Penyebaran virus COVID-19 mengubah dinamika kehidupan semua orang, tak terkecuali ibu hamil cemas dengan kondisi janinnya. Belum lama ini, Mona Ratuliu berbagi pengalaman agar bebas stres saat hamil jelang usia kehamilannya yang menginjak delapan bulan.
Kehamilan Mona Ratuliu, “Semuanya diawali dengan candaan”
Diakui Mona dan sang suami, amil anak ke-4 membuat terkejut. Bahkan Indra mengakui sebenarnya tidak melakukan program hamil karena tidak tega melihat sang istri yang terus terlihat kelelahan pada kehamilan sebelumnya.
Sebagai suami, Indra mengaku harus kembali belajar menjadi seorang bapak yang mempunyai bayi. Sebab, terakhir kali istrinya hamil sekitar 8 tahun yang lalu.
“Cukup PR juga buat kita untuk meng-upgrade, karena bedanya sama anak yang ke-3 itu lumayan jauh 8 tahun, apalagi sama anak yang pertama, itu bedanya 17 tahun. Jadi, lumayan. Mau enggak mau kita harus upgrade sebagai orangtua, sih,” ungkap Indra beberapa waktu lalu.
Namun, siapa sangka, kehamilan ini rupanya berawal dari candaan perihal tambah anak.
“Nah, kemarin memang buat bercanda. Kita bilang berdua, ‘wah, kayaknya tiga ini kurang, nih, sudahan mulai sepi’,” tutur Indra.
Pasca pindah dan bermukim di apartemen, Indra dan Mona menyadari betapa cepatnya ketiga buah hati beranjak dewasa dan sibuk sekolah. Mona yang pada dasarnya menyukai anak kecil pun merasa kesepian. Hal inilah yang membuat keduanya membahas untuk memiliki anak lagi.
“Terus bilang, ‘kayaknya kita perlu satu lagi, deh, buat mainan.’ Jadi, begitu ada anak ini, anak kita yang pertama married, nah, kita punya cucu, jadi terus bayinya enggak selesai,” pungkas Indra.
Siapa sangka, candaan ini berubah jadi kenyataan saat Mona melakukan tes dan positif hamil.
Seperti diketahui, Indra Brasco dan Mona Ratuliu menikah pada 14 September 2002. Dari pernikahan tersebut mereka telah dikaruniai tiga buah hati.
Davina Syafa Felisa yang lahir pada 11 Juni 2003, Barata Rahadian Nezar pada 31 Maret 2009, lalu Syanala Kania Salsabila yang hadir 8 tahun lalu, pada 28 Juni 2012.
Bebas stres saat hamil di tengah pandemi corona ala Mona Ratuliu
Menjalani kehamilan di tengah pandemi virus corona, Mona mengakui kalau dirinya sempat kalang kabut. Apa yang sudah direncanakan pun akhirnya tidak bisa direalisasikan.
“Sebenarnya kalau mau dibikin senewen, senewen ya. Karena benar-benar semua plan bubar,” ungkap Mona, melansir laman Kompas.
Perencanaan mencakup jadwal bersama dokter yang awalnya akan dilakukan Mona dalam waktu dekat antara lain sesi hypnobirthing, belanja perlengkapan bayi, hingga jadwal kontrol dokter yang turut berubah. Kendati begitu, Mona mengaku tetap tenang di tengah kondisi seperti sekarang.
Salah satu cara yang ia lakukan dengan tidak membuat rencana terlalu jauh ke depan. Bukan tanpa alasan, situasi yang belum menentu bisa berubah dalam waktu dekat tanpa diduga. “Kalau kepanjangan mikirnya kan jadi overthinking,” sambungnya.
Di samping itu, Mona berkomunikasi dengan sang suami perihal pembagian tugas rumah tangga. “Bagi tugas rumah tangga dengan suami, misalnya sudah kecapekan nyuci, ngepel, boleh nggak aku kerjain tugas yang itu saja, suami yang mana,” tegasnya.
