Di tangan seorang Kaycie Morwood, pakaian bekas bisa menjadi ladang usaha yang menggiurkan. Ide tersebut bermula saat ia memutuskan menjual pakaian yang tidak dipakainya lagi secara online hingga ia berhasil mengumpulkan biaya pernikahan impiannya.
Jual Pakaian Bekas, Wanita ini Bisa Bayar Biaya Pernikahan Sendiri
Ide berjualan pakaian bekas ini bermula sebelum ia masuk kuliah. Secara iseng ia mulai berjualan pakaian bekasnya sendiri dan ternyata ia mendapatkan respon yang baik hingga bisa menghasilkan 200 dolar AS.
“Aku pikir mungkin aku bisa menghasilkan 200 dolar AS sebelum kuliah dan memiliki sedikit uang setidaknya untuk pergi keluar dengan teman-teman aku,” ujar Kaycie
Bahkan Kaycie tak menyangka bahwa ide jualan pakaian bekas miliknya bisa berkembang seperti sekarang “Aku tidak pernah berpikir itu akan berkembang menjadi seperti ini.” ungkap Kaycie
Dari hasilnya berjualan pakaian bekas, ditahun pertamanya Kaycie sudah berhasil meraup untung sebesar 467 dolar AS atau sekitar (Rp6,9 juta) dengan menggunakan Poshmark.
Namun saat ia mulai membeli pakaian dan menjualnya kembali, jumlahnya meningkat berkali kali lipat hingga mencapai 23.600 dolar AS (Rp351 juta).
Dari keuntungan penjualannya yang memuaskan, perempuan 23 tahun ini bisa dengan mudah menyelenggarakan pernikahan yang diimpikannya.
“Aku bisa melunasi semua biaya pernikahan kami dengan dana yang aku siapkan,” ujar Kaycie dikutip dari The Post.
“Jadi aku menggunakan semua uang itu untuk membayar pernikahan.”
Kaycie menikah di Vista, California, di depan 120 teman dan keluarga pada Agustus 2021 lalu yang biaya pernikahan sebesar 17 ribu dolar AS (Rp253 juta) didapat dari keuntungan Poshmark-nya.
“Aku masih punya sedikit sisa (uang),” katanya. “Semua yang aku hasilkan sekarang kami sewakan dan bahkan hal-hal menyenangkan seperti liburan”.
Wanita ini Beli Gaun Pengantin dari Thrift Store dengan Harga Murah
Setali tiga uang dengan Kaycie Morwood, seorang guru di Los Angeles yang bernama Courtney Soberal juga mempunyai pengalaman yang serupa. Ia pernah membeli sebuah gaun dari thrift stores, lalu menjualnya di Poshmark dan mendapatkan keuntungan sekitar 10 ribu dolar AS.
Keuntungan penjualan gaun bekas tersebut digunakan Courtney untuk membiayai pernikahan impiannya di Hawaii khususnya membeli gaun pengantin dan rok untuk pesta pengantinnya.
“Gaunku adalah gaun tanpa tali, model putri duyung, awalnya 1.200 dolar AS dan aku membelinya seharga 200 dolar AS,” ungkap Soberal.
Tak hanya itu, ia juga menyebutkan perihal gaun bridesmaid yang juga didapatnya dengan harga murah.
“Gaun bridesmaid aku adalah merek butik dan masing-masing seharga 70 dolar AS dan gaun the flower girl juga dari butik dan keduanya seharga 40 dolar AS.”
Meskipun begitu, ada barang barang bekas yang sulit dilepaskannya untuk dijual. Barang tersebut ialah pakaian bayi dari anakanya yang sudah besar.
“(Aku merasa sulit berpisah dengan) pakaian bayi putriku yang sudah besar,” katanya.
Ia mengaku cukup sentimental mengenai hal tersebut, namun ia bisa mengatasi hal tersebut karena ia memikirkan bahwa hasil penjualan baju bekas anaknya yang masih layak itu, digunakan untuk membiayai pendidikannya kelak.
“Tetapi aku bisa mengatasi perasaan sentimental mengetahui bahwa uang dari penjualan pakaiannya akan digunakan untuk dana kuliahnya,” sambungnya.
Sementara itu, tak jauh berbeda dengan di tanah air, berbelanja pakaian thrifting juga populer di Amerika Serikat khusunya pada pada awal 2010-an.
Hal ini salah satunya karena adanya anggapan bahwa orang yang biasa berbelanja di thrift shop adalah orang yang peduli pada lingkungan karena menggunakan lebih sedikit sumber daya alam dan mengurangi kerusakan lingkungan dibandingkan dengan membeli barang baru.
Pengalaman berbisnis pakaian thrifting dari Kaycie Morwood dan Courtney Soberal ini tak hanya cukup menggiurkan namun juga bisa membantu keduanya merencanakan biaya pernikahan sesuai yang diinginkan.
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.