Terjadi Lagi! Ayah Perkosa dan Bunuh Anak Kandung, Mengapa Bisa Terjadi?

Seorang ABG di Kudus tewas dibunuh ayahnya sendiri, seperti ini kronologinya!

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Kasus ayah perkosa anak kandung di Indonesia ibarat gunung es yang masih terus terjadi. Orangtua yang seharusnya menjadi pelindung bagi anak bisa berubah melakukan kekerasan bahkan menjadi malaikat pencabut nyawa.

Mengapa hal ini bisa terjadi?

Kronologi Kasus Pembunuhan Anak Kandung di Kudus

Adalah HKN, seorang remaja putri asal Desa Kedungdowo, Kecamatan Kaliwungu ditemukan tewas pada Rabu 5 Mei 2021 pagi. Diduga kuat, H merupakan korban pembunuhan dan upaya perkosaan.

Sebelumnya, kasus ini menjadi misteri yang belum terpecahkan. Bahkan, keluarga menduga H tewas karena ada masalah percintaan. Setelah melakukan penyelidikan, ternyata H meninggal karena dibunuh.

Teka teki ditemukannya jenazah remaja di Kudus, Jawa Tengah akhirnya terungkap. (sumber: murianews)

Hal ini diperkuat dengan hasil otopsi Tim Forensik dari Kedokteran dan Kesehatan Polda Jateng di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Loekmono Hadi Kudus yang menyebutkan terdapat luka akibat benda tumpul di bagian kepala dan sayatan benda tajam. Luka pada bagian kepala yang diduga mengakibatkan korban meninggal.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Jasad H sendiri ditemukan sang adik yang baru pulang dari sekolah sekitar pukul 10 pagi. H merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Korban duduk di kelas 11 sebuah Madrasah Aliyah (MA) di Kudus, sedangkan adiknya duduk dibangku SD.

Kala itu sang adik berteriak memanggil kakaknya, namun tak ada jawaban. Si adik lalu menemukan jasad kakaknya dalam kondisi terlentang di dapur rumahnya. Terdapat tali tambang melilit lengan kanan.

Artikel terkait: Tragis! Sang Ibu Diracuni oleh Suaminya, Bayi ini Meninggal setelah Menyusui

Semula adik korban mengira kakaknya pingsan, namun setelah dibangunkan tidak ada respon. Ia kemudian berteriak meminta pertolongan kepada warga, setelah dicek ternyata korban sudah meninggal. Usai diselidi mendalam, ditemukan bahwa pelakunya adalah ayah kandungnya sendiri.

Ayah H yang berinisial S mengaku nekat membunuh darah dagingnya sendiri karena sang anak menolak melayani nafsu bejatnya.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

S, pelaku pembunuhan anak kandung yang tak lain ayah kanding korban. (Sumber foto: Detik.com)

Dikutip dari detik.com, saat memberikan keterangan pers di Mapolres Kudus, Senin (24/5/2021), Kapolres Kudus AKBP Aditya Surya Dharma mengatakan, "Lama nggak diberi jatah oleh istri, kemudian melihat anaknya (lalu) melakukan hal tersebut."

Pembunuhan sadis ini terjadi di kediaman pelaku. Awalnya, pelaku meminta berhubungan intim dengan anaknya.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

"Jadi kronologisnya korban waktu pagi hari sebelum dia mengantar adiknya sekolah. Itu telah dimintai untuk berhubungan seperti itu dan berhasil melaksanakan. Kemudian si korban mengantarkan adiknya sekolah, kemudian pas pulang tersangka minta jatah lagi," sambungnya.

Kala itu, korban menolak permintaan ayahnya. Ketika itulah S gelap mata, lalu menganiaya korban hingga tak lagi bernyawa. S melakukannya karena H memberontak, disitulah ia emosi dan memukul anaknya tersebut hingga pingsan lalu meninggal dunia.

"Terdorong emosi. Tidak tahan emosi. Saya salah sekali, khilaf saya. Nyesel sekali. Pukul pakai bata saat (korban) memberontak," ungkap S. Saat diwawancara terpisah, pelaku awalnya tidak mau mengakui perbuatannya. Namun, pembeberan fakta dan bukti tes DNA mengarah ke ayah korban.