Mona juga mengurangi terpapar informasi mengenai COVID-19 untuk memastikan dirinya tetap tenang, dan memilih fokus menjalani kegiatan yang ia sukai. Sebut saja memesan makanan kesuakaan, meminimalisir akses media sosial, melakukan pijat, dan mandi air hangat yang membuatnya lebih tenang.
“Pokoknya bikin happy diri sendiri. Atau cari tahu dulu apa yang suka bikin kita panik. Misalnya suka dengar berita macam-macam, ya sudah beritanya dikurangi,” pungkas Mona.
Kurangi stres saat hamil di tengah wabah COVID-19, apa yang sebaiknya ditanyakan pada dokter?
Menjalani kehamilan di tengah pandemi tentu bukan hal mudah, kareba ada banyak kekhawatiran yang muncul.
Jika hal ini bumil alami, dan ingin bingung saat ingin berkonsultasi pada dokter, ada beberapa daftar pertanyaan yang bisa diajukan.
1. Perubahan rencana kelahiran
Dr. Michael Cackovic spesialis kedokteran ibu dan janin di Pusat Medis Wexner University, Ohio State menyarankan bumil bertanya pada dokter apakah ada perubahan rencana kelahiran yang mungkin terdampak karena pandemi.
“Sebagai contoh, kami mencoba untuk mengurangi beberapa kunjungan awal yang tidak penting untuk mengurangi potensi paparan kepada pasien. Juga, pertimbangkan untuk menanyakan apakah ada perubahan atau protokol di rumah sakit yang akan memengaruhi proses persalinan nantinya,” tutur Cackovic.
Sebelum mengonsultasikan kandungan, menelepon dokter lebih dulu adalah hal yang bijak.
2. Barang yang harus dibawa saat persalinan
Dr. Gray dan Lorraine Parker, administrator perawatan pasien persalinan di Rumah Sakit Winnie Palmer untuk Kesehatan & Bayi Orlando turut mengingatkan orangtua baru bahwa rumah sakit masih memiliki perlengkapan dasar.
Sebut saja pembalut, botol perineum, obat-obatan, es, sabun, dan pakaian melahirkan. Mereka merekomendasikan untuk membawa barang penting yang sekiranya bisa ditinggalkan di rumah sakit sebelum pulang seperti alat mandi, sandal jepit, kaus kaki, dan baju yang nyaman atau piyama.
Parker menyarankan membawa gadget dan pengisi daya, sehingga Bunda tetap dapat melakukan obrolan video dengan anggota keluarga yang tidak dapat menjenguk karena alasan tertentu.
Tanyakan juga kebijakan yang berlaku di ruang persalinan rumah sakit yang Bunda pilih untuk melahirkan. Misalnya adakah perubahan prosedur ibu dan bayi nantinya dirawat, apakah suami boleh menemani, serta bagaimana kebijakan tenaga medis jika ibu diketahui positif COVID-19.
3. Bagaimana agar tetap tenang
Dr. Gray mendorong para ibu baru untuk tetap berpikiran terbuka dan fleksibel tentang proses persalinan.
“Sama seperti kehidupan pada umumnya, persalinan bisa saja tidak dapat diprediksi, peristiwa dapat berubah dengan cepat, dan tidak ada pengalaman yang selalu sama,” kata Dr. Gray.
Untuk itu, penting bagi Bunda mendiskusikan rencana persalinan yang diinginkan dengan suami dan dokter beberapa minggu sebelum hari perkiraan lahir tiba. Dokter yang bisa diandalkan tentu akan memberikan saran terbaik mengenai proses terbaik.
Meskipun ada perubahan yang tidak sesuai ekspektasi, ingatlah bahwa bebas stres saat hamil dan keselamatan bayi nantinya jauh lebih penting.
“Sekali lagi, menjadi fleksibel adalah kunci. Jika satu hal perlu diubah, cobalah bertukar pikiran dengan tim dokter tentang rencana kelahiranmu. Mengubah satu aspek tidak berarti seluruh rencana harus gagal,” tandasnya.
Referensi: Kompas
Baca juga :
id.theasianparent.com/mona-ratuliu-hamil
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.