Hai Bun. Memiliki anak dengan segudang prestasi pasti menjadi kebanggaan tersendiri ya buat orang tua. Apalagi jika orang tua ikut terlibat dalam proses pembelajaran si anak tentunya. Maka tak heran, para orang tua sedari dini merencanakan dengan bijak tentang masa untuk sang buah hati mereka.
Saya adalah seorang guru les privat siswa Sekolah Dasar yang mengajar diluar jam sekolah. Kelebihan dari belajar secara privat menurut saya sangat berpotensi mengenal anak lebih dekat, dan mengetahui seberapa antusias mereka dalam dunia belajar. Tak lupa, dengan cara ini saya berkesempatan untuk menilai proses belajar anak selama ia menjalankan aktivitas selama pembelajaran.
Berpengalaman di dunia pendidikan, saya cukup paham kebutuhan anak di jenjang Sekolah Dasar (SD). Apalagi di dunia yang serba digital seperti ini tidak memungkinkan anak menghabiskan waktunya untuk screen time. Apa itu screen time? Screen time adalah aktivitas dihabiskan untuk menonton TV, menggunakan komputer/laptop/ponsel, bermain video game. Di zaman yang menerapkan efisiensi waktu seperti saat ini, pasti banyak instansi khususnya dunia pendidikan menggunakan sistem dalam jaringan (DARING). Kumpulan informasi pun sudah bisa diperoleh melalui internet. Bahkan dalam satu instansi pun memfasilitasi siswanya mengerjakan tugas melalui online. Hebat, kan?
Semakin majunya inovasi pendidikan, kita sebagai orang tua juga tidak boleh kalah untuk memperbaharui kemampuan anak maupun kita sendiri ya.
Lalu bagaimana kiat Parents agar anak mau memulai dan tetap semangat dalam kegiatan belajarnya? Ini tips jitu dari saya :
1. Tak Kenal Maka Tak Sayang
“Halo, Rani. Bagaimana perasaanmu belajar di sekolah hari ini?”
“Dimas suka main ular tangga ya? Kita main yuk, tapi ini ada misi yang harus Dimas selesaikan dalam permainan ular tangga ini. Yap! Dimas harus mengisi penjumlahan dulu di setiap dadu itu berhenti ya”
Bukan tentang sebuah pasangan, tapi sebagai orang tua wajib mengenal anaknya dengan baik. Bagaimana karakter anak? Seperti apa kesulitan mereka dalam menerima pelajaran? Saya selalu menerapkan ini disetiap tahap perkenalan dengan siswa les saya. Sehingga diharapkan kedepannya saya dan siswa dapat bekerjasama dengan baik dalam melaksanakan kegiatan belajarnya. Ketika anak dituntut untuk memperoleh pengetahuan yang baru ia dapat, tidak semata mata otaknya hanya menerima ilmu begitu saja ya Bun, Ayah. Boleh sesekali kita dalami sejauh apa anak memahami apa yang baru saja ia dapat. Dengan begitu, Parent bisa menilai cara anak berpikir secara logis dengan baik.
2. Punya Jadwal Belajar
“Hari ini di sekolah Ria belajar berjalan lurus ya? Bagaimana jika sekarang kita praktekkan?”
“Tadi di sekolah pelajaran Matematika ya? Seperti biasa kita mengulas sedikit saja sejauh mana Rania paham. Lalu kita mengenal macam-macam hewan berdasarkan cara berkembangbiaknya ya”
Jadwal Belajar yang saya maksud adalah jam belajar diluar jam sekolah ya bun. Pentingnya kita sebagai orang tua membuat jadwal belajar adalah melatih anak untuk disiplin dan mengatur waktunya. Bunda maupun ayah bisa mempraktekkan pembelajaran anak secara nyaman ya pastinya. Kita tau bahwa waktu kita sudah banyak terkuras untuk fokus ke urusan seperti pekerjaan, urusan rumah dan lain-lain. Tapi, jangan lupa bunda dan ayah punya tanggung jawab juga untuk menentukan masa depan sang buah hati. Upayakan memilih waktu yang tepat bagi anda sebagai orang tua untuk memiliki jadwal belajar sendiri dengan anak ya, Bun. Kita memang harus terbiasa memperbaharui cara belajar yang menyenangkan. Sehingga anak juga merasa senang dan nyaman belajar dengan orang tuanya.
3. Mengenalnya Ilmu-Ilmu Dasar dengan Menyenangkan
“Kakak tau? Apa yang membuat kita bisa bergerak dengan baik saat ini? Jadi di dalam tangan dan kaki kita ada yang namanya tulang, otot dan saraf. Mau tau fungsinya Kak? Kita pelajari sekarang ya”
Anak bisa saja antusias hanya di salah satu bidang ilmu pengetahuan, bun. Ada salah satu faktor yang menyebabkan hal ini terjadi adalahnya minimnya cara mengenalkan ilmu-ilmu dasar yang ada di dalam sekolah, sehingga anak tidak hanya tertarik dengan satu atau beberapa ilmu saja. Sudah tugas kita sebagai orang tua menyiapkan media pembelajaran yang sangat menyenangkan ya.
4. Jangan Membiarkan Anak Untuk Memendam Argumennya
“Mengapa ya adik kok sejak kemarin mengatakan kalau kupu-kupu dari lahir sudah punya sayap? Adik sudah tau kupu-kupu seperti apa?"
Hal yang membingungkan sebagian orang tua, biasanya jika anak mencoba memberikan pendapatnya. Saya seringkali mendapati siswa dengan keberanian mengungkapkan pendapatnya seperti ini. Di masa masa ini anak memang terus berkembang ya bun. Jadi tidak salah jika ia menanyakan apakah benar pendapatnya, bahkan anak bertanya pula tentang pendapat parents. Pilihlah kalimat baik dan cerdas, agar apa yang kita sampaikan bisa menjadi pedoman ia saat nanti masa berpikir kritisnya lebih matang. Ajak ke tempat-tempat yang bisa lihat secara langsung atau kita menyediakan materi sederhana untuk menguatkan pendapatnya ya, parent. Tujuannya adalah, agar mereka perlahan mulai paham “Oh, kupu-kupu ini sebelum ia terbang seperti ini ya, ayah?”
5. Beri Apresiasi Hasil Belajarnya
“Luar biasa Kakak hari ini menggambar pohon ya? Menurut kakak bagus tidak kalau pohonnya diberi sedikit buah. Buah apa ya kak?”
Masih seputar mencapaian hasil belajar. Saya sering mendapati orang tua yang menilai kecerdasan anak adalah dilihat dari nilainya. Tanpa melihat proses belajarnya. Ada beberapa parents yang senang jika anaknya mendapat nilai 100, sedangkan jika anak mendapat nilai 70 menunjukkan rasa kurang puas terhadap hasil belajar anak. Sebaiknya kita hindari hal seperti ini ya. Anak juga memiliki tingkat emosial lho, parent. Dengan rasa ketidakpuasan orang tua jika anak mendapat nilai dibawah 100, akan merasa tidak dihargai setiap perjuangannya. Kita harus tetap beri dia apresiasi pastinya, agar anak tidak cepat puas dengan hasil belajarnya.
Nah, Parents.. itu tadi beberapa tips membuat anak semangat untuk belajar. Semoga parents tetap termotivasi dalam mendidik anak ya..
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.