Saat Marissa Wong (32) menerima telepon dari daycare tempat ia menitipkan anak, ia berpikir mungkin hanya telepon biasa untuk mengabarkan perkembangan anaknya. Siapa sangka jika ia akan menerima kabar tentang anak meninggal mendadak tanpa sebab yaitu Candice, gadis kecil yang amat ia cintai.
Meskipun pihak daycare dengan segera membawa Candice ke rumah sakit, para dokter tidak bisa menyelamatkannya.
Candice tidak sakit. Ia anak yang sehat dan tidak menderita penyakit maupun infeksi. Lalu, mengapa ia meninggal?
Para dokter mengatakan kepada Marissa bahwa Candice tiba-tiba pingsan dan jatuh ke lantai. Mereka menjelaskan bahwa ia meninggal karena kasus Sudden Unexplained Death of Child (SUDC) atau Kematian Mendadak Anak yang Tidak Dapat Dijelaskan.
SUDC mirip dengan Sindrom Kematian Bayi Mendadak (SIDS) yang didefinisikan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit sebagai “kematian mendadak bayi kurang dari satu tahun yang tidak dapat dijelaskan setelah penyelidikan menyeluruh dilakukan, termasuk otopsi lengkap, pemeriksaan lokasi kematian, dan peninjauan kembali riwayat klinis”.
Sayangnya, banyak orangtua yang tidak mengetahui bahwa tak hanya bayi tetapi juga anak-anak yang lebih besar dapat meninggal secara tiba-tiba tanpa ada penyebab yang jelas.
Artikel terkait: Bayi 4 bulan ini meninggal tercekik bedongnya sendiri
Anak meninggal mendadak: Semua hal yang perlu Parents ketahui
Menurut laporan, kasus anak meninggal mendadak memengaruhi sekitar 1,4 kematian per 100.000 anak-anak secara global. Sesuai dengan data dari National Organisation of Rare Disorders (NORD), berikut ini beberapa fakta mengejutkan:
- Hampir 60% balita usia 1 – 4 tahun yang meninggal karena Sudden Unxeplained Death of Child (SUDC)
- SUDC tidak hanya terjadi pada kelompok etnis tertentu saja
- Hampir 90% dari mereka yang mengalami SUDC lahir cukup bulan dan sehat
- Hampir setengah dari mereka yang mengalami SUDC adalah anak-anak sulung
Apa itu Sudden Unexplained Death of Child (SUDC)?
Pembunuh misterius ini biasanya menyerang anak-anak di atas 12 bulan. Dan sama seperti namanya, penyebab pasti kematiannya sulit dijelaskan.
Bahkan, setelah dokter melakukan pemeriksaan menyeluruh, termasuk mempelajari riwayat medis dan genetika anak, mereka tetap tidak dapat menentukan alasan kematian.
Saat ini para ahli mencoba untuk memahami lebih lanjut tentang SUDC. Dalam sebuah studi ditemukan beberapa pola mengenai tubuh anak yang meninggal karena SUDC.
Menurut WebMD, inilah yang para dokter temukan pada anak yang meninggal mendadak:
- Anak ditemukan pada posisi telentang (dada menghadap ke arah langit-langit): 10%
- Anak ditemukan pada posisi miring: 2%
- Anak ditemukan pada posisi tengkurap (dada menghadap lantai dan punggung menghadap langit-langit): 3%
- Anak ditemukan pada posisi wajah menghadap bawah: 10%
- Anak ditemukan pada posisi wajah menghadap samping: 8%
- Anak yang tidur sekamar dengan orangtuanya atau dengan orang dewasa lain: 3%
- Anak yang ditemukan dalam kondisi tubuhnya berkeringat: 1%
Sebagai informasi tambahan, NORD menemukan bahwa hampir semua anak meninggal mendadak diduga sedang tidur sebelum mereka menjadi tidak responsif.
Penyebab anak meninggal mendadak
Parents mungkin bertanya-tanya jika memang tak dapat dijelaskan mengapa anak meninggal mendadak, lalu bagaimana mengetahui penyebabnya? Meski sulit untuk menemukan penyebab SUDC, ada beberapa kemungkinan.
