Selat Bali merupakan selat yang memisahkan Pulau Jawa dengan Pulau Bali. Untuk bisa menjangkau Pulau Jawa dan Bali banyak masyarakat menggunakan berbagai transportasi seperti pesawat dan kapal. Meski begitu, pemerintah mencanangkan untuk membangun jembatan sebagai penghubung kedua pulau tersebut untuk memudahkan mobilitas warga. Nah, di balik eksistensinya sebagai jalur laut peghubung Pulau Jawa dan Bali, ada banyak legenda dan cerita masyarakat mengenai asal usul Selat Bali.
Berikut ini asal usul Selat Bali dan pesan moralnya untuk anak.
Baca Juga: Berbagai Legenda dan Fakta di Balik Keindahan Danau Tolire
Legenda Asal-Usul Selat Bali
Kisah Sidi Mantra dan Manik Angkeran
Dilansir dari berbagai sumber, dahulu kala, hiduplah seorang Brahmana yang sakti mandraguna bernama Sidi Mandra. Dia seorang pemuda yang gagah, tampan, dan memiliki kekayaan yang sangat banyak. Sidi Mandra memiliki seorang istri yang cantik. Dari pernikahan itu, mereka dikaruniai seorang anak laki-laki yang tampan rupawan. Anak tersebut diberi nama Manik Angkeran.
Manik Angkeran tumbuh menjadi seorang pemuda yang cakap, gagah, tampan, dan berani persis seperti ayahnya. Namun, ada satu hal yang menjadi tabiat buruknya, yaitu suka berjudi. Kebiasaannya itulah yang kerap kali membuatnya menjadi lupa daratan.
Seringkali dia mengambil kekayaan orang tuanya untuk menebus kekalahannya berjudi. Bahkan diapun kerap bertengkar dengan kedua orang tuanya karena hal itu.
Hingga pada suatu hari, Manik Angkeran kembali meminta harta kepada ayahnya guna membayar uang karena kalah berjudi. Sebagai seorang ayah, Sidi Mantra sekalipun sangat marah, namun tetap merasa kasihan terhadap anaknya.
Adapun sebenarnya kekayaan Sidi Mantra sendiri sudah habis terkuras dipakai berjudi oleh Manik Angkeran. Sidi Mantrapun berdoa dan berusaha keras mencari cara mendapatkan kekayaan demi menebus kekalahan putranya.
Sidi Mantra dan Naga Besukih
Para dewa akhirnya memberitahukan kepada Sidi Mantra untuk mencari seekor naga sakti bernama Naga Besukih yang berdiam di Gunung Agung. Naga Besukih ini dapat memberikan kekayaan dengan cara memanggilnya menggunakan sebuah lonceng dan membaca mantra.
Diapun berangkat menuju Gunung Agung untuk mencari keberadaan Naga Besukih. Setibanya di sana, Sidi Mantra membunyikan lonceng dan membaca mantra-mantra guna memanggil sang naga.
Naga Besukih keluar dari tempat persembunyiannya kala mendengar suara lonceng berbunyi disertai alunan mantra-mantra pemanggil. Tak berapa lama, dari tubuhnya keluar berbagai macam perhiasan emas, permata, dan mutiara dari sela-sela sisiknya.
Sidi Mantrapun sangat gembira dan mengambil harta tersebut untuk dibawanya pulang dan diserahkan kepada putra kesayangannya.
Setibanya di rumah, Manik Angkeran sudah menanti kedatangannya dan segera mengambil seluruh harta perhiasan yang dibawa ayahnya untuk kembali berjudi. Sidi Mantra mengingatkan putranya untuk segera membayar hutangnya di meja judi, dan menggunakan sisanya untuk modal usaha dan bekerja yang benar.
Namun Manik Angkeran tidak memperdulikan nasihat ayahnya dan segera berlalu meninggalkan rumah orang tuanya itu.
Apalah daya jika tabiat telah berurat berakar dalam hati Manik Angkeran. Tanpa kapok dia kembali menghabiskan seluruh harta yang diambil dari ayahnya untuk kembali mengadu nasib di meja judi. Dan benar saja, dalam sekejap harta yang berlimpah itu ludes habis tanpa sisa.
Manik Angkera bertemu Naga Besukih
Manik Angkeran sadar bahwa ayahnya tidak mungkin memberinya uang lagi. Untuk itulah diapun mencuri lonceng dan bergegas menemui naga sakti yang didengarnya mampu memberikan kekayaan.
Sesampainya di Gunung Agung, benar saja Naga Besukih kembali mengeluarkan perhiasan berkilau dari sela-sela sisik di punggungnya. Dengan tamak Manik Angkeran meraup semuanya tanpa tersisa.
Naga Besukih berpesan untuk berhenti berjudi dan mulai bekerja keras untuk menjalani kehidupan dengan baik. Namun bukan Manik Angkeran namanya jika dia harus berhenti berjudi. Daripada harus berhenti berjudi, dia malah berniat jahat terhadap sang naga dengan mencoba membunuhnya.
Namun sang naga terlalu sakti untuk kalah dari seorang Manik Angkeran. Tragisnya nasib Manik Angkeran yang malah tewas di tangan Naga Besukih.
Manik Angkeran Hidup Kembali
Mendengar kabar sang putra telah tiada, Sidi Mantra segera menyusul ke Gunung Agung dan memohon kepada Naga Besukih untuk memaafkan putranya dan menghidupkannya kembali.
Naga Besukih bersedia menghidupkan kembali Manik Angkeran dengan satu syarat, bahwa kedua orang anak-beranak itu harus hidup terpisah. Sidi Mantrapun menyetujui keputusan sang naga.
Maka tidak berapa lama, Naga Besukih memukulkan tongkat saktinya ke Bumi hingga terbelahlah tanah diantara mereka. Dari belahan tanah itu muncul air yang kian lama kian deras dan mengalir laksana sungai. Sungai itu kian membesar dan akhirnya membentuk sebuah selat yang memisahkan Pulau Jawa dan Pulau Bali atau dikenal sebagai Selat Bali.
Baca Juga: Legenda Batu Menangis, Kisah Si Anak Perempuan yang Durhaka pada Ibunya
Pesan Moral dari Legenda Asal Usul Selat Bali untuk Anak-Anak
Dari kisah asal usul Selat Bali yang sangat melegenda itu, terdapat beberapa pesan moral yang bisa diserap untuk anak-anak.
- Jauhi kebiasaan berjudi. Karena dengan berjudi orang menjadi kecanduan, hingga akhirnya apapun dikorbankan demi menang judi.
- Turuti nasihat orang tua. Jika kita selalu mendengar dan patuh pada nasihat orang tua, maka hidup kita akan selamat dan aman.
- Jangan serakah. Manik Angkeran yang serakah dan berniat membunuh Naga Besukih harus menerima kenyataan pahit balik dibunuh oleh naga sakti tersebut.
Legenda asal usul Selat Bali dapat dijadikan cermin diri dan pengingat bagi siapa saja agar terhindar dari perbuatan tercela.
Baca Juga:
3 Dongeng Legenda Indonesia, Bantu Anak Kenal Asal-usul Tempat Wisata
id.theasianparent.com/legenda-baturaden
Legenda Sepak Bola Maradona Meninggal Dunia, Ini 8 Fakta Tentangnya!