Di era digital seperti saat ini, gadget bukan barang baru untuk anak-anak. Riset yang dilakukan Google bersama lembaga riset Fluent terkait Digital Wellbeing tahun lalu menyebutkan, 1 dari 3 pengguna internet adalah anak-anak. Artinya, penting bagi Parents mengajarkan anak cerdas berinternet.
Biar bagaimana pun, internet bisa diibaratkan dua mata sisi pisau. Selain membuka peluang untuk anak belajar dan bersosialisasi, internet juga berisiko memberikan dampak negatif pada anak.
Dalam rangka memperingati Hari Aman Berinternet Sedunia atau “Safer Internet Day” yang diselenggarakan pada 11 Februari, Google Indonesia pun meluncurkan program Tangkas Berinternet (#TangkasBerinternet).
Program ini dijalankan dengan menggandeng beberapa pihak, mulai dari Yayasan Sejiwa dan Indonesia Online Child Protection (ID-COP) dan didukung Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI (Kemen PPA), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI (Kemdikbud), Kementerian Komunikasi dan Informatika RI (Kemkominfo), serta Siberkreasi.
Anak cerdas berinternet, perlu tangkas dalam menggunakan internet
Tangkas berinternet merupakan sebuah program global literasi digital dan keamanan online yang diusung Google dengan tujuan meningkatkan ketahanan berinternet anak-anak.
Program Tangkas Berinternet memuat beberapa materi ajar untuk guru dan orangtua serta situs terkait literasi digital yang diharapkan dapat menjawab kekhawatiran orangtua jika terpapar konten berbahaya saat berselancar di media sosial. Agar lebih menyenangkan, program ini pun dilengkapi dengan permainan berbasis web yang dapat membantu mengajarkan konsep literasi digital kepada anak-anak.
“Berdasarkan data yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan RI serta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, sebanyak 95,1% anak di 6 kota besar di Indonesia sudah piawai mengakses pornografi di dunia online.
Ini bisa jadi berbahaya jika orangtua tidak bisa mengontrol interaksi anak dengan internet, bisa menimbulkan adiksi,” ungkap Diena Haryana, Pendiri Yayasan Sejiwa saat ditemui terpisah usai acara Peluncuran Program #TangkasBerinternet oleh Google yang diadakan di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI pada Senin, (10/2).
Lebih lanjut Diena memaparkan isu lain yang sering jadi perhatian utama, mulai dari kecanduan game online, pornografi, predator anak, eksploitasi seksual anak, serta cyber crime yang mengarah pada child trafficking.
Beragam masalah ini, tentu saja semakin menegaskan peran penting orangtua, sekolah dan guru, serta pemerintah Indonesia untuk melindungi anak-anak Indonesia dari beragam risiko.
Pada kesempatan yang sama, Putri Alam selaku Kepala Kebijakan Publik dan Hubungan Pemerintah, Google Indonesia menuturkan dengan adanya program Tangkas Internet diharapkan menjadi salah satu solusi yang dicanangkan dalam membantu memaksimalkan teknologi untuk anak-anak dan keluarga, sekaligus meminimalisir risiko yang ada di baliknya.
Cerdas dan tangkas berinternet lewat cara yang menyenangkan
Program ini memuat 5 topik penting agar anak-anak Cerdas, Cermat, Tangguh Bijak dan Berani Berinternet. Materi ajar disampaikan dalam bentuk permainan berkarakter menarik untuk menyampaikan pesan pada anak-anak dengan cara yang menyenangkan.
“Anak cenderung tidak suka belajar dengan cara yang konvensional. Karena itulah, Tangkas Berinternet juga mengemas materi ajar dalam bentuk permainan dengan karakter yang lucu dan menarik minat anak. Unsur visual lebih bekerja dan terserap otak anak. Ditambah, anak sebenarnya menyukai sesuatu yang mendidik. Tinggal kita sebagai orangtua bersedia terlibat di dalamnya,” jelas Diena.
Melalui permainan ini, Diena ingin menyampaikan nilai kebaikan. “Be Kind, bahwa dalam berinternet kita harus mementingkan sopan santun, harus memilih hal yang baik, konten yang baik seperti apa. Penting untuk kita memikirkan dengan matang apa yang akan diutarakan dalam media sosial.
Lewat game online Interland, anak-anak bisa mendapatkan petualangan yang membuat proses belajar tentang keamanan dan kewargaan digital jadi lebih interaktif dan menyenangkan.
Dalam game ini, anak-anak akan membantu sahabat Internaut untuk menghadapi para peretas, phisher, pengguna yang kurang bijak dalam berbagi, serta perundung (bully) yang berperilaku buruk, dengan melatih keterampilan yang mereka butuhkan untuk menjadi warga digital yang baik.
