Resmi menjadi seorang ayah, tentu saja membuat seorang lelaki merasa bahagia. Namun, bagaimana jika pada saat bersamaan ia harus kehilangan istri, ibu dari bayi yang baru saja dilahirkan? Salah satu hal yang dilakukan adalah mencari cara mendapatkan donor ASI untuk memenuhi kebutuhan nutrisi sang bayi, seperti yang dilakukan oleh seorang ayah ini.
Jonas Kahlil Cabanayan, ia merupakan seorang ayah baru yang merayakan ikut merayakan hari ayah pada tanggal 17 Juni lalu. Namun, Kahlil menandai hari ayah petamanya dengan memperlihatkan goresan luka yang begitu mendalam.
Beberapa hari sebelumnya, 11 Juni, sebenarnya adalah salah satu hari penting untuknya. Pada hari tersebut menjadi hari jadi pernikahan pertama Kahlil dan istrinya, Giki. Tak hanya itu, di hari yang sama, Giki pun merayakan hari ulang tahunnya dengan status baru karena dirinya resmi menjadi serang ibu.
Sayangnya, hari bersejarah itu Kahlil tidak bisa merayakannya bersama istrinya. Giki meninggal pada bulan Maret lalu setelah melahirkan seorang putri, anak pertama mereka, yang mereka beri nama Phoebe.
Sejak kepergian sang istri tercinta, Kahlil mengistilahkan apa yang dia harus lalui tak ubahnya seperti ‘sebuah pertempuran sehari-hari’. Kahlil menuliskan betapa beratnya ia menjalani hari-hari seorang diri membesarkan putri tercintanya tanpa didampingi seorang istri.
Namun, sesulit apa pun itu, dalam catatan Facebook miliknya, Kahlil bertekat untuk melakukan yang terbaik dan menjadi ayah yang baik bagi putrinya, Phoebe. Salah satunya dengan menemukan cara mendapatkan donor ASI.
“Meskipun kesulitan, merasa semua berantakan selama menjalani ini, tapi saya memiliki keyakinan bahwa saya akan melakukan yang terbaik untuk menjadi ayah bagi putri saya. Saya belum kehilangan iman saya,” tulisnya.
Seiring dengan semua dukungan dari lingkungan terdekatnya, ditambah lagi dengan kepercayaannya, ia pun merasa bahwa lambat laun bisa membantunya mengatasi rasa kehilangannya.
Cara mendapatkan donor ASI untuk bayi kecil, Phoebe
Kisah Kahlil ini telah menginspirasi banyak orang untuk menawarkan dukungan mereka, termasuk dengan menemukan cara mendapatkan donor ASI untuk si kecil karena ia harus tumbuh tanpa seorang ibu.
Kulkas untuk menyimpan donor ASI pun juga diberikan untuk mereka. Sumbangan dalam bentuk lain ikut berdatangan, seperti pakaian bayi, makanan serta uang tunai. Hal ini semua dilakukan untuk mendukung Kahlil dalam perjalanannya sebagai seorang ayah tunggal, seperti yang sudah diberitakan oleh ABS-CBN News.
Pada titik ini, beberapa dari Anda mungkin akan bertanya-tanya mengapa banyak yang bersedia mendonorkan ASI? Di tengah-tengah gempuran susu formula yang ada di pasaran, mengapa Phoebe membutuhkan donor ASI?
Ya, memang tidak bisa dipungkiri jika saat ini sudah ada banyak pilihan susu formula yang bisa diberikan untuk bayi yang baru lahir. Meskipun begitu, keunggulan ASI tentu saja tidak pernah bisa dibantah dan tergantikan oleh susu formula mana pun.
American Academy of Pediatrics (AAP) juga sudah merekomnedasikan bahwa ASI adalah merupakan nutrisi terbaik untuk bayi. ASI mengandung berbagai nutrisi yang tidak dimiliki oleh susu formula. ASI juga mengandung antibodi alami dan membantu mencegah bayi mengalami sembelit. Hal ini tentu saja bisa menurunkan risiko sindrom kematian bayi mendadak (SIDS) dan membantu meningkatkan kecerdasan si kecil.
