Selebriti Joanna Alexandra berbagi kisah sedihnya tentang kondisi sang anak, Ziona Eden Alexandra Panggabean, yang harus dirawat di rumah sakit. Anak bungsu Joanna Alexandra itu diketahui sakit bronkopneumonia dan harus menjalani perawatan intensif hingga masuk unit perawatan intensif anak (PICU) pada 6 November 2023 lalu.
Ia baru saja membagikan kisah kondisi sang anak melalui postingan Istagram terbarunya.
Anak Joanna Alexandra Didiagnosis Terkena Bronkopneumonia
Hati ibu mana yang tak hancur melihat anaknya sedang jatuh sakit? Hal itu pula yang dirasakan selebriti cantik Joanna Alexandra yang membagikan kronologi anaknya, Ziona yang harus masuk rumah sakit beberapa waktu lalu.
Awalnya, Ziona mengalami batuk dan kelelahan yang sangat. Joanna segera memeriksa tingkat saturasi oksigen anaknya, yang ternyata sudah mencapai angka 87. Tanpa ragu, Joanna Alexandra segera membawa anaknya ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan medis.
“Akhirnya masuk rawat inap… tapi sampe malam saturasi masih rendah dengan oksigen maksimal, plus lemas bangettt adekkk, nafas ngos-ngosan…. Akhirnya jam 7 malam persiapan masuk observasi di PICU,” tulis istri dari Almarhum Raditya Oloan di akun IG-nya.
Sebagai seorang ibu, tentu tak tega melihat sang anak harus mendapat perawatan intensif di PICU. “Ada-ada aja emang bikin sport jantung 🫠 Malam pertama ninggalin Mblut di PICU rasanya hati ini kaya lagi diiii… aaaah aukk lah.. gak bisa dijelaskan🤖😵💫” lanjutnya dalam caption.
Artikel terkait: Anak Bungsu Positif COVID-19, Joanna Alexandra Bagikan Momen di Wisma Atlet
Ziona Didiagnosa Sakit Bronkopneumonia
Dalam postingan selanjutnya, Joanna menjelaskan bahwa ternyata Ziona, anaknya yang juga berkebutuhan khusus itu didiagnosis menderita bronkopneumonia yang disertai dengan hyponatremia.
“Hasil lab jadi Ziona kena bronkopneumonia karena Resp. Synctial Virus.. plus hyponatremia juga jadi lemes banget bocil kasiaaaan.. biasanya cerewet, skrg ngomong “mama” aja bisik-bisik,” tulisnya.
Menurutnya, sang anak Joanna Alexandra masih sempat merasa happy karena tangannya bebas infus, meski sakit bronkopneumonia.
Namun, ia tidak mengungkapkan penyebab dari penyakit anaknya itu secara jelas. Menurut berbagai sumber, bronkopneumonia adalah kondisi peradangan pada saluran napas utama, yaitu bronkus, dan paru-paru.
Sementara itu, hyponatremia adalah gangguan elektrolit yang disebabkan oleh rendahnya kadar natrium (sodium) dalam darah, yang bisa disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, atau jamur.
Mengenal Bronkopneumonia, Jenis Pneumonia Paling Mematikan
Bronkopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang menyerang bronkus dan alveolus, yang merupakan peradangan atau infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau jamur.
Bronkus adalah saluran udara yang memastikan aliran udara yang optimal dari trakea ke alveolus. Sementara itu, alveolus merupakan kantong udara kecil yang berfungsi sebagai tempat terjadinya pertukaran oksigen dan karbon dioksida.
Meskipun sama-sama menargetkan saluran udara paru-paru, terutama bronkus, bronkopneumonia berbeda dari bronkitis, yang merupakan peradangan pada bronkus.
Bronkopneumonia melibatkan infeksi pada bronkus dan alveolus, sedangkan bronkitis hanya terbatas pada infeksi pada bronkus.
Individu yang mengalami bronkopneumonia mungkin mengalami kesulitan bernapas atau sesak napas karena paru-paru mereka tidak menerima pasokan udara yang memadai.
