Otak merupakan organ penting yang mempengaruhi metabolisme tubuh manusia secara keseluruhan. Pada seorang anak, adanya gangguan ataupun kerusakan otak akan berdampak luas pada proses tumbuh dan kembangnya di kemudian hari. Hal ini tentu menimbulkan pertanyaan di benak orangtua, bagaimana cara menghindarkan kerusakan otak anak?
Bunda, berikut ini kutipan dari buku Meningkatkan Kecerdasan Anak yang ditulis oleh Joan Beck, mengenai beberapa hal yang penting untuk diketahui orangtua untuk melindungi otak anak, yaitu :
1. Sedapat mungkin hindarkan anak terkena campak
Bunda, penyakit campak umum terjadi di masa kanak-kanak. Kita pun terbiasa menganggap remeh penyakit ini. Faktanya penyakit ini bisa mengakibatkan kematian dan merupakan penyebab utama keterbelakangan mental.
Kerusakan otak yang diakibatkan campak ini paling banyak terdapat di antara anak-anak berumur 3 tahun. Pada usia inilah anak-anak memerlukan perlindungan terhadap campak, yaitu dengan memberikan vaksinasi pada anak.
2. Usahakan agar anak berada di bawah pengawasan dokter yang cakap, yang secara rutin memeriksa keadaan kesehatannya dan memberikan vaksinasi yang diperlukan.
Selain campak, anak-anak juga rentan terhadap penyakit menular lain yang kerap berjangkit di antara anak-anak. Seperti : cacar air dan gondok. Pemberian vaksinasi akan sangat membantu memperkecil resiko-resiko terhadap penyakit.
3. Ambillah tindakan pencegahan untuk menghindari kecelakaan-kecelakaan yang bisa melukai otak anak.
Bunda, menjaga selalu lebih mudah daripada mengobati. Maka hindarilah benturan-benturan yang mungkin terjadi pada kepala anak. Hindari kebiasaan meninggalkan anak di tempat tinggi walau hanya sekejap.
Bila anak mulai merangkak, halangilah setiap anak tangga yang ada di rumah Anda. Dan bila ia sudah bisa berjalan, latihlah ia untuk menaiki dan menuruni tangga sambil dipegang. Bila anak mulai suka memanjat, maka ajarilah untuk memanjat dengan aman.
4. Lindungilah anak dari racun yang merusak otak.
Timah merupakan salah satu logam yang bisa mengakibatkan kerusakan otak pada anak kecil. Biasanya terdapat pada cat yang mengandung timah yang biasanya digunakan pada mainan atau alat rumahtangga yang dicat kembali.
Baca juga: Waspadai Bahaya Timbal pada Peralatan Makan Anak-anak
Keracunan timah ini berlangsung lambat selama beberapa minggu atau bulan. Gejala pertamanya anak menjadi rewel dan mengalami gangguan pencernaan dan kejang-kejang. Keracunan timah ini bisa menyebabkan kematian, ataupun kerusakan otak yang bersifat menetap.
Gejala Kerusakan Otak pada Anak
Kerusakan otak pada bayi yang disebabkan oleh komplikasi persalinan tidak selalu langsung atau mudah dikenali. Gejalanya mungkin ringan atau tertunda. Dalam beberapa kasus, meskipun, biasanya, dalam kasus-kasus kerusakan otak yang lebih parah, gejalanya lebih mungkin dikenali setelah lahir.
Gejala yang timbul termasuk gejala fisik seperti kepala atau tengkorak kecil, dahi besar, tulang belakang yang cacat, kekakuan di leher, fitur wajah yang tidak biasa atau terdistorsi, dan gerakan mata yang tidak normal, menurut Cerebral Palsy Guidance.
Gejala awal kerusakan otak lainnya termasuk kejang. Bayi juga dapat menunjukkan gejala perilaku tertentu dari kerusakan otak seperti menangis berlebihan, mudah marah atau rewel, sulit tidur atau makan, dan tanda-tanda ketidaknyamanan umum lainnya yang tidak memiliki penjelasan lain atau penyebab yang jelas.
Ketika kerusakan otak tidak parah atau tidak menyebabkan gejala fisik dan perilaku langsung, Parents mungkin mulai memperhatikan tanda-tanda lain dari seorang anak yang menderita kerusakan otak. Ketika bayi dengan kerusakan otak bertambah tua, ia mungkin mengalami gangguan tidur atau sensitivitas terhadap cahaya.
Bayi juga bisa mengalami tremor atau kejang otot. Bahkan dapat menyebabkan kelumpuhan pada bagian tubuh tertentu. Kelelahan yang nampak ekstrem juga bisa menjadi pertanda kerusakan otak.
Ketika bayi tumbuh menjadi balita, kerusakan otak dapat menyebabkan kesulitan perkembangan fisik. Seorang bayi mungkin lambat merangkak, duduk, berdiri, dan berjalan. Makan sendiri mungkin sulit dilakukan seorang anak dengan kerusakan otak. Seiring bertambahnya usia seorang anak, ia mungkin kesulitan belajar dan melakukan tugas-tugas fisik seperti berpakaian, mengikat sepatu, menggunakan alat tulis, dan mungkin mengalami kesulitan untuk mencapai tonggak fisik dan motorik lainnya.
Kerusakan otak pada bayi juga dapat bermanifestasi sebagai masalah atau keterlambatan perkembangan mental, perilaku, dan emosional. Seorang anak mungkin mengalami disorientasi ruang atau memiliki kepekaan yang lebih tinggi terhadap rasa sakit.
Parents, semoga bermanfaat…
Referensi : Meningkatkan Kecerdasan Anak; Beck, Joan; Delapratasa Publishing; Jakarta. 2000. Hal 184-189
Baca juga artikel menarik lainnya:
Apakah Vaksin MMR Berkaitan dengan Autisme?
Kenali Gejala Hepatitis A pada Anak