Video antrean cerai di Bandung menjadi viral setelah diunggah oleh salah seorang pengunjung Pengadilan Agama Soreang Bandung. Terlihat banyak orang mengular bahkan hingga ke luar gedung.
Sebuah rekaman video yang menunjukkan antrean di kantor pengadilan agama mendadak ramai diperbincangkan di media sosial. Pasalnya, si pengunggah video menyebut bahwa antrean mengular itu tak lain merupakan orang-orang yang mau cerai.
Video Viral Antrean Cerai di Bandung
Video tersebut pertama kali diunggah akun @stefhanieQueen melalui Twitter.
“Ini bukan antrian penerima bansos guys. Tapi ini antrian orang-orang yg mau cerai di Pengadilan Agama Soreang. Pantes kemaren-kemaren gue pernah baca berita kalo tingkat perceraian di Bandung itu sangat tinggi,” tulis akun tersebut.
Unggahan tersebut sontak mendapat banyak respon dari warganet. Tak sedikit yang terkejut, namun sebagian lain mengamini fenomena naiknya angka perceraian.
“Memang sangat tinggi, kebetulan saya sering menangani perkara perceraian di Bandung atau Kabupaten Bandung,” komentar akun salah seorang warganet.
Antrean Cerai di Bandung Mengular, Pihak Pengadilan Agama Membenarkan
Menanggapi viralnya video antrean perceraian di Bandung, akhirnya Pengadilan Agama Soreang Kabupaten Bandung memberikan penjelasan saat dihubungi wartawan.
Dilansir dari CNN Indonesia, Panitera Muda Gugatan Pengadilan Agama Soreang Ahmad Sadikin membenarkan video tersebut berlangsung di kantornya. Ahmad mengatakan, antrean tersebut terjadi sejak pagi hari sebelum persidangan dimulai pada pukul 09.00 WIB.
“Rata-rata setiap hari memang penuh. Biasanya Senin, Selasa, dan Kamis yang penuh,” ujar Ahmad saat dihubungi wartawan, Senin (24/8).
Ahmad memaparkan bahwa antrean tersebut terjadi lantaran terbatasnya jumlah ruang sidang. Di sisi lain, warga Bandung yang mengajukan gugatan cerai terbilang cukup tinggi.
“Jadi antrean tadi pagi itu terdiri dari beberapa antrean. Bagi yang ke Posbakum harus antre, yang akan mengambil produk hukum di Pengadilan Agama Soreang juga harus antre dan yang sidang juga sama harus antre,” terangnya.
Ahmad menuturkan, dalam satu hari pihak Pengadilan Agama Soreang bisa melayani lebih dari 150 gugatan cerai. Ditambah ada pengunjung yang datang setiap hari.
Ia menambahkan, “Kalau sekarang masuk pembuktian setengah berarti jumlah pengunjung dikali tiga, bisa sampai 500 orang. Belum yang mengantre di Posbakum, daftar perkara baru dan yang mengantre untuk mengambil produk pengadilan.”
Artikel terkait: Disangka Cerai karena Lebaran Tanpa Suami, Ini Jawaban Aura Kasih!
Tingginya Angka Perceraian Juga Terjadi di Daerah Lain
Faktanya, angka perceraian yang tinggi bukan cuma terjadi di Bandung. Dirangkum dari berbagai sumber, data dari pengadilan agama daerah lain di Indonesia pun menunjukkan tren peningkatan kasus cerai.
Salah satunya, Pengadilan Agama Jakarta Selatan yang menangani lonjakan kasus perceraian hingga 50 persen. Mayoritas penggugat adalah pihak istri, di mana mereka menyebutkan faktor ekonomi menjadi pemicu keributan dalam rumah tangga.
Tak jauh berbeda, Kota Semarang mencatat kenaikan drastis kasus perceraian selama masa pandemi. Bahkan, kenaikan kasus hingga tiga kali lipat dari sebelumnya.
Provinsi Aceh juga tak luput dari fenomena ini. Lonjakan angka perceraian terjadi beberapa bulan belakangan.
Di negara lain pun keadaannya sama. Tiongkok misalnya, negara tirai bambu ini melaporkan tingginya angka perceraian warga selama pandemi berlangsung.
Penyebab Tingginya Angka Perceraian Selama Pandemi
Sejumlah laporan menyebutkan bahwa umumnya penyebab pasangan memutuskan bercerai adalah karena masalah ekonomi. Jika melihat kondisi ekonomi yang cukup terganggu akibat pandemi, alasan ini terdengar sangat masuk akal.
Karyawan yang mengalami PHK misalnya, sedikit banyak hal tersebut akan mempengaruhi kondisi rumah tangga.
Namun demikian, faktor ekonomi jelas bukan penyebab tunggal. Beberapa ahli berpendapat, tekanan yang dirasakan selama pandemi, mulai dari tekanan finansial, emosional, dan fisik bisa memperkeruh hubungan suami istri.
Ditambah lagi, pandemi memaksa orang untuk menetap di rumah. Bagi pasangan yang sudah memiliki hubungan yang buruk dalam pernikahannya, kenyataan ini mungkin terasa makin sulit. Terjadi ketegangan, stres, namun tak ada tempat untuk pergi.
Pendapat lain mengatakan, tingginya angka perceraian selama pandemi dipicu oleh ketidakmampuan untuk menyeimbangkan hubungan terkait dan perubahan aktivitas dan waktu bersama. Oleh karenanya, setiap pasangan dituntut untuk saling memahami dan menyeimbangkan agar pernikahan tak berujung perceraian.
Hindari tergesa-gesa memutuskan untuk cerai begitu saja. Kenali lebih dalam apa sumber masalahnya dan temukan solusi bersama.
Semoga viralnya antrean cerai di Bandung memberi hikmah dan menjadi bahan renungan untuk setiap pasangan.
Baca juga:
7 Pasangan Artis Ini Cerai Setelah Puluhan Tahun Menikah, Apa Penyebabnya?
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.