Orang zaman dahulu bilang kalau bintitan pada anak terjadi karena anak mengintip orang yang sedang mandi. Tentu saja, hal tersebut hanyalah mitos belaka, ya, parents!
Bintitan bisa terjadi karena adanya infeksi di area bulu mata anak, sehingga menyebabkan bengkak dan muncul nanah. Bagian bulu mata yang tidak terjaga kebersihannya membuat anak mengalami bintitan. Umumnya, infeksi ini disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus.
Patut Parents ketahui, bintitan memiliki dua jenis, bahasa kedokterannya adalah Hordeolum Eksternum dan Hordeolum Internum. Pada Hordeolum Eksternum, lokasi bintitan biasanya terjadi di luar mata dekat dengan pangkal bulu mata.
Sedangkan, pada Hordeolum Internum, bintitan terjadi di bagian dalam kelopak mata dan membuat seolah ada yang mengganjal di area tersebut.
Artikel terkait: Fenomena Warna Mata Anak Indonesia yang Unik dan Mengagumkan, Apa Penyebabnya?
Bagaimana mengatasi bintitan pada mata anak?
Bintitan bukanlah termasuk penyakit yang berat. Ia akan sembuh dengan sendirinya dalam rentang 2-7 hari.
Akan tetapi, Anda bisa melakukan beragam cara berikut ini untuk membantu mempercepat proses penyembuhannya:
- Kompres mata anak yang terkena bintitan dengan air hangat
- Sambil dikompres, lakukan pijatan ringan untuk membantu mengurangi bengkak
- Jangan mencoba memecahkan nanah sendiri untuk mencegah komplikasi
- Jika Anda menggunakan bedak wajah untuk anak, perhatikan penyimpanan dan tanggal kadaluarsanya agar tidak kembali menimbulkan infeksi
- Jaga kebersihan tangan anak. Jangan biarkan ia menggosok mata dengan tangan yang kotor
Kapan harus membawa anak ke dokter jika bintitan pada matanya tidak juga sembuh?
Meskipun bintitan pada anak biasanya akan sembuh dengan sendirinya, tetapi Anda harus tetap waspada. Bawalah anak untuk menemui dokter jika terdapat gejala berikut ini:
- Anak mengeluh sakit kepala
- Terjadi demam
- Anak kehilangan nafsu makan
- Merah dan bengkak menghilang namun benjolan tetap ada dan mengeras
Jika gejala yang terakhir muncul, bisa jadi diperlukan prosedur bedah ringan atau insisi untuk mengeluarkan nanah agar tidak kambuh lagi di kemudian hari.
Artikel terkait: Mata Anak Hampir Buta Karena Mainan Fidget Spinner, Peringatan Bagi Orangtua
Orangtua harus selalu waspada dengan bintitan
Bintitan pada anak bukanlah penyakit berat yang membutuhkan penanganan khusus. Sebab, umumnya bintitan akan hilang dalam rentang waktu 2 hingga 7 hari. Meskipun bisa sembuh dengan sendirinya, Anda tetap harus waspada jika menemukan berbagai gejala yang telah disebutkan sebelumnya, serta mungkin harus segera ditangani.
Nah, untuk gejala yang timbul seperti anak mengeluh sakit kepala saat mengalami bintitan, hal ini adalah salah satu hal yang bisa saja timbul karena bintitan yang terjadi pada mata anak akan tersalurkan menuju otak. Lalu, Parents juga harus mewaspadai jika anak mengalami demam tinggi yang berkepanjangan.
Selain itu, waspadalah saat anak mulai kehilangan nafsu makan karena bintitan ini bisa berarti bertambah parah, sehingga anak merasa tidak nyaman dan berpengaruh terhadap nafsu makannya yang menurun. Apabila mata anak sudah merah, bengkak dan benjolan tetap ada dan mengeras Anda harus segera membawa anak ke dokter.
Jika diperlukan anak akan membutuhkan prosedur bedah ringan atau inisisi untuk mengeluarkan nanah agar tidak kambuh lagi di kemudian hari. Namun, ini harus berdasarkan rekomendasi dokter atau pihak medis.
Artikel terkait: Hindari Kerusakan Mata Anak Sejak Dini, Ikuti 6 Tips Kesehatan Mata Berikut
Perlu diingat juga, sebaiknya saat anak mengalami bintitan, segeralah untuk mengatasinya dengan mengompres menggunakan air hangat. Apabila mata yang bintitan masih juga tidak menunjukkan perubahan, Anda harus waspada jika mungkin dibutuhkan prosedur operasi.
Hal yang paling penting adalah selalu perhatikan perkembangan mata anak saat mengalami bintitan. Apabila terjadi pembengkakan pada area mata, sebaiknya segera periksakan ke dokter terdekat untuk mendapatkan penanganan khusus.
Demikianlah informasi seputar kondisi bintitan pada anak. Semoga bermanfaat bagi Parents semua, ya.
Referensi: raisingchildren.net.au
Baca juga: