Dalam aktivitas kenegaraan, Presiden Joko Widodo tidak pernah menanggalkan identitas sebagai warga negara Indonesia. Hal ini dibuktikan saat Hari Lahir Pancasila kemarin, Presiden mengenakan baju adat Ende yang ternyata kaya akan makna.
Perayaan Hari Lahir Pancasila, Presiden Joko Widodo Kenakan Baju Tradisional
Dalam rangka memperingati Hari Lahir Pancasila 2022 pada hari Rabu, 1 Juni 2022 kemarin, berbeda dari biasanya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memimpin upacara peringatan di Lapangan Pancasila, Kota Ende, Nusa Tenggara Timur.
Upacara ini terbilang spesial, karena merupakan pertama kalinya upacara dilaksanakan di luar Gedung Pancasila, Jakarta. Diketahui bahwa Kota Ende lekat dengan kelahiran Pancasila.
Tempat pengasingan Presiden pertama RI, Soekarno, ini merupakan lokasi lahirnya pemikiran dan gagasan tentang Pancasila, yang akhirnya disahkan sebagai dasar negara.
Terlihat Presiden Jokowi memimpin upacara dengan menggunakan baju adat khas Ende yang dikenal juga dengan nama Ragi Lambu-Luka Lesu.
Tetap dengan memakai kemeja putih yang sering ia pakai, Presiden Jokowi memakai kain tenun yang diselempangkan di bahu kanannya. Ia juga memakai kain berwarna hitam dengan motif garis kuning dan biru sebagai kain bawahan.
Di bahu sebelah kirinya, Presiden Jokowi juga memakai selempang anyam dengan tulisan ‘Jokowi Ende’. Untuk menyempurnakan baju adat yang ia kenakan, beliau juga mengenakan ikat kepala berbentuk meruncing dengan warna oranye dan juga menggunakan kalung lingkaran besar di lehernya.
Artikel terkait: Filosofi dan Sejarah Singkat Baju Adat Suku Baduy yang Dipakai Jokowi di Sidang MPR
Filosofi Baju Adat Ende
Melansir dari Ensiklopedia Filsafat Widya Sasana (EFWS), baju adat yang dikenakan Presiden Jokowi, yakni Ragi Lambu-Luka Lesu, merupakan pakaian adat untuk pria di Ende, NTT.
Mengutip berbagai sumber, ragi memiliki arti sarung, sedangkan lambu berarti baju. Ragi atau sarung itu sendiri terdiri dari dua tipe, yaitu ragi sura, merupakan sarung dengan motif garis vertikal, dan ragi sura rembe atau mbao, merupakan sarung bermotif garis horizontal.
1. Ragi
Terlihat Presiden Jokowi memilih ragi warna hitam serta garis kuning-biru sebagai sarung, saat memimpin perayaan Hari Lahir Pancasila 2022 kemarin.
Diketahui juga bahwa ragi yang dipakai seseorang menunjukkan status dan kedudukan seseorang. Dalam kebudayaan orang Lio, Ende, ragi yang dikenakan oleh seseorang menunjukan status dan kedudukan orang tersebut.
Ukuran ragi yang panjang dan lebar menunjukan bahwa orang itu memiliki kedudukan yang tinggi dan memiliki peran yang penting. Sebagai pelengkap pakaian adat Ende, ragi juga dilengkapi dengan luka atau selendang dan juga lesu (destar).
Secara harfiah, ragi artinya sarung dan lambu artinya baju. Ragi atau sarung, merupakan hasil tenun ikat masyarakat Lio, Ende, yang bercorak serta didominasi warna hitam dengan garis-garis vertikal.
Amatus Peta (2017) dalam bukunya Pakaian Adat Ende Lio Sebagai Warisan Budaya Nusantara, dikutip melalui situs Ensiklopedia Filsafat Widya Sasana, menerangkan bahwa terdapat dua jenis ragi.
“Pertama, disebut ragi sura dari atau sarung dengan motif garis-garis vertikal dan yang kedua ragi sura rembe atau mbao yaitu sarung dengan motif garis-garis horisontal,” tulis Amatus Peta.
Artikel terkait: Ragam Baju Adat Papua yang Unik dan Masih Tetap Lestari
2. Luka
Luka memiliki arti selendang, sama seperti busana lainnya, pakaian ini juga merupakan hasil tenun masyarakat Ende. Bapak Presiden Republik Indonesia terlihat menyematkan Luka bertuliskan ‘Jokowi Ende’ di bahu kirinya.
Seperti orang NTT pada umumnya, cara pemakain selendang ini dikenakan menyilang di bahu kiri, lalu diberi peniti pada bagian pinggang kanan.
Dalam upacara dan tarian adat, para pria biasanya tidak mengenakan baju. Ada pula yang hanya mengenakan singlet atau baju kaos putih oblong.
“Namun, yang sesungguhnya dalam upacara-upacara adat para pelaku ritual semestinya tanpa kameja atau baju,” tulis Aron Meko Mbete (2008) dalam Nggua Bapu: Ritual Perladangan Lio-Ende, dikutip melalui situs Ensiklopedia Filsafat Widya Sasana mengutip laman Kompas. “Busana adat asli bagi pria Lio, Ende adalah ragi, luka, dan lesu,” tulisnya.
3. Lesu
Berbeda dari luka, lesu bukanlah hasil tenun masyarakat Lio, Ende dan lesu merupakan ikat kepala yang berbentuk kerucut. Di upacara kemarin, Presiden Jokowi terlihat mengenakan lesu berwarna oranye.
Lesu dikenakan dengan cara diikat di kepala. Namun, Lesu bukanlah hasil tenun daerah Lio, Ende. Pelengkap baju adat ini biasanya dapat dibeli di pasar atau toko.
Dalam kebudayaan Lio, Ende, pemakaian ragi menunjukkan status serta kedudukan orang tersebut. Semakin lebar ukuran ragi yang dipakai, maka itu menunjukkan bahwa orang itu memiliki kedudukan yang tinggi dan memiliki peran yang penting bagi masyarakat.
Sama halnya dengan ragi, ukuran luka yang dipakai oleh seseorang juga menentukan status sosialnya. Sementara itu, lesu pada umumnya hanya diperbolehkan dipakai oleh mosalaki atau kepala suku adat itu saja. Pemakaian lesu memiliki dua pola ikatan.
Pertama, model ikatan podi losu atau podi jando (ikatan lonjong). Untuk model ikatan yang ini, pada bagian kepala warna merah atau hitam mengitari kepala.
Kedua, model podi hinga kamba (ikatan telinga kerbau). Untuk ikatan kedua ini ditonjolkan ke atas di bagian depan kepala berbentuk segi tiga sama kaki. Model ikatan tersebut memiliki simbol bagi sang mosalaki yakni simbol kepekaan dan kepedulian terhadap situasi sosial masyarakat dengan segala persoalan yang terjadi.
Wah, ternyata baju adat Ende kaya akan makna kehidupan ya. Semoga cerita ini semakin meningkatkan kecintaan kita akan budaya Indonesia!
Baca juga:
Baju Adatnya Disorot karena Dipakai Jokowi, Ini 7 Fakta Kabupaten Tanah Bumbu
Baju Adat Betawi untuk Laki-laki, Perempuan, dan Pakaian Pengantin
4 Potret Menawan Iriana Joko Widodo Mengenakan Baju Adat Saat HUT RI