Beragam penelitian juga menyebutkan, dengan memberikan ASI dapat mengurangi risiko anak mengalami kelebihan berat badan, menurunkan risiko terkena asma, diabetes, kolesterol tinggi, penyakit Hodgkin, leukemia, dan limfoma.
Terlebih lagi, AAP mengatakan bayi seharusnya hanya mendapat ASI selama enam bulan pertama. Bahkan tetap dilanjutkan setelah MPASI diberikan. Pemberian ASI disarankan terus dilakukan secara terus menerus setidaknya sampai bayi berusia satu tahun atau proses menyapih telah tiba.
Manfaat menyusui juga akan dirasakan untuk sang ibu
Saat ini edukasi akan pentingnya menyusui memang telah jauh berkembang. Orangtua baru sudah lebih ‘melek’ mengenai pentingnya memberikan ASI, serta beragam risiko jika bayi tidak mendapatkan ASI.
Tak hanya untuk pertumbuhan sang bayi, memberikan ASI juga memiliki ragam manfaat untuk sang ibu. Beragam penelitian telah mengungkapkan bahwa memberikan ASI bisa menekan risiko terjadinya kanker payudara dan ovarium, serta penyakit lain seperti diabetes, penyakit jantung, dan osteoporosis.
Namun, dalam beberapa kasus, memang ada kondisi yang membuat seorang Ibu tidak bisa menghasilkan ASI etelah melahirkan. Di sinilah peran donor ASI dibutuhkan. Meskipun begitu, memberikan atau menerima donor ASI tentu saja memiliki syarat yang perlu dipatuhi.
Apalagi jika mengingat saat ini di Indonesia memang belum tersedia Bank ASI seperti di beberapa Negara berkembang lainnya seperti di Singapura. Dikutip dari laman aimi-asi.org, cara mendapatkan donor ASI sebenarnya bukannya tanpa risiko. Oleh karena itulah syarat dan ketentaunnya perlu diperhatikan dengan saksama.
Beberapa metode pemanasan terhadap donor ASI dapat diterapkan untuk meminimalisir risiko penularan berbagai penyakit, yaitu:
- Pasteurisasi Holder. ASI dipanaskan dalam wadah kaca tertutup di suhu 62,5˚C selama 30 menit. Cara ini biasa dilakukan di Bank ASI. Dibutuhkan pengukur suhu dan waktu yang akurat untuk melakukannya.
- Flash Heating. ASI sebanyak 50 ml ditaruh dalam botol kaca/botol selai ukuran sekitar 450 ml terbuka di dalam panci alumunium berukuran 1 L berisi 450 ml air. Kemudian panci dipanaskan di atas kompor sampai air mendidih, matikan, kemudian botol kaca berisi ASI diangkat dan didiamkan sampai suhunya siap untuk diminum bayi.
- Pasteurisasi Pretoria. Panaskan air sebanyak 450 ml di panci alumunium berukuran 1 L sampai mendidih. Matikan kompor. Letakkan botol kaca terbuka yang berisi ASI sebanyak 50ml di dalam panci selama 20 menit. Kemudian angkat dan diamkan sampai suhu ASI siap diminum bayi.
Ketiga cara di atas tetap harus dilakukan, baik itu memberikan donor ASI di rumah maupun yang dilakukan atas indikasi medis di Rumah Sakit
Selain itu, penting bagi orangtua untuk memastikan kalau pendonor ASI tidak mempunyai kebiasaan merokok, mengonsumsi narkoba, kebiasaan minum minuman beralkohol, dan riwayat konsumsi obat untuk penyakit tertentu.
Hal ini perlu dikomunikasikan oleh keluarga bayi yang akan menerima donor ASI. Cara ini ditempuh untuk meminimalkan, risiko kesehatan yang mungkin saja dialami bayi penerima donor ASI.
Artikel ini disadur dari theAsianparent Singapura
Baca juga :
Donor ASI: Syarat, Tahapan, dan Hal yang Harus Parents Perhatikan