Masing-masing orangtua memiliki standar yang berbeda dalam hal pendidikan seksual terhadap anak. Ada yang berdasarkan agama, ada pula yang berdasarkan ilmu pengetahuan.
Di Indonesia yang mayoritas penduduknya muslim, pendidikan seksual menjadi hal yang tabu, sehingga jarang dibicarakan bahkan berusaha disembunyikan.
Padahal pendidikan seksual sejak dini sangat diperlukan, agar anak tidak mencari informasi yang salah di luar rumah.
Pada tahun 2013, terjadi kehebohan di Jerman, karena sebuah sekolah dasar memberikan sebuah buku pendidikan seksual berisi ilustrasi yang cukup gamblang mengenai hal-hal terkait seperti orgasme, kondom dan alat vital pria wanita.
Hal ini menjadi perbincangan hebat di media, hingga menjadi bahan diskusi di dewan senat Jerman. Terjadi kontroversi mengenai seberapa banyak hal mengenai pendidikan seksual yang dinilai pantas untuk diberikan pada anak.
Politisi, guru, dan orangtua saling berdebat mengenai cara terbaik mengajarkan pendidikan seksual pada anak.
Buku yang menjadi sumber kontroversi ini berjudul Wo kommst du her? (Darimana Kau Datang?) yang mengajarkan pendidikan seksual ini adalah beberapa gambar yang ada dalam buku tersebut, seperti dilansir dari situs theatlantic.com.
Politisi konservatif memihak para orangtua yang protes terhadap penggunaan buku tersebut di sekolah dasar. Mereka menyatakan bahwa buku tersebut tidak terlalu perlu diberikan pada anak-anak.
Yang menjadi pertanyaan, seberapa banyak kita bisa memberikan gambaran pada anak mengenai anatomi tubuh mereka, serta organ seksual mereka?
Sebuah studi aktual menemukan bahwa imajinasi anak usia enam tahun kurang lebih sama dengan buku Wo kommst du her? hanya kurang akurat secara anatomi. Berikut adalah gambarnya.
Gambar tersebut berdasarkan penelitian yang dilakukan pada tahun 2012 di Belanda, Amerika Serikat, Inggris, dan Swedia. Mereka meminta anak-anak membuat gambar yang menjelaskan darimana bayi berasal.
Gambar hitam putih di atas dibuat oleh seorang anak di Belanda, gambarnya paling mendekati kebenaran dibanding anak lainnya.
Seorang anak dari Amerika yang mengikuti studi ini mengatakan, “Saya pikir bayi dibuat oleh ayah dan ibu, tapi saya tidak yakin bagaimana caranya. Mungkin mereka melakukannya saat mereka menghabiskan waktu bersama yang istimewa.”
Para peneliti dalam studi ini menyimpulkan, bahwa kemungkinan anak-anak mengerti konsep datangnya bayi sejak dini sangat bisa terjadi.
Mereka juga berargumen bahwa di negara seperti Swedia dan Belanda di mana keterbukaan seksual sangat tinggi, tingkat penggunaan alat kontrasepsi meningkat dan ada penurunan terhadap tingkat aborsi, kehamilan pada remaja, dan juga ibu muda.
Penerbit dari buku yang membuat geger di Jerman itu telah merevisi bukunya dengan judul War ich auch in Mamas Bauch? (Apakah Saya Pernah Berada di Tubuh Ibu?). Teks dan ilustrasinya mengalami revisi besar-besaran.
Perubahan terbesar dari edisi revisi buku tersebut adalah, nama tokoh yang awalnya Lisa dan Lars menjadi Mama dan Papa, serta penggunaan kondom tidak lagi menjadi isu yang dibicarakan.
Meski edisi revisi tersebut masih tetap mengungkapkan tentang persamaan dan seks dengan pembuatan bayi. Setidaknya revisi tersebut memuat beberapa perubahan yang lebih romantis, dengan gambar hati dan ciuman hidung ala orang eskimo.
Bagaimana menurut pendapat Anda, parents? Sejauh mana kita akan mengajari anak kita yang masih SD tentang pendidikan seksual?
Baca juga:
Mengenalkan Pendidikan Seks bagi Anak dari Usia ke Usia
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.