Artikel terkait: 7 Fakta Kasus Pembunuhan Bocah di Temanggung, Disebut Titisan Genderuwo

Pelaku Sempat Coba Hilangkan Jejak

Aparat kepolisian menunjukkan sejumlah barang bukti kasus pembunuhan HKN, remaja putri di Kudus yang tewas di tangan ayahnya sendiri (Sumber foto: Detik.com)

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Semula, keluarga korban tak ada yang mengetahui kronologi kematian H. Pasalnya, saat kejadian korban di rumah sendirian. Kala itu, kedua orangtua diketahui tengah bekerja, sementara sang adik bersekolah.

Rupanya, ini adalah upaya pelaku dalam menghilangkan jejak. S berinisiatif menyayat tangan korban, kemudian menaruh tali tambang di sekitar tubuh korban. Hal ini dilakukan seolah-olah korban meninggal karena bunuh diri.

"Tersangka menyayat tangan korban, kemudian menaruh tali untuk mengisyaratkan seolah-olah korban melakukan bunuh diri," ujar Aditya. Selanjutnya ditemukan fakta di lapangan yang menunjukkan pelaku adalah ayah korban sendiri.

"Hasil penyelidikan kita cek langsung, olah TKP, fakta di lapangan alat bukti yang mengarah kepada pelaku yaitu di kuku kaki korban. Lalu, ditemukan bekas sperma di celana dalam korban yang setelah dilakukan uji DNA identik dengan ayah korban," pungkas Aditya.

Ayah Perkosa Anak Kandung dan Dibunuh, Ini Pandangan Psikolog

Menyikapi hal ini, Sarah Siahaan selaku psikolog klinis dewasa memaparkan bahwa kasus orangtua, dalam hal ini ayah melakukan pemerkosaan pada anak bisa dilatarbelakangi oleh berbagai macam faktor.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

"Untuk tahu alasan mengapa seorang ayah bisa perkosa anak, bahkan hingga membunuh tentu saja perlu pemeriksaan lebih dalam dulu. Namun memang bisa disebabkan multi faktor.

Mulai dari depresi atau justru disebabkan kesehatan mental yang lain, penyakit gangguan mental skizofrenia, misalnya. Seseorang yang mengalami gangguan kejiwaan kronis seperti skizofrenia akan mengalami halusinasi, delusi, kekacauan dalam berpikir, termasuk mengalami perubahan sikap. Kalau memang pelaku mengalami skizofrenia, artinya dia bisa saja melihat anaknya sebagai orang lain.

Namun memang, kasus seperti ini cenderung disebabkan adanya gangguan mental yang dialami pelaku. Jika orang 'normal' tidak memiliki gangguan mental, tentu saja tidak bisa melakukan tindak kekerasan pada anaknya. Apalagi sampai menghilangkan nyawa," jelas Sarah saat dihubungi oleh tim theAsianparent Indonesia hari ini, Senin (24/5).

Hal senada pun disampaikan oleh Nadya Pramesrani, psikolog klinis dewasa dari Rumah Dandelion ini mengungkapkan bahwa sebagai orangtua, sebenarnya memiliki dorongan alamiahnya protecting their offsprings. 

"Jadi ketika ada sesuatu yang goes against that nature, mungkin memang ada kondisi tertentu. Yang paling banyak ditemukan memang dikarenakan kondisi si pelaku yang juga mungkin waktu kecil mengalami kekerasan seksual. Ketika seseorang dewasa tidak mampu kendalikan impulse control-nya, apalagi untuk hal-hal yang sudah jelas melanggar norma atau aturan, itu bisa menjadi indikasi memang isu psikologis tertentu. Sangat mungkin jika dipengaruhi oleh mental state dari si ayah atau si pelaku," tandasnya terkait kasus ayah perkosa anak kandung.

Parents, semoga informasi ini bisa menjadi pembelajaran dan kasus ayah perkosa anak kandung seperti ini tidak terulang lagi.

Baca juga: