Keluarga Peter Howarth merayakan kehadiran anggota keluarga baru pada bulan April 2014. Tak pernah ada yang menyangka, kebahagiaan tersebut berubah menjadi kesedihan ketika putrinya yang masih balita meninggal karena sepsis.
Hanya seminggu setelah anak keduanya lahir, Pippa, putri kecil Peter yang masih berusia 3 tahun menunjukkan gejala terkena flu. Pippa mengalami demam dan selalu gelisah.
Kedua orangtua Pippa merawat gadis kecil itu dengan pengobatan untuk flu. Tetapi, setelah beberapa hari berjalan, Peter dan istrinya menyadari bahwa Pippa tidak bernapas dengan baik.
Mereka membawa balita mereka ke rumah sakit dan dokter memberi diagnosa bahwa Pippa terkena pneumonia. Namun ternyata, bukan hanya paru-paru basah yang diderita Pippa, melainkan sepsis yang tidak terdiagnosa oleh dokter.
Pippa masuk rumah sakit pada pukul 7 malam. Keesokan harinya pada pukul 4 pagi, gadis kecil ini menghembuskan nafas terakhirnya.
Balita meninggal karena sepsis yang tidak terdeteksi oleh kedua orangtua maupun pihak medis.
“Apa yang orang tidak tahu tentang sepsis ialah betapa cepatnya ia mengubah hidup seseorang,” ujar Peter.
Artikel terkait: Awalnya hanya demam, anak 4 tahun ini hampir kehilangan nyawa akibat sepsis
Peter menjabarkan hari terkelam dalam hidup keluarganya tersebut:
Saya berada di sana pada pukul 10 malam, dan dia dipasangi berbagai alat kesehatan. Namun Pippa tetap meminta minuman berwarna pink dan minta dibacakan dongeng. Dia selalu menyuruhku ini dan itu, dia sangat bersemangat. Ketika pukul 3 pagi tiba, dan aku pikir kondisinya tidak baik-baik saja. Dia berbicara, namun ucapannya tidak masuk akal dan melantur. Saya memanggil perawat, dia langsung memeriksa kondisi Pippa, dan saat itu tidak ada yang mengatakan soal sepsis sama sekali. Kemudian mereka pergi. Saya duduk bersamanya selama setengah jam, hanya memegang tangannya saja. Putriku menghembuskan nafas terakhir ketika aku sedang memegang tangannya. Dia pergi begitu saja. Saya bergegas keluar, tim UGD langsung datang. Putri kecilku meninggal sebelum istriku sampai di rumah sakit. 20 menit kemudian, aku boleh kembali ke ruangan Pippa. Saat itulah, hidupku berubah untuk selamanya. Sepsis, aku tidak pernah mendengar kata tersebut hingga gadis kecilku telah tiada. Kami tidak memiliki kesempatan untuk berjuang melawan penyakit ini, Pippa telah pergi sebelum kami sempat mencoba menyelamatkannya. Kami tidak memiliki kesempatan, dia tidak punya peluang. Dalam satu kedipan mata, dia pergi untuk selamanya.
Pada dasarnya, ketika dokter sedang merawat Pippa untuk gejala pneumonia, tubuh kecilnya sedang berjuang sendiri melawan sepsis. Dia sekarat ketika sedang menjalani perawatan.
Apa itu sepsis?
Docdoc menyebut sepsis adalah infeksi darah yang sangat parah sehingga dapat menyebabkan gagal organ vital, termasuk hati, paru-paru, dan ginjal dengan cepat. Penyakit ini juga disebut sebagai sindrom respons inflamasi sistemik.
Tubuh merespons infeksi sepsis dengan munculnya radang. Peradangan ini membuat terjadinya penggumpalan darah sehingga aliran darah di arteri terhambat.
Dampaknya, organ vital tidak menerima nutrisi dan oksigen yang biasanya disuplai dari darah.
Itulah mengapa penyakit ini sangat mematikan dan cepat menyebar. Berikut adalah gejala sepsis yang harus diwaspadai orangtua.
- Detak jantung sangat cepat
- Demam
- Bingung
- Napas pendek dan putus-putus
- Tekanan darah rendah
“Tetapi, seringkali gejala sepsisnya tidak terlihat. Dan aku tidak tahu apa kami punya kesempatan untuk menghentikan penyebaran penyakitnya,” ujar Peter.
Sebab itulah orangtua harus waspada terhadap penyakit ini. Peristiwa putrinya yang masih balita meninggal karena sepsis, dibagikan oleh Peter, karena dia tidak ingin ada orangtua lain yang mengalami hal serupa.
Dia menyatakan, dia akan sangat bahagia jika kisahnya bisa menyelamatkan keluarga lain agar tidak menjalani kesedihan yang sama.
Semoga para orangtua menjadi lebih waspada akan risiko penyakit mematikan yang mungkin menimpa sang anak.
Baca juga:
Syok Sepsis, Anak Reisa ‘dr.Oz’ Brotoasmoro Sempat Henti Nafas