Begini Kondisi BAB Bayi Usia 0-6 Bulan, Parents Wajib Tahu!

undefined

Melalui kotoran atau tinja, Parents bisa mengidentifikasi suatu penyakit atau masalah yang sedang dialami oleh bayi. Yuk, cari tahu bagaimana kondisi BAB bayi usia 0-6 bulan.

Panik si kecil belum kunjung buang air besar? Perlu digarisbawahi lebih dahulu bahwa frekuensi buang air besar (BAB) pada setiap bayi berbeda-beda. Secara umum, BAB bayi akan semakin berkurang seiring bertambahnya usia.

Hal ini tentu saja dipengaruhi karena usus bayi yang telah berkembang lebih sempurna sehingga bisa menyerap ASI lebih baik. Meskipun begitu, Parents tentu saja perlu memperhatikan bagaimana kondisi BAB bayi.

Biar bagaimana pun, BAB atau kotoran bayi merupakan indikasi kesehatan. Sebab, banyak penyakit dan gangguan dapat diidentifikasi pada bayi dengan melihat warna kotoran mereka.

Artikel terkait: Panduan lengkap kotoran bayi; frekuensi, tekstur dan warna

bab bayi

Oleh karena itu, salah satu tugas yang tak boleh diabaikan tentu saja dengan mengamati kotoran bayi setiap kali dia BAB, khususnya dalam 24 jam pertama hidupnya. Apabila bayi tidak BAB selama itu, maka bisa menunjukkan jika bayi mengalami masalah dalam sistem pencernaannya.

Selama 24 jam pertama, kotoran bayi berada dalam tahap meconium. Di mana pada masa ini kotoran bayi masih berwarna hitam dan lengket, serta sulit dibersihkan.

Bayi diperkirakan akan BAB dalam waktu 24 jam setelah lahir, yang mana kotoran itu terdiri dari materi yang dicerna saat berada di dalam rahim, sebagian besar terdiri dari cairan dan sel. Parents juga perlu mengatahui kalau kotoran yang dikeluarkan tidak berbau karena bakteri belum menjamah usus bayi.

Faktor lain yang memengaruhi BAB bayi, khususnya di awal kehidupan bayi sebenarnya juga dipengaruhi oleh kolostrum. Pergerakan usus bayi terjadi karena kolostrum dari ibu yang berfungsi sebagai pencahar untuk membantu mendorong keluar kotoran dari tubuh bayi.

Kemudian, saat usia si kecil bertambah dan telah melewati 24 jam pertama kehidupan, buang air besarnya pun lambat laun mulai berubah. Di mana kotoran bayi akan berwarna kuning serta konsistensinya berair dan longgar.

Artikel terkait: Ingin tahu seberapa pintar bayi Anda nantinya? Coba cek pup bayi Anda!

bab bayi

Melansir dari laman Parenting Firstcry, bayi akan mengalami frekuensi buang air besar setidaknya 4 kali sehari dalam beberapa minggu pertama. Bahkan, bayi yang diberi ASI akan buang air besar setiap setelah menyusui, terkadang jumlahnya hingga 12 kali atau lebih dalam sehari. Jadi Parents sebenarnya tak perlu khawatir jika di awal kehidupannya, bayi akan sering buang air besar.

Perubahan bentuk kotoran bayi memang terus terjadi. Misalnya berwarna lebih hijau, kuning pekat, berlendir, dan berbuih. Namun tenang saja, perbedaan warna dan konsistensi BAB ini tidak menunjukkan masalah apa pun.

Walau demikian, ada beberapa kondisi yang menggambarkan jika bayi mengalami masalah pencernaan. Contohnya, ketika bayi masih mengeluarkan mekonium pada usia 4-5 hari. Mekonium merupakan feses pertama bayi yang akan keluar setelah lahir, kira-kira 24 jam pertama setelah bayi lahir.

Oleh karenanya, saat mekonium  tidak keluar selama 24 jam pertama setelah kelahiran, Parents perlu memeriksakan kondisi bayi ke dokter anak

BAB Bayi Saat Mulai Diberikan MPASI

BAB bayi

Ketika bayi mulai diberi makanan padat, maka kotoran dia pun akan mulai berubah seperti orang dewasa. Tentu saja ini terjadi sekitar usianya memasuki 6 bulan, ketika bayi sudah mulai MPASI.

Kotoran menjadi tegas dan berwarna gelap serta mulai berbau tak sedap. Namun, warna kotoran yang bayi keluarkan umumnya bergantung pada makanan yang ia makan sebelumnya.

Bahkan terkadang Parents juga bisa menemukan potongan sayuran atau makanan keras lainnya di dalam kotoran. Sebab, makanan keras biasanya diteruskan oleh sistem pencernaan karena mereka tidak dikunyah dengan baik.

Artikel terkait: Ditinggal orangtua, dua bocah ini dicekoki obat tidur oleh pengasuhnya!

Parents juga perlu waspada apabila mengetahui kotoran bayi keras hingga bayi kesulitan buang air besar, bahkan terlihat merasa merasa nyeri, atau ada luka di anus hingga berdarah. Bisa jadi bayi alami sembelit. Bila hal ini terjadi, tambahkan cairan, buah, dan serat ke dalam makanan bayi.

Pasalnya, sembelit pada bayi sering disebabkan karena menu makanan yang tidak seimbang dan akan hilang dengan sendirinya. Namun, segera hubungi dokter bila bayi sembelit disertai dengan sakit perut hebat dan muntah.

Demikianlah penjelasan seputar BAB bayi yang patut Parents ketahui. Semoga bermanfaat.

Referensi: parenting.firstcry.com dan AIMI

Baca juga:

Warna BAB bayi abu-abu pucat, normal atau bahaya? Ini penjelasannya!

Warna BAB pada Bayi Setelah Lahir, Mana yang Normal dan Tidak?

id.theasianparent.com/bayi-tidak-bab-setelah-mpasi/

Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.