Pagi itu, jam 8.47am, 8 Juli 2022. Saat itu adalah saat bayiku keluar dari rahimku. Untuk pertama kalinya aku jadi seorang mama. Sebenarnya itu diluar dugaan, karena tanggal itu maju 3 minggu dari HPL. Tanggal 7 Juli, sore aku sudah merasakan kontraksi namun belum cukup kuat, sampai pada malam hari menjelang tengah malam, tiba tiba ada yang rembes keluar dari ms V, saat aku lihat ternyata warna pink bercampur darah. Aku langsung telpon dokter kandunganku, namun beliau pas diluar negeri. Beliau tidak bisa handle aku secara langsung. Namun, beliau memberikan support supaya tidak tegang dan tidak takut.
Setelah babyku lahir, aku masih bingung bagaimana cara menyusui dan menggendong bayi dengan benar. Bersyukur sekali, suami lebih mahir untuk menggendong. Aku mulai belajar pelan-pelan cara menggendong. Bersyukur juga di RS tempat aku lahiran, aku juga diberikan seorang dokter laktasi yang sangat perhatian dan memahami perasaan seorang mama yang punya anak pertama.
Tiga hari sudah berlalu kulewati di RS sekarang aku kembali ke rumah, namun aku tidak langsung pulang ke rumah, aku sementara mengungsi di rumah mertua karena setelah operasi perlu makanan yang cukup bergizi untuk pemulihan. Hari-hari aku lalui dengan sangat struggle banget. Bayiku selalu menangis di malam hari dan tertidur pulas di pagi atau siang hari, itupun hanya 2 jam paling lama. Selama hampir 1 bulan aku tidak bisa tidur nyenyak. Ada saatnya bayiku rewel menangis terus tidak bisa ditenangkan. Lalu orang-orang di rumah ikutan bingung masuk ke dalam kamar dan memberitahu bayiku kenapa, ini dan itu mereka berbicara untuk memberitahuku. Senang bisa ada yang mengajariku banyak hal, namun ada saat aku merasa aku ga becus jadi mama. Pernah suatu ketika, aku lagi ke kamar mandi, bayiku dengan suami. Aku sudah memberitahu ke suami, kalau menangis tolong digendong dan dibawa jalan-jalan jangan cuma duduk ya. Tapi suami tidak menggendong seperti yang aku sarankan, alhasil bayiku menangis histeris. Setelah aku keluar kamar mandi, bersamaan orang-orang di rumah mertua juga ikutab masuk ke kamar, disitu aku merasa kurang mampu. Itulah saat dimana aku mengalami baby blues. Aku sering menangis karena perasaan ga becus dan kurang mampu ini. Namun, bersyukur suami selalu memberi support dari kata-kata ataupun membelikan makanan yang aku suka. Walau kadang juga aku alami bertengkar karena masalah menjaga dan merawat baby, yang dimana kadang kami aduh argumen. Sampai sekarang aku merawat anakku sendiri tanpa bantuan kecuali dengan suami jika suami sudah pulang kerja. Aku harus mengurus rumah, suami dan anakku sendiri. Belum lagi aku harus berjuang untuk hasilkan ASI serta harus rutin pumping untuk stok anakku saat aku tinggal kerja.
Sekarang bayiku sudah berusia 4 bulan, semua berjalan baik. Walau aku masih memiliki rasa frustasi dan bersalah kepada bayiku saat aku tidak bisa menenangkan dia. Bayiku harus ikut memutari jalan raya denganku karena pagi aku harus berangkat kerja sebelumnya aku ke rumah orangtuaku untuk menitipkan bayi ini. Kadang aku juga merasa bersalah karena harus bangunkan dia pagi hari dan saat pulang kerja dia harus aku bawa lagi melewati jalanan yang macet. Sempat dia rewel banget saat di jalanan macet, disitu aku merasa frustasi baget. Saat aku merasa bersalah dengan bayiku, aku selalu ucap "maaf ya nak, maafkan mama ya nak..". Itu yang bisa ku ucapkan pada bayi Vania'ku… Moga suatu saat nanti dia membaca artikel mamanya ini…
Jadi ibu ibu, itulah perjuanganku.. Semangat para mommy berjuang..
—–mama yeny—–
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.