Ini merupakan kisah seorang calon pengantin bernama Casey. Ia menceritakan mimpi buruk yang menyebabkan ia batal menikah.
Dalam cerita tersebut, Casey merinci bagaimana sebuah pesan teks yang ia dapatkan secara anonim pada malam hari pernikahannya membukakan matanya, apa yang telah dilakukan tunangannya, Alex, menjelang hari pernikahan mereka.
***
Aku berdiri di depan altar mengenakan gaun pengantin. Aku melihat wajah gembira teman-teman dan keluarga kami. Tanganku gemetar, kondisi perutku juga bergejolak kencang.
Ini seharusnya menjadi hari paling bahagia dalam hidupku. Nyatanya tidak. Apa yang terjadi sungguh di luar dugaanku. Sebaliknya, aku justru tahu bahwa hari itu adalah akhir dari mimpiku dan semua orang akan menjadi saksinya. Ya, pada akhirnya kami batal menikah
Aku dan Alex, calon suami, telah bersama selama enam tahun. Aku merasa dia adalah satu-satunya lelaki paling tepat untuk menghabiskan sisa hidupku. Ia tak hanya calon pendampingku, tapi sekaligus menjadi teman. Aku begitu percaya bahwa kami akan hidup bahagia selamanya.
Pesan teks yang mengubah segalanya, menyebabkan pasangan ini batal menikah
Pada malam terakhir aku menyandang status lajang, sebelum pesta pernikahan yang dijalankan keesokan pagi, aku bersama teman-temanku menginap di kamar hotel yang mewah. Tiba-tiba saja, telepon berbunyi. Menandakan ada pesan yang masuk. Ketika itu, aku pun segara mengambil ponsel untuk mengetahui isi pesan yang masuk.
Siapa yang menyangka, tulisan yang terdapat dalam pesan itu sungguh mengejutkan. Bahkan, dalam sekejap mata telah mengubah segalanya, termasuk mimpi-mimpiku.
Pesan itu memang datang dari nomor yang tidak aku kenali. Namun, pesan yang tertulis singkat itu sungguh mengagetkan. “Aku tidak akan menikah dengannya. Maukah kamu menikah denganku?” Tulisan tersebut tampak dalam sebuah screenshot dan itu adalah pesan dari calon suamiku ke wanita lain!
Banyak sekali percakapan yang mereka lakukan, termasuk foto selfie. Perempuan itu memang berbeda dari diriku. Aku memiliki rambut pirang dan cantik, sementara perempuan yang tidak dikenal ini memiliki rambut hitam dan kulit zaitun.
Pesan dan screenshoot percakapan calon suamiku dan wanita yang tidak dikenal itu ternyata belum lama terjadi. Bahkan, hanya beberapa hari sebelumnya. Melihat kenyataan pahit ini, otakku tidak bisa lagi berpikir dengan jernih. Tidak ada pertanyaan tentang legitimasi dari pesan-pesan ini. Aku benar-benar baru mengetahuinya.
Tiba-tiba, seketika itu juga aku merasa sangat bodoh. Setiap kata dari percakapan mereka ibarat belati yang menancap di hatiku. Dan, pernikahanku hanya tinggal beberapa jam lagi.
Bagaimana aku bisa membatalkan ketika semua orang akan hadir merayakan pesta pernikahan kami? Dan semua persiapan telah bayar.
Bagaimana dia bisa melakukan ini padaku?
Air mataku meledak. Tak hanya hatiku yang terasa sangat patah, tapi sekaligus merasa sangat malu. Teman-teman dekat aku pun merasa kesedihan yang sama. Bahkan mereka sangat geram. Mereka bersikeras agar aku segera meneleponnya dan membatalkan pernikahan.
Tapi aku mencintai Alex. Aku ingin menikahinya besok. Aku terlalu kaget dan sedih untuk bisa marah.
Akhirnya, malam itu kami berusaha pergi tidur. Aku tidak tidur sekejap mata dan ketika fajar tiba, aku membangunkan sahabat yang menjadi pendamping dan memberi tahu mereka keputusanku – aku tetap akan melanjutkan pernikahan seperti yang diharapkan, aku tetap akan hadir menemui teman-teman dan keluarga kami yang akan hadir.
Aku berjalan menyusuri lorong dengan kaki yang kuseret perlahan-lahan, gaun impianku sekarang hanya sebuah kostum. Saat Alex melihat wajahku, dia tahu ini bukan wanita yang merasa bahagia di hari besarnya, tapi dia tidak tahu apa yang akan terjadi.
Aku pun tiba di depan altar, menarik napas panjang dan aku menghadapi teman-teman kami, orangtua kami dan aku memberi tahu mereka kebenaran tentang Alex.
“Tidak akan ada pernikahan hari ini,” aku mengumumkan.
“Sepertinya Alex bukan yang seorang pria yang aku kira selama ini.”
Seketika riak wajah Alex berubah, menunjukkan bahwa dirinya sangat perkejut. Dipenuhi dengan banyak tanda tanya yang begitu besar, Alex pun mencoba meraih tanganku.
Tetapi aku malah meletakkan bunga dan membuka ponselku. Aku pun membaca setiap pesan telah aku terima. Membaca perlahan, satu kata demi kata.
Aku membiarkan air mata ini jatuh, aku menangis. Namun aku pun bangkit dan menatap wajah Alex. Nyatanya, dia tidak memiliki satu hal pun untuk dikatakan.
Dia pun berjalan keluar dari gereja diikuti dengan para pendamping pengantin pria yang mengikuti di belakangnya. Keluarganya melihat dengan tatapan yang begitu mengerikan.
Aku menghadapi tamu-tamu kami sekali lagi
“Aku mencintai kalian semua dan seburuk apapun kondisi saat ini, aku senang kalian semua ada di sini. Tidak akan ada resepsi pernikahan hari ini. Tetapi sebaliknya, hari ini merupakan perayaan kejujuran, bahwa menemukan cinta sejati dan mengikuti kata hatimu memang perlu dilakukan meskipun rasanya sangat menyakitkan.”
Pada akhirnya mengetahui kami batal menikah, ada tepuk tangan canggung dan tamu-tamu yang sedikit bersorak . Ini tentu saja bukan hari pernikahan yang telah aku rencanakan, untuk kami peristiwa ini merupakan pesta yang sangat buruk.
Semoga keputusanku ini tepat.
Bagaimana menurut Parents, apakah keputusan pengantin wanita ini tepat?
Referensi: Elle, Whimn
Baca juga:
Curahan seorang istri: "Suamiku selingkuh dan menolak mengakui bayi kami"
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.