Kabar bayi baru lahir terjangkit virus corona sontak menjadi perhatian publik. Bahkan, bayi positif corona ini diyakini sebagai kasus termuda di Inggris.
Bayi positif Corona-19 di London menjadi kasus termuda
Mengutip dari The Guardian, seorang ibu yang tak diketahui namanya, dibawa ke rumah sakit di kawasan utara London beberapa hari sebelum melahirkan bayinya.
Awalnya, ia dirawat di rumah sakit dengan gejala pneumonia. Namu, perempuan tersebut akhirnya dinyatakan positif Covid-19 di Rumah Sakit North Middlesex. Hasil ini baru diketahui setelah ia melahirkan bayinya. Bayinya yang baru lahir itu pun mendapat konfirmasi positif Covid-19 setelah diperiksa beberapa menit setelah lahir.
Hingga saat ini, baik bayi atau pun sang ibu masih mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit. Namun keduanya dilaporkan dirawat di lokasi yang berbeda.
Bayi yang baru lahir itu dirawat di Rumah Sakit North Middlesex, sedang sang ibu dibawa ke bagian infeksi khusus.
Artikel terkait: Vaksin Belum Ditemukan, Moms Bisa Melindungi Si Kecil dari Virus Corona dengan Cara Ini
Belum diketahui dari mana asal penularan Corona pada bayi tersebut
Ilustrasi bayi setelah lahir.
Sayangnya, sampai berita ini diturunkan belum diketahui apakah sang bayi terinfeksi Covid-19 saat masih berada dalam kandungan atau saat ia lahir.
“Kita tidak bisa mengatakan itu terjadi ketika bayi masih di dalam kandungan,” kata Dr. William Schaffner, seorang profesor bagian Preventive Medicine and Infectious Diseases di Fakultas Kedokteran Universitas Vanderbilt, dilansir dari Live Science.
Pasalnya, kata Sxhaffner, bayi tersebut bisa tertular virus saat masih di dalam kandungan, atau sesaat setelah lahir.
Menurutnya, ada beberapa infeksi yang dapat menular dari ibu ke bayi melalui plasenta saat bayi dalam rahim. Atau melalui cairan tubuh yang terjadi selama persalinan normal.
Sebagai contoh pada virus Zika (yang termasuk ke dalam keluarga virus corona) dapat menular ke bayi yang baru lahir di dalam rahim dan selama persalinan, dikutip dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC).
“Itu adalah fenomena mengerikan yang terjadi pada virus Zika,” ucap Schaffner.
Sedangkan untuk kasus Covid-19 sendiri, belum diketahui secara pasti dari mana asal penularan virus ini pada bayi. Apakah saat di dalam kandungan atau sesaat setelah bayi lahir.
Meskipun begitu, pemberitaan The Sun via Daily Mail, Minggu (15/3/2020), telah mengatakan kalau kondisi si bayi kini sudah melewati masa bahaya dan mulai pulih dari virus corona.
Penelitian terhadap penularan Covid-19 dari ibu hamil ke janin di Wuhan, China
Menurut penelitian dalam jurnal The Lancet, yang diterbitkan pada 12 Februari lalu, para peneliti menganalisis sampel dari sembilan ibu hamil di Wuhan, China, yang datang dengan Covid-19 saat kehamilan 36 hingga 39 minggu. Semua ibu hamil tersebut melakukan kelahiran caesar.
Untuk mengetahui kapan virus itu ditularkan pada bayinya, peneliti melihat sampel cairan ketuban, darah di tali pusat, ASI dan sampel dari tenggorokan bayi yang baru lahir.
Hasilnya, tidak satu pun dari sampel yang dites positif terjangkit Covid-19, dan ibu maupun bayinya selamat. Dalam kasus tersebut, bisa terlihat setidaknya virus corona tidak menginfeksi janin yang sedang berkembang di dalam kandungan.
Selain itu, anak-anak yag terinfeksi Covid-19 sebagian besar menunjukkan gejala yang ringan. Tetapi belum ada cukup data untuk mengatakan apakah pada bayi gejalanya juga akan ringan.
“Bayi yang baru lahir sangat rentan, dan ada pengecualian dari pernyataan itu, karena mereka masih sangat rentan,” kata Schaffner.
Meskipun ibu hamil cenderung memiliki risiko lebih tinggi terkena infeksi saluran pernapasan dan gejalanya bisa lebih parah, mungkin berbeda pada kasus Covid-19.
Artinya, pada Covid-19 gajala infeksi pernapasan pada ibu hamil bisa lebih ringan.
Menurut sebuah laporan yang diterbitkan pada akhir Februari oleh World Health Organization-China Joint Mission tentang Penyakit Coronavirus 2019, dari 147 ibu hamil yang dikonfirmasi atau diduga memiliki kasus COVID-19, hanya 8% yang memiliki bentuk penyakit yang parah dan hanya 1% yang berada dalam kondisi kritis, menurut laporan itu.
Mengapa virus Corona pada anak dan bayi dikatakan lebih ringan?
Ilustrasi bayi baru lahir.
Pernyataan bahwa gejala Covid-19 pada anak lebih ringan ternyata sempat diteliti oleh para ahli. Menurut sebuah studi di New England Journal of Medicine mengatakan bahwa kemungkinan anak-anak untuk bisa terinfeksi virus ini memang cenderung lebih kecil. Kalaupun pada akhirnya terinfeksi, gejala yang timbul yang akan lebih ringan jika dibandingkan orang dewasa.
Dari 9 bayi di bawah 1 tahun tidak ada bayi yang mengalami komplikasi parah hingga memerlukan perawatan intensif. Inilah yang membuat para peneliti mengatakan kalau beberapa bayi kemungkinan tertular virus yang lebih ringan, yang tidak selalu menyebabkan gejla fisik.
“Dari semua yang kami lihat, dan untuk alasan yang tidak jelas bagi kami, tampaknya ini terutama berdampak pada orang dewasa,” Richard Martinello, seorang profesor penyakit menular di Yale School of Medicine, mengatakan kepada Business Insider di awal Februari lalu.
Para ahli kesehatan menyimpulkan, rendahnya kasus di antara anak-anak ini dikarenakan mereka cenderung sering mencuci tangan, menutupi mulut, dan menahan diri dari menyentuh orang lain. Seperti yang kita tahu, perilaku tersebut dapat menghindarkan diri dari pemaparan virus.
“Jika kita dapat melindungi anak-anak – satu, itu baik untuk mereka, tetapi dua, itu baik untuk penduduk,” Aaron Milstone, seorang ahli epidemiologi dan profesor pediatri di Universitas Johns Hopkins, mengatakan kepada Business Insider. “Jika itu menembus populasi anak-anak, itu mungkin memperkuat wabah.”
***
Referensi: The Guardian, Live Science, Business Insider
Baca juga
Risiko virus corona bagi ibu hamil dan anak, benarkah sangat berbahaya?
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.