Akibatnya mudah merasa ingin berkemih dan mengompol saat tak tertahankan.
Sebagian remaja dan dewasa juga ternyata mempunyai ukuran kandung kemih yang relatif lebih kecil dibandingkan orang-orang lain.
3. Genetik atau keturunan. Orangtua yang dulunya mengalami hal serupa dengan anaknya, saat mereka berusia remaja, maka anaknya pun bisa mengalami keluhan sama. Namun gen yang terkait dengan mengompol ini masih terus diteliti.
4. Masalah tidur yang menyebabkan seorang remaja tidur sangat pulasnya, hingga sukar terbangun, meskipun seharusnya ke kamar mandi untuk buang air kecil.
5. Konsumsi kafein, misalnya sering minum kopi, sehingga frekuensi buang air kecil pun meningkat dan menyebabkan enuresis sekunder. Misalnya diabetes, kelainan struktur organ saluran kemih, sembelit (konstipasi), dan infeksi saluran kemih (ISK).
Bagaimana cara mengatasi ngompol pada anak usia 12 tahun atau pada anak-anak usia remaja?
- Batasi anak untuk mengonsumsi air sebelum tidur
- Biasakan dan pastikan anak telah buang air kecil sebelum tidur
- Hindari minuman yang mengandung kafein seperti teh, kopi, termasuk cokelat dan soda, khususnya sebelum tidur
-
Saat bangun tidur di pagi hari, biasakan segera ke kamar mandi untuk buang air kecil. Jika diperlukan, bangunkan anak/remaja 1 kali saja saat tidur malam hari untuk pergi ke kamar mandi.
- Gunakan teknik “imajinasi positif” atau positive imagery, yaitu Parents bisa mengatakan pada anak sebelum tidur bahwa saat terbagun besok pagi, ia akan melihat bahwa kasurnya kering karena sudah tidak mengompol lagi.
- Tak ada salahnya untuk memberikan penghargaan (reward) pada anak jika bangun tidur tidak mengompol, karena sebelumnya ia pun telah berusaha semaksimal mungkin untuk berhenti mengompol.
- Gunakan alarm mengompol untuk membangunkan anak/remaja. Cara kerjanya, alarm tersebut akan menyala ketika kasur mulai basah akibat air seni, dan diharapkan anak segera terbangun untuk mematikan alarm dan pergi ke kamar mandi, sebelum kasur makin basah akibat anak meneruskan mengompol. Alat ini memang belum banyak dikenal masyarakat Indonesia, tetapi dapat dibeli lewat toko online.
Selain beberapa langkah di atas, menurut dr. Apin, kunci keberhasilan yang perlu diketahui oleh orangtua adalah lewat membiasakan diri segera bangun, ketika mulai merasa harus buang air kecil. Atau membiasakan kemampuan menahan keinginan berkemih sampai saatnya bangun tidur.
“Kalau semua cara di atas tidak berhasil, maka obat yang bisa diberikan oleh dokter berupa imipramine atau desmopressine (ADH sintetis yang cara kerjanya menyerupai ADH sesungguhnya). Kelemahan obat-obatan adalah risiko berulangnya keluhan, ketika obat ini dihentikan diberikan pada anak,” tegas dr. Apin lagi.
Semoga bermanfaat.