Penyakit bronkiolitis pada anak biasanya terjadi ketika paru-paru terinfeksi oleh virus pernapasan syncytial (RSV). Saat paru-paru teinfeksi, pembengkakan dan produksi lendir di saluran pernapasan kecil paru-paru anak akan terjadi.
Infeksi ini paling sering terjadi saat musim dingin dan biasanya menyerang anak-anak di bawah usia 2 tahun.
Anak keempat Zaskia Adya Mecca, yakni Bhre Kata sempat mengalami bronkiolitis. Hal ini diungkapkan Zaskia beberapa waktu lalu dalam laman instagramnya @zaskiadyamecca.
Artikel terkait: Zaskia Mecca ungkap perkembangan Bhre Kata paling beda, kenapa ya?
Meski tak menjelaskan secara rinci mengenai bronkiolitis yang dialami Bhre Kata (12 bulan), ia sempat mengunggah instagram story mengenai kondisi si kecil Bhre.
“Cian mukanya cemong merah beruntusan.. Btw td kata dokter Bhre itu Bronkiolitis.. Apakah itu? Googling yes,” tulis Zaskia dalam keterangan instagram story-nya.
Seperti yang terlihat dalam foto, Bhre memang memiliki bintik-bintik atau bruntusan merah di kedua pipinya.
Bintik-bintik merah ini bisa menjadi salah satu gejala saat penyakit bronkiolitis pada anak menyerang. Tapi jangan salah, karena ada gejala lainnya yang lebih spesifik.
Tanda dan gejala spesifik penyakit bronkiolitis pada anak
Beberapa gejala spesifik yang biasanya dialami penderita bronkiolitis pada anak:
- Bayi mengalami pilek dan atau hidung tersumbat,
- Batuk ringan,
- Kemungkinan demam 38ºC atau lebih, selama beberapa hari kedepan,
- Batuk memburuk dan menjadi lebih persisten
- Mengi, atau nafas berbunyi
- kesulitan bernadas, termasuk jeda yang lebih dari 15 hingga 20 detik di sela-sela nafas.
Kesulitan bernafas dapat menyebabkan kesulitan makan, yang dapat menyebabkan dehidrasi. Batuk dapat berlangsung selama dua minggu atau lebih dan mengi biasanya berlangsung sekitar satu minggu.
Artikel terkait: Penyebab paru-paru basah pada anak dan cara mencegahnya
Penyebab penyakit bronkiolitis pada anak
Bronkiolitis biasanya menyebar dari sekresi dari orang lain yang menderita RSV, baik bayi lain dengan bronchiolitis atau orang dewasa yang mungkin saja masuk angin.
RSV mempengaruhi hampir setiap anak pada usia 2 atau 3 tahun, tetapi virus lain seperti influenza dan adenovirus terkadang juga menyebabkan bronchiolitis.
Bayi yang berusia 2 hingga 12 bulan adalah yang paling mungkin mengalami bronkiolitis. Meskipun anak-anak yang lebih besar juga dapat terinfeksi RSV, mereka biasanya tidak mengalami bronkiolitis dan gejalanya mirip dengan flu biasa, seperti pilek, mengi, dan batuk ringan.
Faktor risiko penyakit bronkiolitis pada anak
Faktor-faktor tertentu dapat meningkatkan kemungkinan anak Anda mengalami bronkiolitis atau mengembangkan kasus yang parah. Faktor-faktor risiko ini termasuk:
- Umur: Bayi di bawah usia 3 bulan sangat beresiko karena sistem kekebalan dan paru-paru mereka masih berkembang.
- Lahir prematur
- Paparan orang banyak dan / atau anak-anak lain di tempat penitipan anak; saudara seusia sekolah yang mungkin sakit
- Sistem kekebalan tubuh terganggu
- Tidak disusui, karena ASI memberikan kekebalan terhadap penyakit
- Kondisi yang mendasarinya seperti paru-paru atau penyakit jantung, terutama pada bayi di bawah usia 1 tahun
- Pernah terpapar asap tembakau
Mengobati penyakit Bronkolitis pada anak
Tidak ada pengobatan khusus untuk RSV atau virus lain yang menyebabkan bronchiolitis. Antibiotik tidak membantu karena mereka mengobati penyakit yang disebabkan oleh bakteri, bukan virus.
Namun, Parents dapat mencoba meringankan gejala pada si kecil agar tidak semakin parah, seperti meredakan pilek dan demamnya.
Beberapa anak akan membaik setelah menggunakan Nebulizer albuterol. Pastikan juga si kecil terus terhidrasi, agar tidak kekurangan cairan.
Perlu diingat, jangan menggunakan obat tetes tanpa resep dari dokter ya, Parents. Segera periksakan ke dokter bila si kecil tak kunjung membaik.