Sistem pendidikan di Indonesia, di urutan terbawah
Artikel 20 Best Education Systems In The World yang ditulis MBCTimes bulan Pebruari lalu cukup mengejutkan kita, karena sistem pendidikan di Indonesia disebutkan sebagai yang terburuk di dalam daftar mereka.
Di dalam artikel ini, dijelaskan bahwa sebuah tim yang disebut “Pearson group” selalu melakukan penilaian secara berkala terhadap sistem pendidikan di berbagai negara.
Pada penilaian tahun 2015-2016, 4 urutan teratas ditempati oleh negara-negara Asia, yaitu Korea Selatan di urutan pertama, Jepang ke-2, Singapura ke-3, dan Hong Kong ke-4.
Sedangkan Finlandia, menempati urutan ke-5 walaupun pada penelitian sebelumnya di tahun 2012 menempati urutan pertama.
Yang menyedihkan adalah, sistem pendidikan di Indonesia disebutkan kembali menempati urutan terakhir pada 40 negara yang mereka amati, di bawah Mexico di urutan ke-39 dan Brazil di urutan ke-38!
“Developing countries populate the lower half of the Index, with Indonesia again ranking last of the 40 nations covered, preceded by Mexico (39th) and Brazil (38th).”
Sistem pendidikan Korea Selatan, berhasil tapi…
Mari kita intip sistem pendidikan di Korea Selatan.
Sistem pendidikan mereka dianggap terbaik karena berhasil mencapai tingkat literasi 100%. Begitu pula dalam tes analisa dan berpikir kritis, Korsel menempati urutan atas.
Namun setiap koin memiliki 2 sisi. Di balik kesuksesan ini, ada pula hal-hal negatif yang mungkin tidak kita setujui.
Di Korea Selatan, siswa mengalami banyak tekanan dalam belajar. Mereka belajar sepanjang tahun tanpa ada liburan yang panjang.
Selain itu, budaya mereka membuat tekanan datang dari siswa lainnya. Budaya ingin berprestasi menonjol bahkan terlihat sejak pendidikan usia dini.
Sisi positifnya, mereka berprinsip bahwa bakat tidaklah penting. Budaya mereka menekankan bahwa asalkan siswa bekerja keras dan rajin, mereka akan menjadi pandai, dan tak ada alasan untuk gagal.
Kelas di Korsel menampung banyak murid. Ini bertentangan dengan konsep Barat yaitu sebaiknya kelas hanya diisi sedikit murid.
Namun, Korsel berprinsip bahwa guru memimpin kelas itu sebagai sebuah komunitas. Dengan jumlah murid yang banyak, siswa dilatih untuk lebih bersosialisasi di dalam komunitas tersebut.
Lalu bagaimana dengan sistem pendidikan di Finlandia?
Walaupun menurut penilaian Pearson Group negara Finlandia tidak lagi menempati urutan teratas, masih banyak yang menganggap bahwa sistem pendidikan Finlandia tetap yang terbaik.
Mengapa Finlandia dianggap terbaik? Ada beberapa hal yang sangat berbeda dengan sistem pendidikan di Indonesia:
1. Jam belajar di kelas sangat pendek
Kita belajar 6-8 jam per hari di sekolah, ditambah lagi jam membuat PR di rumah yang bisa menghabiskan waktu 30 menit serta 1-2 jam untuk belajar bila ada ulangan di esok harinya.
Sedangkan Finlandia, setiap harinya mereka hanya belajar 3-4 jam di sekolah. Guru Finlandia hanya mengajar 600 jam per tahun.
Siswa banyak belajar di luar kelas melalui ekstrakurikuler.
2. Fleksibel sesuai minat
Sistem pendidikan di Finlandia menekankan minat setiap siswa. Sepertiga pelajaran di SMA adalah pelajaran pilihan siswa.
3. Belajar kombinasi beberapa pelajaran sekaligus
Di tahun 2015 Finlandia melakukan perubahan dalam kurikulum mereka. Padahal, saat itu mereka sudah menempati posisi teratas.
Alasan perubahan itu adalah dunia selalu berubah, sehingga dunia pendidikan pun harus fleksibel mengikuti kebutuhan lingkungan.
Mereka diharapkan menjadi pribadi yang siap bekerja di kemudian hari. Mereka tidak melulu belajar setiap mata pelajaran secara terpisah, tetapi mempelajarinya sebagai suatu kombinasi pelajaran.
Finlandia berprinsip bahwa mahir dalam 1 bidang saja tidak akan membuat siswa sukses, dan tidak akan mengubah dunia.
Contohnya, ketika belajar tentang Uni Eropa, mereka sekaligus mempelajari sejarah dan ekonomi.
Kombinasi ini dapat diatur sendiri oleh setiap guru. Bisa saja, suatu hari mereka belajar “Cara mengelola cafe”, yang berisi kombinasi pelajaran matematika, ekonomi, bahasa asing untuk melayani pelanggan, ditambah pengalaman yang berbeda dari gaya belajar formal.
3. Belajar tanpa stres
Budaya belajar tanpa stres mewarnai sistem pendidikan di Finlandia. Tidak banyak PR dan ujian yang diberikan.
4. Kualitas guru yang baik
Hanya sekitar 1 dari 10 pelamar yang berhasil diterima menjadi guru. Pada tahun 1970an, 80% akademi guru ditutup, sehingga hanya yang terbaiklah yang ada hingga sekarang.
Bagaimana dengan Indonesia? Jangankan guru, buku-buku pelajaran pun banyak yang tidak berkualitas, tetapi lolos dari pengawasan negara.
Kita masih ingat kasus buku pelajaran SD yang vulgar di bawah ini bukan?
Buku pelajaran SD yang bermuatan vulgar, foto: Kompas
Dari sisi kualitas guru pun, Indonesia masih jauh tertinggal. Berapa banyak di antara guru yang bisa menggunakan EYD dan bahasa Indonesia dengan baik dan benar?
5. Mengutamakan kolaborasi siswa
Tata ruang kelas mereka tidaklah menggunakan meja-meja yang berjejer menghadap ke depan, namun melingkar agar siswa bisa saling melihat teman lainnya.
Murid diharapkan untuk aktif berkomunikasi, tidak pasif mendengarkan guru dan menunggu ditanya oleh guru.
Kemampuan berkomunikasi dan bersosialisasi mereka dibina sejak awal.
Parents, itulah perbedaan sistem pendidikan di Indonesia dengan 2 negara yang dianggap sukses menerapkan sistem edukasinya masing-masing.
Semoga, ulasan ini dapat menambah wawasan kita semua.
Baca juga artikel menarik lainnya:
Daftar SMP Terbaik di Indonesia Versi Kemendikbud 2015
Daftar SMU Terbaik di Indonesia Versi Kemendikbud 2015
SD Terbaik di Wilayah Jakarta Berdasarkan Akreditasi BAN-SN
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.