“Jadi orangtua, apakah saya akan sanggup menjalani tanggung jawab ini? Bagaimana jika saya tidak bisa memenuhi kebutuhan anak saya? Saya merasa belum siap menjadi orangtua,” papar Lembayung, perempuan yang sebentar lagi akan menyandang status ibu.
Keraguan atau kekhawatiran untuk menjadi orangtua, tentu bisa dirasakan oleh siapa pun juga. Termasuk ibu hamil seperti Lembayung. Bahkan, kekawatiran ini pun kerap dialami oleh Bunda atau pun Ayah yang sudah memiliki anak usia balita.
Menjalankan peran sebagai orangtua, memang tidak mudah dan melelahkan. Apalagi, mengingat tanggung jawab teradap anak begitu besar. Seakan tidak bisa diukur oleh apa pun. Hal inilah yang kemudian bisa memunculkan rasa was-was, dan mempertanyakan diri sendiri, ‘Apakah saya sanggup menjadi orangtua yang baik untuk anak-anak?”
Hal ini pula lah yang akhirnya membuat para orangtua fokus, menghabiskan waktu hanya untuk mengurus anak dan keluarga, dan lupa meluangkan waktu untuk diri sendiri.
Belum lagi jika Parents termasuk sandwich generation. Harus merawat orangtua dan mertua yang sudah tak lagi muda. Bila sudah kelimpungan dengan segala tanggung jawab ini, rasanya ingin sekali menghilang sejenak dan terlepas dari semua peran tersebut.
Artikel terkait: Putra bungsu Anji terluka parah hingga harus operasi, ini kronologinya
Mengapa ada perasaan belum siap menjadi orangtua?
Perasaan belum siap jadi orangtua sebenarnya memang wajar. Namun sebaiknya perasaan atau situasi saat kita merasa tidak siap dan kesulitan ini frekuensinya lebih sedikit dibanding dengan situasi saat kita sanggup menjalankannya.
Hal inilah yang dikatakan oleh psikolog sekaligus pendidik, Najelaa Shihab. Sebagai seorang ibu dan juga anak, Najelaa sendiri pun menyadari multiperan ini tidak mudah untuk dilakukan.
Najelaa mengungkapkan alasan mengapa kia merasa belum siap menjadi orangtua. Hal ini dikarena Parents menjalankan multiperan, tidak hanya sebagai seorang ibu atau ayah, tapi juga menjadi seorang menantu, anak, kakak, individu, teman, atau pun peran lainnya.
“Kita semua multiperan. Pada saat Anda jadi ibu atau jadi ayah, Anda sesungguhnya tetap menjalankan beragam peran. Tetap jadi ipar, tetap jadi menantu, tetap jadi teman, tetap jadi seseorang yang bekerja dan berkarya di kantor, di luar rumah, atau di berbagai rumah sakit yang menuntut kita melakukan tugas-tugas sukarela,” ucap Najelaa.
Artikel terkait: Psikolog: Orangtua jangan fokus jadi ‘teman baik’ anak, bisa berdampak buruk!
Agar multiperan ini tidak memudarkan kesiapan menjadi orangtua, Najelaa mengingatkan untuk menyeimbangkan berbagai peran tersebut sepanjang perjalanan hidup.
Apabila, Parents masih merasa peran sebagai teman mulai menghilang, artinya sudah jarang meluangkan waktu untuk bersenang-senang, ini merupakan alarm untuk memenuhi kebutuhan yang belum terpenuhi.
“Nah, kalau masalahnya sekarang adalah Anda merasa kehilangan peran sebagai teman, atau kehilangan kesempatan untuk kemudian menjalankan kegiaatan-kegiatan yang menyenangkan, maka anggap ini sebagai alarm dari dalam diri bahwa ada kebutuhan-kebutuhan Anda yang belum terpenuhi,” terang Najelaa.
Artikel terkait: Anaknya baru 9 bulan, Raisa dan Hamish sudah tentukan pola asuh untuk Zalina
Tips menghilangkan perasaan belum siap menjadi orangtua
Beberapa hal yang bisa Parents lakukan, Najelaa menyarankan untuk meluangkan waktu yang lebih intens lagi dengan teman-teman.
“Coba luangkan waktu untuk lebih intens berkomunikasi dengan teman-teman, yang selama ini mungkin kurang mendapatkan perhatian dari diri kita sendiri.
Nah, coba lihat lagi, apakah ada peran-peran lain yang juga selama ini Anda tinggalkan atau kurang Anda rawat karena terlalu mencurahkan perhatian pada peran sebagai ibu, terlalu sibuk dengan peran kita untuk anak-anak kita,” ungkap Najelaa.
Jangan sampai perasaan ini menjadi kendala dalam mengurus anak
Akan selalu ada masanya di mana perasaan belum siap menjadi orangtua akan Parents rasakan. Menghadapi perasaan ini pun tidak mudah. Namun, Najelaa mengingatkan agar tidak mudah berpikir kalau peran sebagai orangtua harus disingkirkan.
“Menyeimbangkan peran memang tidak mudah. Tapi, jangan sampai Anda kemudian berkesimpulan bahwa peran sebagai orangtualah yang seharusnya dikebelakangkan. Karena kebutuhan anak adalah kebutuhan yang sering kali tidak bisa ditunda lagi,” terag Najelaa.
Percayalah kalau perasaan ini akan hilang dengan sendirinya, apalagi kalau Parents sudah sebaik mungkin menjalankan multiperan yang seimbang.
Bila ada peran-peran yang terpaksa tertunda karena urusan anak, bersabarlah karena nanti akan ada saatnya kita bisa menyeimbangkan hal itu dengan baik.
“Sementara kalau ada peran-peran kita yang terpaksa harus tertunda hari ini atau tahun ini. Misalnya, harus menunda bekerja penuh waktu, insyaAllah selalu ada kesempatan kita untuk kembali mendapatkan peran itu dan menjalankannya dengan porsi yang lebih, seiring dengan perkembangan anak dan perkembangan keluarga,” tutup Najelaa.
Jadi, yuk kita belajar menyeimbangkan peran seiring perkembangan anak dan perkembangan keluarga.
***
Referensi: Instagram @keluargakita