Putriku berusia 3 tahun. Belakangan ini aku agak cemas dengan berat badannya. Tingginya sekitar 99 cm dan beratnya 17 kg. Apakah dia kegemukan?
Demikianlah pertanyaan yang diajukan seorang Bunda. Untuk mengetahui jawabannya, simak penjelasannya berikut ya Bunda!
Anak usia 3 tahun beratnya 17 kg, apakah dia kegemukan?
Berikut jawaban dari Dr. Dana Elliott Srither MBBS (Singapura), Grad Dip Family Medicine, dokter Keluarga Bersertifikat.
“Berat badan anak Anda jika dibandingkan dengan tinggi badannya berdasarkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) adalah 91%. Dengan asumsi bahwa usianya tepat 3 tahun, pengukuran BMI nya adalah 17.3 kg/m, jika didasarkan pada Standar Pertumbuhan Anak WHO, prosentase perkembangan berat badan anak Anda berada di atas standar pengukuran BMI,” ungkapnya.
Artikel terkait: 4 sehat 5 sempurna bukan cara yang benar memberi makan anak
Sebenarnya, kegemukan didefinisikan sebagai BMI di atas 85% dan di bawah 95%. Sedangkan obesitas didefinisikan sebagai BMI di atas 95% atau 30 kg/m. Kegemukan yang parah pada sebagian pasien didefinisikan sebagai BMI di atas persentase 99%.
Ya, anak Anda mengalami kegemukan. Tapi jangan putus asa. Masih ada waktu untuk mengajari anak dan keluarga mengenai pola makan dan pola hidup yang sehat. Mengajari anak dan keluarga mengenai pola makan dan pola hidup yang sehat akan mencegah masalah kegemukan semakin parah.
Faktor pemicu kegemukan
Saat ini faktor utama yang mempengaruhi berat badannya adalah pola makan dan gaya hidup. Dietnya akan sangat dipengaruhi oleh kebiasaan makan serta jenis makanan yang diperkenalkan di lingkungan keluarga dan sekolah.
Biasanya anak-anak mengadopsi pola hidup dan pola makan dalam keluarga. Hal ini juga dipicu oleh aktifitas anak yang jarang keluar rumah karena sudah asyik dengan game-game elektronik seperti Xbox, PS, Nintendo, dan semacamnya yang membuat anak malas beranjak dari depan TV.
Jadi ajaklah anak untuk berolahraga atau melakukan aktifitas fisik di luar ruangan. Mungkin mengajaknya jalan-jalan di taman atau bermain di pantai.
Kebiasaan makan keluarga yang memilih untuk membeli makanan siap saji juga akan mempengaruhi berat badan anak. Bahkan dampak iklan TV untuk tayangan makanan cukup signifikan.
Hal ini terbukti dalam sebuah penelitian berjudul “Efek dari iklan televisi untuk makanan pada konsumsi pangan anak-anak” dalam edisi di bulan April 2004 jurnal Appetite.
Para peneliti mengkaji anak-anak yang ramping, kegemukan dan obesitas untuk mengenali delapan iklan makanan dan iklan non-makanan menggunakan metode pengukuran berulang.
Makanan yang disediakan adalah manis dan gurih, tinggi dan rendah lemak. Dari kedua jenis makanan ringan ini diukur mana yang lebih digemari setelah kedua sesi tersebut. Sementara tidak ada perbedaan yang signifikan.
Anak-anak yang ramping cenderung lebih mengenal banyak iklan non-makanan. Sedangkan anak-anak obesitas mengenali macam-macam iklan makanan.
Anak-anak dengan keluhan kegemukan juga mengenal beberapa makanan ringan yang diiklankan di TV . Hal ini juga mempengaruhi kadar posting iklan makanan kecuali untuk makanan rendah lemak dan camilan sehat.
Data ini menunjukkan bahwa anak-anak yang mengalami kegemukan patut diwaspadai terkait konsumsi makanan mereka. Selain itu, kita juga harus membatasi akses anak-anak untuk melihat tayangan TV.
Pola makan anak yang alami kelebihan berat badan
dr. Yovita Ananta, Sp. A, MHSM, IBCLC, Dokter Spesialis Anak dan Konselor Laktasi Rumah Sakit Pondok Indah, juga menjelaskan tentang pola makan untuk mengatasi masalah kelebihan berat badan pada anak.
Menurut dr. Yovita beberapa hal yang diterapkan dalam memperbaiki pola makan anak:
- Makan besar 3 kali sehari, ditambah camilan sehat seperti buah-buatan sebanyak 2 kali per hari, anak juga baiknya minum air putih di antara jadwal makan utama, durasi makan cukup 30 menit saja.
- Netralkan lingkungan, artinya orangtua tidak boleh memaksa anak untuk mengonsumsi makanan tertentu, jumlah makanan juga ditentukan oleh anak
- Pemberian makan sesuai kebutuhan kalori berdasarkan berat badan ideal anak. Untuk mengetahui takarannya, Parents baiknya mengajak anak untuk berkonsultasi dengan dokter gizi terlebih dahulu.
- Pengurangan kalori dalam makanan anak harus dilakukan secara bertahap.
Keluarga dan orang-orang di sekitar anak memiliki peran penting dalam mengubah pola makan dan aktivitas fisik anak. Hal ini karena peraturan dan kebiasaan di dalam keluarga akan menjadi pondasi dasar bagi kebiasaannya hingga dewasa kelak.
Semoga informasi di atas bermanfaat.
Baca juga:
Mengenal tentang autisme lebih dekat agar tak salah kaprah dalam memahami