‘Cabe-cabean’ bukan fenomena baru. Kecenderungan remaja putri di rentang usia 14 – 19 untuk mendapat uang dengan menjual diri kepada pria hidung belang ini sudah ada sejak era 80-an. Entah darimana istilah cabe-cabean ini muncul, namun istilah ini seolah menunjukkan bahwa mereka ‘baru matang, tapi menantang’.
Pemicu dari perilaku cabe-cabean ini masih terkait dengan lingkungan terdekat, yakni orang tua dan sekolah. Umumnya, mereka yang memilih ‘jalur’ ini, adalah mereka yang iri dengan apa yang dimiliki teman-temannya. Gadget terbaru, busana terkini, dan juga kebiasaan nge-mall sembari menikmati makanan favorit di resto mahal adalah penyebab utama cabe-cabean.
Orang tua pun tak mau sepenuhnya dipersalahkan, karena mereka menganggap bahwa remaja mereka dulu merupakan si kecil yang manis dan penurut. Nah, ini dia tantangan terbesar orang tua, untuk memahami mengapa perubahan pada remaja menjadi tidak terkendali.
Selanjutnya: Pengendalian otak pada remaja yang harus dipahami orang tua, bukan untuk dicela.
Masa remaja adalah di mana perkembangan otak cenderung mendorong respons emosional dibanding rasional. Layaknya mobil, gas melaju cepat, tapi remnya blong! Orang tua kerap marah dan mencela karena di usia dewasa, justru yang terjadi sebaliknya. Berpikir dulu baru bertindak. Ketidakseimbangan antara pengendalian emosi dan rasio ini baru akan berakhir pada pertengahan usia 20-an.
Hal ini membuat orang tua sulit mengendalikan emosi, karena kecenderungan orang tua yang selalu menganggap anak sebagai sosok yang masih kecil dan harus diatur tindak-tanduknya. Ini awal dari perselisihan orang tua dan remaja, yang mungkin tak akan ada habisnya. Kuncinya, orang tua yang harus mengubah cara berkomunikasi. Caranya? Simak halaman selanjutnya.
Boleh tak Rasional, Tapi Pertanggungjawabkan
Marah-marah tak karuan tanpa sebab yang jelas, itu sudah biasa. Beberapa dari kita mungkin cuek, tapi ada pula orang tua yang balik marah. Parahnya, merusak barang karena mereka kesal pun kerap terjadi, dan mereka menganggapnya ‘wajar’.
Mereka pun beralasan sedang kesal! Nah, kalau kita menjawab dengan nada kesal dan marah, jangan berharap mereka akan segera takut dan meminta maaf.
Sebaliknya, lebih baik jangan sakit hati kalau mereka menjawab dengan bentakan, atau malah merusak barang yang lain, atau tindakan apapun yang mereka anggap dapat menghilangkan rasa kesal. Ini juga penyebab remaja lari kepada teman dan mencoba hal-hal negatif seperti merokok, narkoba atau seks bebas.
Rumit, ya? Ini cara terbaik. Balas dengan ucapan sejuk dan tatap mata yang teduh. Cari waktu yang pas buat mereka—bukan buat kita—untuk bicara. Katakan bahwa kesal itu wajar.
Tapi kalau kesal dan merugikan orang lain atau dirinya sendiri, mereka yang harus mengganti kerusakan tersebut. Entah dalam bentuk uang, barang ataupun harga diri. Tentu kita lebih tahu bagaimana cara terbaik untuk menyampaikannya, berdasarkan fakta, contoh konkrit dan dasar agama yang dianut.
Masalahnya, memasuki usia remaja, mereka jadi pendiam dan makin mengurangi frekuensi komunikasi dengan kita. Padahal, mereka menjadi ‘heboh’ dan ‘seru’ dengan teman-teman. Lalu, bagaimana bisa kita memberi nasehat. Simak di halaman selanjutnya.
Sering kan, remaja kita hanya menjawab ‘Tidak’, ‘Tidak tahu’, ‘Tidak ada’ dan parahnya ‘Terserah Aja’. Nah, orang tua mana yang tidak jengkel? Padahal saat teman-teman mereka berkunjung, mereka bercanda dan cekikikan. Tahukah kita, bahwa sebenarnya kita sendiri yang menjadikan mereka demikian?
Sekarang bayangkan saat kita remaja. Bosan kan, kalau orang tua hanya berbicara seputar kesalahan kita, mengkritik, mengajari hal ini dan itu, bahkan mengancam untuk sesuatu yang tidak kita lakukan! Masih ingat juga kan, mengapa kita begitu bersemangat saat menghabiskan waktu bersama teman?
Karena topik yang dibicarakan selalu menyenangkan. Dengan bebasnya kita mengomentari musik terbaru, film terdahsyat, gadget paling anyar, bahkan mengkomentari teman yang kita tidak suka!
Tarik kesimpulan, di halaman berikutnya.
Berbicara hal-hal yang menyenangkan, di saat yang tepat adalah kesimpulan yang bisa kita tarik untuk membuat remaja kita lebih terbuka. Sedih kan, jika kita menyadari bahwa si kecil yang kita timang dengan penuh kasih sayang, harus memilih jalan yang menyesatkan saat ia remaja? Apalagi kalau harus menjadi ‘cabe-cabean’. Duh…jangan sampai ya.. Yuk, sayangi remaja kita dengan benar, sekarang juga!
Suka dengan artikel Cabe-cabean ini? Baca juga artikel menarik lainnya :
Sweetie, Gadis yang Menjerat 1000 Predator Seks Online
Bagaimana Menghindari Remaja dari Bahaya Merokok?