Seorang istri yang berdomisili di Singapura merasa bahwa hidupnya bak di neraka. Hal ini bermula ketika ia mengetahui pria yang begitu ia cintai telah merusak kepercayaan dan komitmen pernikahan. Sang suami berselingkuh.
Lebih buruk lagi, suaminya bahkan tidak mengakui anak mereka sebagai darah dagingnya. Ibu baru ini mencurahkan kisah hidupnya pada theAsianparent Singapura.
Ibu ini mengeluarkan semua gejolak emosi dan kekecewaan yang baru saja ia rasakan lantaran suami berselingkuh. Semua bermula ketika dirinya menyadari bahwa ikatan sakral pernikahannya telah rusak. Lebih buruk lagi, semuanya berujung dengan tuduhan-tuduhan yang hampir tidak masuk akal.
Retaknya ikatan pernikahan karena suami berselingkuh
Janet (bukan nama sebenarnya) menikah pada tahun 2009 silam. Sebelum menikah, ia telah mengenal suaminya selama 3 tahun. “Semua awalnya baik-baik saja,” katanya kepada theAsianparent Singapura “Tetapi setelah melahirkan anak pertama saya, segalanya berubah.”
Putra pertama pasangan ini lahir pada tahun 2011, dan dia tampaknya menjadi ayah yang penuh kasih sayang saat dirinya punya kesempatan ada di rumah. Ya, meskipun situasi ini terbilang langka.
Kemudian, berbagai hal akhirnya kian berubah. Semua diawali ketika mereka pindah ke Amerika Serikat karena urusan pekerjaan. Janet mengaku, “Selama itu, bahkan dia tidak pernah punya waktu untuk keluarga. Dia sering pergi ke New York dengan dalih ada bisnis yang ingin dikerjakan.”
“Dan akhirnya, pada bulan November 2015, ketakutan dan rasa khawatir yang selama ini ada dalam pikiran saya akhirnya terbukti. Pacarnya justru menghubungi saya dan menuntut agar saya segera meninggalkan suami saya.”
“Dia juga mengirimkan banyak foto dirinya bersama suamiku. Beberapa di antaranya bahkan foto intim. Aku pun meminta jawaban dari suamiku dan ketika itu aku sangat mempercayainya ketika dia mengatakan bahwa perempuan itu hanyalah perempuan gila yang ingin merusak pernikahan kami.”
Janet melanjutkan, “Saya sempat berada di AS pada saat itu, dan saya akhinya pulang kembali ke Singapura bersama putra saya untuk menenangkan diri. Suami mengirim pesan kepada saya dan mengatakan bahwa dia hampir mencoba bunuh diri agar saya mempercayainya.”
“Ini adalah caranya mengendalikan saya secara emosional. Saya memang tidak kuasa bila suami melakukan aksi itu, dan saya sangat percaya padanya. Saya pun memaafkannya.”
“Saya kembali ke AS dan kami akhirnya memutuskan untuk berdamai meskipun suami berselingkuh. Pada bulan Maret, hubungan kami semakin membaik dan akhirnya saya pun hamil putra kedua. Semuanya baik-baik saja dan saya merasa sangat bahagia. Untuk pertama kalinya dalam kehidupan pernikahan, saya benar-benar merasa bahwa dia adalah seorang suami yang penuh kasih!”
“Namun kenyataannya, kebahagiaan saya tidak berlangusng lama. Pada Juni 2016, kami datang ke Singapura untuk liburan satu bulan. Pada akhir Juni, dia malah seperti melemparkan bom-bom pada saya.”
Janet mengungkapkan, “Suami malah bertanya tentang bayi yang saya bawa, dan dia pun mengklaim bahwa bayi itu bukan anaknya.”
“Menurutnya, bayi mungil itu bukanlah darah dagingnya. Menurutnya kelahiran bayi kami tidak sesuai dengan tanggal kami berhubungan seks. Mendengar tuduhan itu hati saya hancur.”
“Dia juga memberikan ‘alasan’ lain untuk membantah bahwa anak kami bukan darah dagingnya. Yaitu, karena dia tidak mengalami ejakulasi selama kami melakukan hubungan intim! Mendengarnya saya begitu terkejut karena benar-benar konyol. Saya tahu, sebenarnya ia sangat putus asa untuk mencari alasan untuk bercerai dan saya tahu bahwa dia masih bersama pacarnya meskipun dia menyangkalnya.”
“Saya kembali ke AS hanya untuk mengemas barang-barang saya dan kembali ke Singapura untuk selamanya. Pada saat itu, dia telah mengakui pada orangtuanya dan saya, bahwa dia memang telah menjalin hubungan dengan pacarnya sejak anak saya yang pertama masih kecil.”
“Setelah itu dia pun mengajukan gugatan cerai. Ketika itu aku benar-benar terkejut membaca klaim perceraiannya.”
Janet melanjutkan, “Ada banyak kebohongan dalam pemintaan perceraiannya, di mana ia banyak melibatkan orangtua saya. Rasanya seperti dia menceraikan orangtua saya, dan bukan saya. Sungguh Absurd!”
“Dari cara dia melakukan perceraian, saya tahu saya harus melakukan sesuatu untuk melindungi dan membela diri. Saya menyewa seorang Penyelidik Swasta untuk melacaknya, dan benar saja, penyelidik yang saya sewa melihat pacarnya. Mereka tertangkap sedang bermesraan di depan umum.”
Janet melanjutkan, setelah suami berselingkuh, ia tidak pernah menyangka bahwa saya akan melawan. Bahkan dirinya sempat mengamuk, bahkan menyarankan menggugurkan kehamilan saya. Sementara saat itu usia kehamilan sudah memasuki 5 bulan!
“Dia benar-benar menggertak dan seperti monster.”
“Usia kehamilan saya sudah 37 minggu saat harus melalui mediasi di pengadilan. Dia bahkan tidak peduli bahwa saya hamil besar. Saya mengalami kontraksi pada hari mediasi dan pergi ke rumah sakit pada malam yang sama untuk melahirkan anak saya.”
“Saya beri tahu dia (melalui pengacara saya) bahwa putranya lahir dan bahwa dia boleh menemuinya kapan saja. Dia mengabaikannya, dan tidak pernah muncul untuk melihat putranya.”
“Karena dia menolak untuk mengakui putranya, saya harus memaksanya untuk melakukan tes DNA. Saya menunggu satu bulan untuk hasil tes, supaya saya bisa menggunakannya untuk menyeretnya ke ICA registrasi kelahiran, untuk mendaftarkan kelahiran anak saya. Ketika itu kami masih menikah secara resmi pada saat itu.”
Akhirnya, perjuangan saya membahkan hasil yang manis. Kata Janet, “Pada akhirnya, dia harus mencabut gugatan perceraiannya, dan perceraian berlanjut pada klaim balasanku.”
“Kini saya menyadari bahwa mantan suami saya sebenarnya tidak pernah benar-benar menjadi seorang suami. Hidup saya saat ini sudah jauh lebih baik. Saya mendapat teman baru. Saya juga menemukan pekerjaan baru”, kata Janet, yang bekerja sebagai Senior Project Manager.
“Menoleh ke belakang, aku akan mengatakan setiap ibu atau wanita di luar sana memang sebaiknya bisa mempercayai nalurinya. Ketika seorang pria bahkan sudah tidak menghormati orangtuanya sendiri, dia BUKAN pria yang ideal. Jadilah wanita mandiri …”
Baca juga:
id.theasianparent.com/jenis-selingkuh
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.