Bersama dengan Yayasan Sejiwa, program Tangkas Berinternet juga akan menyelenggarakan pelatihan untuk guru dan orang tua di 5 kota di Indonesia. Materi ajar untuk guru dan orangtua serta permainan berbasis web untuk anak – anak sudah dapat diakses di
Penasaran ingin mencobanya? Parents bisa langsung mengaksesnya lewat website Tangkas Berinternet ini.
Cegah beragam risiko, ini yang perlu dilakukan orangtua agar anak cerdas berinternet
Pada dasarnya, mengawasi anak di dunia online sebenarnya tidak akan jauh berbeda dengan terlibat langsung dalam kehidupan anak di dunia nyata. Hal inilah yang ditegaskan Diena Haryana, Pendiri Yayasan Sejiwa agar Parents Parents cerdas berinternet. Dengan begitu, Parents pun akan mampu menjadi pelindung dan pendamping anak di ranah online.
Berikut ini beberapa langkah yang sebaiknya dilakukan orangtua agar anak cerdas berinternet:
- Jadilah teladan yang baik
“Ini yang nggak kalah penting. Tanyakan pada diri sendiri, sejauh ini sudahkah menjadi pendamping dan pelindung anak yang baik?,” tegas Diena.
Saking sibuknya bekerja, orangtua seolah tidak memiliki waktu untuk belajar. Padahal, dunia yang bergerak dinamis mau tidak mau mengharuskan orangtua untuk tidak ketinggalan zaman dan mengawasi anak terkait aktivitas yang ia lakukan di dunia maya.
“Jadilah pemenang di kepala anak, jangan mau kalah dengan gadget mereka. Kalau kita lengah, tidak menutup kemungkinan anak bisa mengalami kecanduan dan menghambat tumbuh kembangnya,” ujar Diena lagi.
- Komunikasi yang baik
Memang, penghormatan menjadi aspek utama yang diinginkan orangtua dari anaknya. Kenyataan ini kerap membuat orangtua luput akan satu hal, bagaimana caranya menjadi teman dan sahabat yang baik bagi anaknya. Ketika ingin mengupayakan hal itu, semuanya sudah terlambat dan anak sudah tenggelam dalam dunianya sendiri.
“Jangan hanya menjadi orangtua, tetapi kemaslah sosok Anda menjadi FAB yaitu funky, asyik, dan bergaul. Jangan kaku jadi orangtua, tuh. Coba ajak anak mengobrol hal yang sederhana: kamu lagi apa sih kok lama sekali main komputernya? Pertanyaan semacam ini akan membuat anak berpikir ulang kalau mau aneh-anah di ranah online,” tutur Diena.
-
Selalu ingat dengan jejak digital
Ingatlah, bahwa apa pun yang diposting di internet, termasuk sosial media, baik foto, komentar, atau pesan, akan menyisakan jejak digital internet untuk selamanya. Oleh karena itu, latih sedini mungkin agar anak lebih hati-hati saat ingin memposting sesuatu di internet.
-
Pikir ulang sebelum memposting
Penting untuk memahami kapan waktunya bergenti memposting. Misalnya, untuk tidak memberikan reaksi terhadap postingan foto, atau memberikan komentar pada seseorang, terlebih lagi menyebarkan suatu hal yang belum tentu benar.
-
Lindungi rahasia
Tidak sedikit Parents yang senang sekali memperlihatkan atau membagikan milestone yang telah dicapai oleh anak. Wajar saja, namun ingat jangan sampai ikut membagikan data yang bersifat rahasia, seperti alamat, baik alamat sekolah anak atau pun rumah, email, nomer telepon, atau dokumen penting lainnya.
-
Jangan berasumsi secara berlebihan
Pecayalah, apa yang Parents pikirkan, belum tentu saja sama dengan apa yang ada di pikiran orang lain. Maka, saat orang lain melihat informasi yang sama, mereka bisa saja memiliki pengertian dan persepsi yang berbeda.
-
Hargai privasi orang lain
Salah satu hal yabg penting untuk diingat adalah penting untuk selalu mengormati pilihan privasi orang lain. Meskipun, mungkin Parents memang tidak sependapat atau tidak setuju dengan pilihar tersebut. Dengan begitu, tidak perlu memberikan respon yang secara berlebihan
Bagaimana, sudahkah Parents cerdas dalam berinternet dan mampu ‘menularkan’ serta mendampingi anak?
Baca juga :
Remaja nekat kabur dengan pacar karena video game online, teguran keras bagi orangtua!