Benua Hitam mendadak dihebohkan dengan penyakit misterius usai 95 pelajar SMA di Kenya mendadak lumpuh. Kendati menimbulkan perdebatan, kasus anak di Kenya lumpuh ini menjadi fokus pemerintah setempat.
95 Anak di Kenya Lumpuh Mendadak
Sekitar 95 siswi di SMA Putri Eregi St Theresa, Kenya dilarikan ke rumah sakit akibat terkena penyakit misterius. Dalam sebuah video, terlihat sekumpulan siswa sulit berjalan.
Kasus ini mulai terjadi pada Senin (2/10/2023). Awalnya, sekitar 62 siswi mengalami penyakit aneh tersebut. Hingga kemudian, jumlahnya meningkat hingga lebih dari 95 siswi. Akibatnya, sekolah untuk sementara ditutup.
Sementara itu, para siswi menjalani perawatan di berbagai rumah sakit. Sebanyak 30 orang di RS Kakamega, 31 orang di RS Misi Mukumu, 14 orang di RS Shibwe, dan 20 orang di RS Iguhu. Sisanya dirawat di rumah sakit sekolah.
“Departemen pendidikan, pemerintah daerah, dan departemen kesehatan masyarakat berkomitmen untuk memastikan anak-anak menerima perawatan yang tepat,” jelas direktur pendidikan regional wilayah barat Kenya, Jared Obiero.
Untuk memastikan penyebab penyakit ini, pihak berwenang mengambil sampel darah dari para siswi. Selanjutnya, sampel dibawa ke Institut Penelitian Medis Kenya (KEMRI) untuk diteliti lebih lanjut.
Hingga saat ini, penyebab para siswi mengalami sulit berjalan serta kelumpuhan belum diketahui pasti. Kendati demikian, terdapat sejumlah dugaan penyebab kejadian ini.
Artikel Terkait: Kisah Perempuan Alergi Air Sejak Kecil, “Mandi Bisa Membuatku Pingsan“
Ketidakseimbangan Elektrolit dalam Tubuh
Usai diadakan analisis, tes laboratorium melaporkan adanya peningkatan kadar elektrolit dalam tubuh para siswi. Kondisi ini menunjukkan kehilangan cairan dalam tubuh.
Ketidakseimbangan elektrolit terjadi ketika kandungan mineral dalam tubuh terlalu rendah atau terlalu tinggi. Tanda-tanda umum ketidakseimbangan elektrolit biasanya berupa mulut kering dan rasa haus, gelisah, jantung berdebar, mual atau muntah, detak jantung tidak teratur, dan tekanan darah rendah atau tinggi.
Selain itu, penderitanya dapat mengalami kebingungan atau masalah kognisi, lemah atau kejang otot, mati rasa atau kesemutan, serta kelelahan. Meski begitu, temuan ini belum diputuskan menjadi penyebab penyakit misterius yang dialami para siswi di Kenya.
Selain kemungkinan elektrolit yang tak seimbang, muncul dugaan lain bahwa kasus anak lumpuh di Kenya ini hanya histeria massal. Aksi ini besar kemungkinan dilakukan karena sebentar lagi ujian akhir akan berlangsung.
“Murid dari kelas tiga akan memulai ujian akhir tahun pada hari Rabu, namun beberapa dari mereka menentang program sekolah, dan menyatakan bahwa mereka belum siap untuk ujian,” ujar Jared Obiero dikutip dari Daily Mail.
“Ini berarti beberapa gejala yang dialami murid mungkin tidak asli,” sambungnya.
Menteri Kesehatan Kenya, Susan Nakhumicha mengatakan hingga saat ini tidak ditemukan patogen yang teridentifikasi antara siswi sekolah tersebut. Ia menuturkan tes akan lebih banyak dilakukan untuk menemukan penyebab penyakit misterius tersebut.
“Kami telah menghubungi direktur kesehatan masyarakat, hingga Selasa ada 95 anak perempuan yang dirawat di rumah sakit,” ucap Susan.
“Kami mengantisipasi laporan secara komprehensif. Sejauh ini, lima tes telah dilakukan tidak ada patogen yang teridentifikasi. Sampel lain telah dikirim ke Kenya Medical Research Institute di Nairobi untuk analisis lebih lanjut,” pungkasnya.
Berpotensi Menular
Sementara itu, direktur layanan medis wilayah tersebut Steven Wandei mengungkapkan, penyakit misterius ini berpotensi menular. Jika tidak ditangani dengan baik, tak menutup kemungkinan penyakit ini bisa menular ke anggota keluarga lainnya.
“Kita perlu mencari tahu apa yang membuat anak-anak perempuan kita sakit dan mengetahui penyebabnya sebelum kita bisa mengizinkan siswa yang tersisa untuk kembali ke rumah dan bergaul dengan saudara mereka yang lain,” jelas dia.
Karena itu, pihaknya mengimbau orangtua membiarkan anaknya tetap berada di sekolah sementara pihaknya melakukan pemeriksaan dan perawatan.
Sampel feses, urine, dan darah para siswa juga dibawa ke laboratorium pemerintah di Kisumu dan Nairobi, Kenya untuk dianalisis.
Meski begitu, sebagian orangtua protes karena tidak diizinkan menjemput anak mereka. Mereka menyebut sekolah sangat padat sehingga memudahkan penularan penyakit.
Baca juga:
55 Anak Korban Banjir Libya Keracunan Air yang Terkontaminasi Limbah
Riset: Anak Belanda Paling Bahagia di Dunia, Ternyata Ini Rahasianya
Virus Nipah di India Renggut 2 Nyawa, Ini Gejalanya