Kontrasepsi dapat membantu Parents mengatur jarak kehamilan dan perencanaan keluarga. Namun sialnya, seorang ibu muda bernama Shannon Hubbard (25) justru nyaris kehilangan nyawa akibat bahaya KB spiral (IUD) yang tidak terpasang dengan benar.
Bahaya KB Spiral (IUD) yang tidak dipasang dengan benar
Shannon yang berasal dari Queensland, Australia, membagikan kisahnya untuk memperingatkan para ibu lain akan bahaya KB spiral yang dipasang dengan tidak benar. Ia pertama kali menggunakan Intra-Uterine Device (IUD) Mirena yang ditanam setelah kelahiran anak sulungnya.
IUD Mirena merupakan jenis IUD hormonal. Karena KB spiral Mirena ini tidak tertanam dengan benar, Shannon mulai mengalami pendarahan hebat.
“Aku harus mengganti pembalut panjang setiap 40 menit sekali karena penuh darah. Bahkan keluar gumpalan-gumpalan darah yang besar,” kenang ibu tiga anak tersebut. Ia pun segera dilarikan ke rumah sakit.
Di rumah sakit, Shannon masih mengeluarkan darah dengan deras. “Aku mengalami apa yang disebut sebagai syok hemoragik.”
Syok hemoragik terjadi ketika seseorang mengalami pendarahan hebat untuk waktu yang lama tanpa adanya tindakan medis.
Tak hanya nyaris merenggut nyawa, bahaya KB spiral yang gagal berarti ia tak bisa punya anak lagi
Shannon harus menjalani tiga kali operasi dan menerima 17 kantong darah agar bisa bertahan hidup. Namun efek buruk dari IUD yang gagal tak hanya itu saja, ia bahkan diperkirakan tak akan bisa lagi punya anak.
Meski rahimnya tetap utuh, tetapi rahimnya berisiko mengalami sobekan jika ia hamil lagi.
“Aku hancur dan tak tahu bagaimana nasibku selanjutnya. Umurku masih 25, jalan hidupku masih panjang tapi tiba-tiba semuanya seperti dicabut begitu saja. Aku tak bisa berhenti memikirkan betapa keputusan kecil telah hampir merenggut nyawaku,” keluh Shannon.
Artikel terkait: Lihat Video Cara Pemasangan KB IUD ini Sebelum Memutuskan Menggunakannya
Bahaya KB spiral dan operasi kontrasepsi yang wajib Bunda ketahui
Terlepas dari efek sampingnya, IUD Mirena sebenarnya dapat bertahan hingga lima tahun. Meskipun IUD hormonal menyebabkan siklus menstruasi yang tidak teratur, namun kontrasepsi ini dapat dicabut jika Bunda ingin hamil lagi.
Kontrasepsi IUD merupakan pilihan yang mudah dan murah bagi wanita yang ingin mencegah kehamilan.
Sekitar 5 – 15% wanita yang menggunakan IUD mengalami rasa sakit dan pendarahan setelah satu tahun KB spiral ini dimasukkan. Selain gejala-gejala tersebut, wannita yang memakai IUD kemungkinan mengalami infeksi panggul, kehamilan ektopik, atau keguguran spontan.
Namun, ada bahaya lain dari operasi kontrasepsi seperti risiko yang terkait dengan sterilisasi. Pembedahan sterilisasi paling umum pada wanita adalah ligasi tuba, yaitu metode pemblokiran atau menyumbat tuba falopi sebagai cara permanen untuk mencegah kehamilan.
Seperti IUD, ligasi tuba juga memiliki risiko pendarahan, infeksi, kehamilan ektopik, dan kemungkinan cedera pada organ di sekitarnya. Belum lagi masalah pernapasan dan reaksi alergi.
Langkah pertama untuk mencegah komplikasi ini adalah dengan berkonsultasi pada dokter. Ceritakan semua ketakutan Bunda sehingga dokter bisa menyarankan dan memastikan kontrasepsi yang sesuai.
Pastikan Bunda mengetahui semua risiko sebelum memilih akan menggunakan jenis KB yang mana. Lakukan riset dan pilih opsi yang paling aman dan nyaman, meski harus mengeluarkan uang lebih banyak.
Ingat, kesehatan Bunda dan kesejahteraan keluarga Anda di masa depan tak ternilai harganya.
*Artikel disadur dari theAsianparent Singapura.
Baca juga:
Gara-gara KB IUD Berpindah Tempat, Ibu Ini Mengalami Kencing Berdarah