Karena Anak Harus Bahagia, Proses Belajar yang Terus Aku Upayakan

Pandangan dan informasi yang diceritakan di dalam artikel ini merupakan pendapat penulis dan belum tentu didukung oleh theAsianparent atau afiliasinya. TheAsianparent dan afiliasinya tidak bertanggung jawab atas konten di dalam artikel atau tidak bisa diminta pertanggungjawaban untuk kerusakan langsung atau tidak langsung yang mungkin diakibatkan oleh konten ini.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Anak harus bahagia. Iya, ya…. sebagai orang tua, tentu kita punya harapannya yang serupa. Bisa lihat anak tumbuh dengan bahagia.

Melihat judulnya pasti di kepala kita sudah beragam penjabaran. Tetapi, yang mau aku sharing di sini  sebenernya lebih ke arah kebahagiaan alami buah hati, bukan karena materi atau apapun keinginannya harus dipenuhi.

Sebagai orang tua, aku pun masih dan akan terus belajar tentang dunia parenting yang tak akan ada habisnya. Sebab, anak-anak masih terus berkembang, dan kita memang diharuskan mengikuti masanya, mendidik putra-putri kita sesuai zamannya. Ya tentu saja sesuai dengan kondisi dan situasi kekinian.

Kata orang zona nyaman ini serba mudah, dimana dengan kekuatan jari pada ponsel pintar saja hampir semua hal dapat terpenuhi. Canggih ya?! Tapi belum tentu bahagia, kenapa begitu?

Anak Harus Bahagia, Bahagia Seperti Apa?

Anak pertamaku, Alifa bilang, “Ummi, bolehkah Alifa pinjam HPnya? Di kapal laut anak-anak pada main hp, jadi Alifa mau juga”, ujarnya ketika 2 pekan lalu kami pergi merantau meninggalkan Jakarta.

Lalu aku berkata, “Alifa main hp mau ngapain? Main games atau YouTube ya? Yuk, kita main yang lebih seru, mau nggak?” ujarku menimpali keinginannya.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

“Mau ummi, jadi kita main apa ummi? Kan di sini nggak ada mainan” katanya menambahkan.

“Kita main jadi pengembara, kita telusuri kapal besar ini yuk, nak, kita lihat ada apa saja sih di sini?!” kataku lagi menjawab rasa penasaran nya.

Lalu dibantu Abuya Alifa, kami pun menelusuri kapal laut keseluruhan. Nampak menyenangkan baginya, apalagi ini pengalaman pertamanya naik kapal laut, sesekali Alifa dan Khabib ingin diabadikan momentnya dengan hp sebagai kenang-kenangan perjalanan.

Aku sebagai orang tua yang masih belajar, kadang saat di tempat baru sudah rasa lelah saja yang tergambar di otak, misalnya saat naik kapal laut, terimajinasi panas di luar, capeknya naik tangga, belum aktifnya si kecil dan rasa ingin tahunya yang bisa luntur jika kita tidak menampungnya dengan sesuatu yang positif.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Memang sebagai orang tua rasanya ingin saja mengambil jalan pintas supaya tidak lelah, biar saja bermain layar kaca, asyik sendiri dengan tontonan atau permainan fananya.

Faktanya, kecanggihan teknologi yang kita sodorkan tak semewah itu, ada kemewahan yang lebih hakiki yakni bermain dan menghabiskan waktu yang tak bisa terulang sedikit pun, beraktifitas bersama keluarga tercinta.

Bahagia Secara Mental

Kebahagiaan mental anak InsyaAllah lebih penting dan tidak harus mahal, dari aku yang kadang masih juga suka malas bergerak, apalagi dunia anak sekarang memang dekat dengan teknologi modern yang katanya kalo nggak ikutan nggak gaul gitu loh, hehe.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Saat malas bergerak, kita ingat lagi ya ayah bunda. Waktu tak akan terulang, tiap hari mereka tumbuh besar, dan masa bermain bersama ayah bunda tak akan lama, sebab mereka bertumbuh bersama waktu.

Ayo, kita harus semangat, jangan malas bermain bersama buah hati, bangun kebahagiaan mental anak secara alami namun penuh kemewahan yang baik.

Biarkan anak berpetualang dengan momen dan waktunya, tangkap dan tanggap kita sebagai orang tua yang memang belum sempurna tapi berusaha tuk jadi yang terbaik.

Anak anteng di depan layar kaca belum tentu bahagia sesuai kelihatannya, sebab kodrat anak memang bermain, lincah, dan aktif bergerak bebas.

Peran kita pada pendampingan dan membawa suasa menjadi menyenangkan, dimanapun kapanpun, selelah apapun, itulah pekerjaan rumah sesungguhnya menciptakan generasi yang terbaik dari yang baik.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Hhmm… itu baru perjalanan dan pembelajaran selama di kapal laut saja. Kami harus menempuh perjalanan darat usai dari kapal laut selama 33 jam perjalanan.

Ini pengalaman pertama kami tempuh ke kampung halaman Abuya Alifa Khabib dengan kendaraan pribadi. Berarti stok sabar harus berlipat ganda karena orang bilang anak kecil gampang bosan. Selama perjalanan kemarin ya memang begitulah yang dirasakan.

Tak menampik rasa lelah ananda rasakan namun tak dapat di ungkapkan, yang tampak pada rasa malas makan, atau terus bertanya, “Kok nggak sampai-sampai?”.

Nah itu seni menghadapi buah hati sesungguhnya, saat keadaan dan kenyataan tak sesuai ekspektasinya. Berhari-hari kami menempuh perjalanan darat, tak jarang kami berhenti sejenak saat melihat wahana permainan anak atau sekadar pemandangan alam yang menenangkan mata, menyenangkan jiwa, dan melepas penat pada raga.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Tak apa mengalah perjalanan menjadi lebih lama, karena ada mental bahagia buah hati tercinta yang harus dijaga.

Mengajarkan ujian perjalanan menempuh apa yang di planning kan, sehingga saat tiba rasa bahagia yang nampak nyata, bahwa kita dan buah hati telah bersama-sama belajar melewati berjuta rasa yang hadir selama di perjalanan, hingga garis finish sampai pada apa yang sudah digambarkan.

Mari bergerak dan terus belajar bersama, mencari tahu bagaimana anak harus bahagia dalam artian yang sebenarnya. Tahan amarah dan emosi sebab ada cinta di tubuh mungil yang harus kita jaga dan hargai keberadaannya.

 

Ditulis oleh Member VIPP Anita Kusuma Dewi

 

Artikel Lain yang Ditulis Member VIPP

Ibu Kuat dan Hebat, Aku Terus Belajar Melewati Proses Ini

Curhatan Seorang Perempuan: Ketika Aku Harus Memilih Menjadi Ibu Rumah Tangga

4 Cara Mengoptimalkan Pendidikan Anak Broken Home