Lagi-lagi, seorang anak disiksa ibunya sendiri. Bocah malang ini jadi pelampiasan sang ibu karena marah pada suaminya. Parahnya lagi, ibu ini merekam kejadian saat menyiksa anaknya sendiri.
Dalam video yang beredar di sosial media dan menjadi viral disebutkan lokasi kejadian berada di Berau, Kalimantan Timur. Seperti yang terlihat dalam video, anak disiksa ibunya terlihat berlumuran darah. Bahkan, darahnya pun terlihat bececeran di lantai. Sang ibu, sekaligus pelaku penganiayaan pun terdengar begitu geram.
Anak disiksa ibunya lantaran sang ibu marah pada suami
Seperti yang diberitakan oleh DetikNews, saat ini pihak kepolisian telah mengamankan OF (38), ibu yang menganiaya anaknya. Rupanya, pelaku tega menyiksa anaknya sendiri lantaran dirinya merasa kesal dengan mantan suaminya yang sudah tidak menberikan nafkah untuknya.
Dalam video pelaku sempat mengatakan bahwa sang suami melakukan perselingkuhan. Namun, lewat pemeriksaan kepolisian menegaskan bahwa pasangan tersebut sebenarnya sudah resmi bercerai tiga tahun yang lalu.
“Dua hari lalu OF diperiksa. Kami lakukan pemeriksaan dan hasil pengakuan dia melakukan karena sakit hati dengan suaminya yang selama ini cerai 2015 tak pernah memberikan nafkah,” ujar Kapolres Berau AKBP Pramuja Sigit Wahono saat dihubungi DetikNews terkait peristiwa anak disiksa ibunya.
Bahkan pelaku pun sudah mengaku bahwa anak tersebut adalah anaknya kandungnya sendiri yang masih berusia 3 tahun.
Berikut ini video anak disiksa ibunya yang membuat warganet geram.
Semoga bocah malang ini bisa pulih dari trauma akibat perbuatan ibunya.
Mengapa seorang ibu bisa menyiksa anaknya sendiri?
Banyaknya kasus yang memperlihatkan bahwa tidak sedikit orangtua yang menyiksa anaknya kandungnya sendiri membuktikan bahwa orangtua perlu belajar mengelola emosinya lebih baik lagi.
Marah dan kesal memang merupakan emosi yang wajar dan bisa dirasakan oleh siapa pun. Seperti yang dikatakan Nadya Pramesrani selaku psikolog klinis dewasa, marah adalah reaksi normal dalam kehidupan sehari-hari.
Ketika seseorang merasa marah, saat itu juga akan memberikan sinyal peringatan kepada otak bahwa ada sesuatu yang salah dan memberikan energi pada tubuh untuk memperbaiki keadaan. Marah memberikan manfaat berupa pergerakan energi untuk melakukan aksi.
Sayangnya, cara orang mengekspresikan rasa marah memang sangat beragam. Ada efek yang positif maupun negatif pada orang lain.
“Tapi memang, kecendrungan orangtua yang sedang emosi, memang sering kali melampiaskannya sama anak. Ya, ujung-ujungnya anak yang jadi korban. Bahkan ada sebuah penelitian yang dilakukan di India yang membuktikan kalau kecedrungan ibu memarahi anak jauh lebih besar dari para bapaknya,” tuturnya.
Psikolog dari Rumah Dandelion ini menambahkan, saat orangtua sedang banyak pikiran, terutama saat ada masalah dengan pasangannya, atau memang ada isu lain, nah, subjek pertama yang paling cepet kena dampaknya itu memang anaknya.
Hal ini tidak terlepas dari kondisi psikologis di mana seorang ibu dan anak memiliki hubungan emosional yang aman. Atau secure attachment. Kondisi rasa aman yang sudah dirasakan, merasa tidak ada batas memang baik karena hubungan tersebut akan menjadi apa adanya.
Sayangnya, seperti yang dijelaskan oleh Nadya, secure attachment ini pada akhirnya membuat sebuah hubungan menjadi take it for granted. “Merasa nggak perlu pasang topeng lagi, merasa hubungan sudah sangat dekat dan aman, malah jadi nggak ada filter lagi, jadinya malah kebablasan,” tukas Mbak Nadya.
Oleh karena itulah, Nadya menggarisbawahi bahwa semua orangtua perlu belajar manajemen emosi sehingga dapat mengelola ataupun melampiaskan rasa marah dan kecewa dengan lebih baik lagi. Sehingga peristiwa seperti ini tidak perlu terulang kembali.
Baca juga:
Terekam CCTV, balita ini diseret ibunya pakai motor sejauh 300 meter