Anak sulit tidur mempengaruhi kehidupan keluarga
Anak sulit tidur adalah salah satu masalah pelik yang memusingkan orangtua. Anda mungkin frustasi karena setiap malam harus ‘berperang’ dengan si kecil yang tak mau tidur, walaupun Anda sudah melakukan segala cara untuk membujuknya.
Setelah meninabobokannya hingga pulas pun, ternyata si kecil sering terbangun beberapa kali sepanjang malam. Ibu ataupun ayah tidak dapat tidur nyenyak, dan sudah harus bangun di pagi hari karena tuntutan pekerjaan di luar rumah ataupun pekerjaan rumah tangga.
Anak sulit tidur terkadang tidak mendapat cukup tidur yang berkualitas. Ia bangun dengan suasana hati kurang gembira, dan seharian menjadi rewel serta tidak nafsu makan. Orangtua juga mengalami, dan bayangkan bagaimana dampaknya pada kehidupan sosial serta kesehatan sekeluarga bila kesulitan tersebut terjadi terus menerus selama beberapa bulan ataupun beberapa tahun.
Tahapan dalam proses tidur
Untuk mengatasi anak sulit tidur, ada baiknya kita pahami dulu tahapan dalam proses menuju tidur. Proses ini bukan hanya dialami oleh bayi namun juga terjadi pada orang dewasa. Dengan memahami proses tidur, kita dapat mengerti mengepa si kecil sering kali tetap mengantuk walaupun sudah tidur lama.
Setiap tahap di bawah ini berkisar antara 5-15 menit, dan seluruh proses membutuhkan waktu 90-110 menit.
Tahap Pra-tidur (presleep):
Saat ini, anak merasa mengantuk dan badan mulai relaks. Tergantung dari kondisi setiap anak, tahap ini dapat segera beralih ke tahap 1. Atau sebaliknya, rasa kantuk dapat tiba-tiba hilang dan anak kembali menjadi segar.
Untuk anak sulit tidur, mereka sering gagal memasuki tahap 1. Ketika sedang mengantuk, perhatiannya tiba-tiba beralih pada mainan yang ada di dekatnya, sehingga ia ‘segar’ kembali.
Tahap 1 (very light sleep):
Pada tahap 1, anak mengalami tidur yang sangat ‘ringan’. Mereka sudah tertidur, tetapi sangat mudah terbangun. Pada saat ini, otot-otot relaks, detak jantung dan nafas melambat. Terkadang tubuh dapat melakukan gerakan terkejut, dan mata dapat memutar / bergerak perlahan.
Tahap 2 (light to moderate sleep):
Pada tahap ke-2, anak sudah lebih pulas tetapi masih mudah terbangun. Saat itu tarikan nafas tenang dan teratur seperti biasa, dan tubuh siap memasuki tahap tidur yang lebih pulas lagi.
Tahap 3 (deep sleep):
Pada tahap ini, anak sudah tidur pulas dan sulit terbangun. Tarikan nafas teratur. Pada tahap ini anak bisa mengompol, mimpi buruk, mengigau, atau berjalan sambil tidur.
Tahap 4 (deepest sleep):
Inilah tahap terlelap dalam tidur. Anak sangat sulit terbangun. Bila dibangunkan, ia akan disorientasi. Pada tahap ini, nafas lambat dan teratur, tidak ada gerakan mata maupun otot. Sama seperti tahap sebelumnya, anak bisa mengompol, mimpi buruk, mengigau, atau berjalan sambil tidur di tahap ini.
Tahap REM (bermimpi):
Pada tahap ini, otot tidak bergerak. detak jantung dan nafas tak teratur, mata bergerak cepat (rapid eye movement/REM). Saat ini anak dapat mudah ataupun sulit dibangunkan.
Tahap 5 (sleep inertia):
Tahap ini adalah tahap terakhir dalam tidur, yaitu transisi antara tidur dan terbangun. Anak dapat terlelap lagi ataupun benar-benar terbangun. Bila benar-benar terbangun, ia harus memulai proses tidurnya dari tahap 1 lagi.
Siklus tidur
Tahap 2 dan 3 dapat diulang-ulang secara mundur sebelum tubuh memasuki tahap REM. Misalnya, seorang anak mengalami proses tidur mulai dari pra-tidur, tahap 1, tahap 2, tahap 3, tahap 4, tahap 3, tahap 2, lalu REM. Pada umumnya dalam 1 malam, anak mengalami siklus tidur sebanyak 4-6 kali.
Berarti, anak sebenarnya ‘terbangun’ sekitar 4-6 kali dalam semalam, yaitu berada pada tahap 5. Orang dewasa pun demikian. Pada saat ‘terbangun’, kita secara tidak sadar mengubah posisi tidur, menarik selimut, atau mengecek keberadaan si kecil tanpa disadari.
Pada anak sulit tidur, ia benar-benar terbangun pada tahap ke-5. Bahkan, ia bisa terbangun pada setiap tahap, terutama tahap 1 dan 2. Jadi, hindari berbagai gangguan tidur pada saat ia berada pada tahap 1 dan 2. Misalnya, jangan nyalakan lampu walaupun hanya sebentar. Hindari pula suara yang dapat membangunkannya, walaupun hanya bunyi ‘bip’ dari ponsel Anda. Bila Anda menemaninya hingga ia tertidur, tunggulah hingga ia melewati tahap 2, yaitu sekitar 30 menit.
Parents, semoga ulasan ini bermanfaat.
Referensi: buku The No-Cry Sleep Solution oleh Elizabeth Pantley
Baca juga :
7 Alasan Balita Sering Terbangun di Malam Hari