Bronkopneumonia lebih sering terjadi pada anak-anak dan menjadi penyebab kematian utama akibat infeksi pada anak-anak berusia di bawah 5 tahun. Kondisi ini dapat menimbulkan gejala ringan hingga berat, dengan potensi komplikasi yang dapat mengancam jiwa.
Gejala Bronkopneumonia pada Anak
Gejala bronkopneumonia berbeda-beda, bergantung pada tingkat keparahan kondisinya, Parents.
Laman Medical News Today menulis, gejala lebih mungkin menjadi parah pada orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh lemah, seperti anak kecil.
Kemenkes mengingatkan, pada bayi dan anak-anak, gejalanya dapat berbeda-beda, antara lain :
- Rewel
- Demam
- Hidung tersumbat
- Sulit tidur
- Tidak nafsu makan atau minum.
- Nadi teraba cepat.
- Bibir membiru
- Dada tampak cekung ke dalam saat bernapas.
- Napas berbunyi (mengi).
Penyebab dan Faktor Risiko
Tahukah Parents, penyebab paling umum dari bronkopneumonia adalah infeksi bakteri paru-paru, seperti Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus influenza tipe b (Hib). Infeksi paru-paru akibat virus dan jamur juga dapat menyebabkan pneumonia.
Bakteri atau virus berbahaya dapat masuk ke bronkus dan alveoli dan mulai berkembang biak. Sistem kekebalan tubuh menghasilkan sel darah putih yang menyerang kuman tersebut sehingga menyebabkan peradangan. Gejala sering timbul dari peradangan ini.
Sementara itu laman Kementerian Kesehatan mendata sejumlah bakteri dan virus yang dapat menyebabkan penyakit ini, berikut di antaranya: sreptococcus pneumoniae, staphylococcus aureus, pseudomonas aeruginosa, haemophilus influenzae, klebsiella pneumoniae, escherichia coli, proteus species.
Laman Kemenkes juga melaporkan, selain infeksi bakteri, bronkopneumonia juga dapat terjadi akibat infeksi virus, seperti virus COVID 19, atau infeksi jamur, seperti Aspergillus fumigatus.
Faktor risiko terjadinya bronkopneumonia meliputi hal-hal berikut, sebagaimana dilansir dari laman kesehatan Medical News Today:
- Anak yang berada di bawah usia 2 tahun.
- Paparan rokok atau penggunaan alkohol berlebihan.
- Infeksi pernafasan, seperti pilek dan flu
- Penyakit paru-paru jangka panjang, seperti PPOK, fibrosis kistik, bronkiektasis, dan asma.
- Kondisi kesehatan lainnya, seperti diabetes, gagal jantung, penyakit hati
- Kondisi yang melemahkan sistem kekebalan tubuh, seperti kelainan autoimun tertentu.
- Mengonsumsi obat-obatan untuk menekan sistem kekebalan, seperti untuk kemoterapi, transplantasi organ, atau penggunaan steroid jangka panjang operasi atau trauma baru-baru ini.
Komplikasi pada Anak
Bronkopneumonia parah yang tidak diobati dapat menyebabkan komplikasi, terutama pada orang-orang yang berisiko, seperti anak-anak.
Karena memengaruhi pernapasan seseorang, bronkopneumonia bisa menjadi sangat serius dan terkadang menyebabkan kematian.
Laman Medical News Today mencatat, pada tahun 2015, di seluruh dunia 920.000 anak di bawah usia 5 tahun meninggal karena pneumonia. Angka kematian ini sebagian besar disebabkan oleh bronkopneumonia.
Jika tidak ditangani dengan tepat, bronkopneumonia dapat menjadi serius dan bahkan berakibat fatal, terutama pada anak-anak. Namun, bagi mereka yang tidak memiliki masalah kesehatan lain, pemulihan biasanya dapat sembuh dalam beberapa minggu dengan pengobatan yang tepat. Vaksinasi juga dapat membantu melindungi anak yang berisiko tinggi dari risiko bronkopneumonia ya, Parents.
***
Bronchopneumonia
yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1400/bronkopneumonia
What is bronchopneumonia?
www.medicalnewstoday.com/articles/323167#symptoms
Baca juga:
Menghilang dari Medsos Usai Suami Meninggal, Ini Kondisi Terbaru Joanna Alexandra