NORD membuat daftar beberapa kemungkinan penyebab anak meninggal mendadak:
- Beberapa anak memiliki riwayat keluarga kejang demam. Kejang ini terjadi akibat suhu tubuh anak meningkat dan sering disebabkan oleh infeksi. Jadi, jika para dokter menemukan bahwa setiap anggota keluarga si anak menderita kejang demam, mereka menghubungkannya dengan SUDC pada anak tersebut.
- Kadang-kadang epilepsi juga bisa menjadi penyebabnya. Pada kasus ini, kematian terjadi begitu tiba-tiba dan tidak disangka. Dan laporan postmortem tidak menunjukkan indikasi keracunan atau kelainan anatomi.
- Dalam kasus lain, kejang tonik-klonik dapat menjadi penyebab SUDC. Kejang tonik-klonik terjadi di mana otot-otot di seluruh tubuh menegang dan biasanya anak menangis karena tubuhnya menghentak. Tipe kejang ini berlangsung selama 1 – 3 menit. Tetapi jika berlangsung lebih dari 5 menit, anak harus segera dibawa ke rumah sakit.
- Kemungkinan lain adalah otak yang belum berkembang. Bila ada kelainan otak yang hampir tak kentara, hal tersebut dapat mengakibatkan SUDC.
Perlu dicatat bahwa semua kemungkinan di atas belum terbukti sebagai penyebab pasti anak meninggal mendadak. Semua itu hanyalah dugaan penyebab.
Tetapi jika ada anggota keluarga yang memiliki riwayat penyakit di atas, sebaiknya bawa anak ke dokter spesialis setidaknya sekali agar pikiran Anda tenang.
Gejala
Berdasarkan kemungkinan penyebab kematian mendadak di atas, NORD mengatakan bahwa Parents harus mewaspadai tanda-tanda kejang. Pada sebagian besar kasus SUDC, anak-anak dalam kondisi sehat dan tidak menunjukkan gejala apapun.
NORD menuliskan di situsnya, “Sebagian besar anak dilahirkan cukup bulan dan perkembangannya dianggap normal. Anak-anak berada pada kondisi kesehatan yang baik sebelum kematian. Atau hanya memiliki gejala penyakit ringan seperti pilek dan demam. Beberapa anak dengan SUDC memiliki riwayat kejang demam atau memiliki anggota keluarga yang kejang demam.”
Dr. Henry Krous, mantan direktur proyek penelitian San Diego SUDC (2001 – 2012) juga menjelaskan, “Pada saat ini, tidak ada cara mencegah anak meninggal mendadak karena penyebabnya tidak diketahui. Diharapkan bahwa penelitian di masa depan akan mengidentifikasi bagaimana SUDC dapat dicegah. Ketika faktor risiko telah diketahui, maka orangtua bisa mengantisipasi terjadinya kasus anak yang meninggal tiba-tiba.”
Tindakan pencegahan
Sayangnya, karena bersifat tiba-tiba, mencegah SUDC hampir tidak mungkin dilakukan. Namun, Dr. Krous mengatakan masih ada harapan karena orangtua dapat mengambil langkah-langkah pencegahan.
“Ikuti rekomendasi dari dokter anak secara optimal, termasuk secara rutin memeriksakan kesehatan anak, memberikan semua vaksin yang disarankan, dan mendapatkan perawatan kesehatan yang tepat jika anak sakit,” saran Dr. Krous.
Meski kasus anak meninggal mendadak masih sangat sedikit, namun satu hal yang harus diingat bahwa penyakit ini ada dan mengintai keselamatan nyawa anak. Parents perlu ekstra hati-hati mengenai kondisi kesehatan serta perilaku anak saat ia tumbuh besar.
*Artikel disadur dari theAsianparent Singapura.
Baca juga:
Kematian Mendadak pada Bayi (SIDS), Faktor Penyebab dan Cara Mencegahnya