Kasus seorang anak yang bunuh ayah kandung terjadi di Kecamatan Batang Alai Utara, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan. Tindakan keji ini diduga dilakukan karena sang anak tidak diberi uang untuk membeli barang yang diinginkan.
Artikel terkait: Ini bukan lelucon, putriku semalam mencoba membunuhku: Peringatan bahaya tamiflu
Anak Bunuh Ayah Kandung karena Tidak Dibelikan Velg Kendaraan
Adalah MY, lelaki berusia 35 tahun yang tega tusuk ayah kandungnya sendiri. Menurut keterangan Kasat Reskrim Polres HST AKP Dani Sulistiono, pemuda tersebut membunuh ayahnya karena kesal tidak diberi uang senilai 1 juta rupiah. Uang tersebut hendak MY gunakan untuk membeli velg atau rim kendaraan.
“Yang jelas, sebelum membunuh ayahnya, pelaku sempat meminta uang sebesar 1 juta rupiah. Akan digunakan untuk beli velg. Namun, kami masih menyelidiki apakah itu merupakan alasan saja atau bukan. Tapi yang pasti, dia meminta uang sejuta,” jelas Dani seperti yang dikutip dari laman Kompas, Sabtu (18/7).
Sudah tinggal terpisah dengan orangtua, MY juga kerap mendatangi rumah sang ayah untuk meminta uang. Namun, karena kemauannya tidak dipenuhi, maka pelaku diduga emosi kemudian membunuh ayahnya.
Dani pun melanjutkan, “Korban dibunuh menggunakan pisau. Pelaku kini sudah diamankan bersama barang bukti berupa senjata tajam untuk dilakukan penyidikan lebih lanjut.”
Kejadian Diketahui oleh Sang Ibu
Peristiwa nahas itu pertama kali diketahui oleh sang istri korban. Perempuan yang juga merupakan ibu dari pelaku tersebut melihat darah berceceran di rumah dan mendapati sang suami sudah tidak bernyawa.
Merasa kaget, sang istri pun langsung berteriak untuk meminta pertolongan warga. Ia juga lekas melaporkan kejadian tersebut pada kepolisian.
“Istri korban datang. Lalu, dia melihat banyak darah berceceran di dalam rumah dan menemukan suaminya tergeletak di kamar gudang. Karena mengalami luka yang cukup serius, nyawa korban pun tidak bisa diselamatkan,” ungkap Dani.
Pelaku yang masih berada tidak jauh dari lokasi kejadian, pun langsung ditangkap dan diamankan oleh pihak berwajib. Sebilah pisau yang merupakan barang bukti ditemukan di bawah pohon yang berjarak 30 meter dari rumah korban.
Anak yang Bunuh Ayah Kandung Akan Diperiksa Kondisi Kejiwaannya
Selain diamankan, polisi juga memberikan keterangan bahwa MY akan diperiksa terkait kondisi kejiwaannya. Hal ini dilakukan untuk memastikan apakah pelaku mengalami gangguan jiwa atau tidak, sehingga ia melakukan tindakan pembunuhan. Pemeriksaan tersebut akan dilakukan oleh dokter yang berwenang.
“Saat hasil sudah keluar, kami berjanji akan memproses pelaku sesuai dengan hukum yang berlaku,” pungkas Dani.
Karena perbuatannya, pelaku akan dijerat Pasal 338 tentang pembunuhan dan terancam hukuman penjara selama 7 tahun.
Mengapa Anak Tega Bunuh Orangtua Kandungnya?
Kasus seorang anak yang membunuh orangtuanya memang tindakan yang tidak masuk akal dan begitu miris. Faktanya, kejadian ini memang kerap terjadi.
Dilansir dari laman Psychology Today, rata-rata usia anak yang bisa melakukan tindakan pembunuhan pada orangtuanya sendiri adalah remaja. Hal ini karena remaja masih mengalami masa pergolakan keyakinan dan cenderung bertindak impulsif. Mereka belum memikirkan dampak jangka panjang, apakah perbuatannya ini salah ataukah benar.
Meski demikian, tak jarang juga anak yang sudah memasuki usia dewasa pun bisa saja melakukan tindakan tersebut. Kathleen M. Heide, PhD, seorang profesor kriminologi di University of South Florida, pun menjelaskan mengenai fenomena ini.
Kathleen memaparkan, “Anak-anak, remaja, atau bahkan mereka yang berusia dewasa bisa saja membunuh orangtua mereka. Namun, tindakan dan alasan mengapa mereka melakukan hal ini umumnya tidak dapat diprediksi.”
“Secara statistik, parricide atau pembunuhan orangtua yang dilakukan anak termasuk ke dalam hal tidak biasa atau jarang ditemukan. Namun, kita tidak bisa menepis kenyataan bahwa hal ini kerap terjadi. Bahkan, kasus anak bunuh orangtua juga biasanya terjadi tanpa ada tanda-tanda atau warning sign lebih dulu,” ungkapnya seperti yang dilansir dari laman CBS News.
Meski alasan anak membunuh orangtua bisa beragam, tetapi berdasarkan penelitian yang dilakukan Kathleen, ada beberapa kategori anak yang berisiko tinggi melakukan tindakan ini, yakni:
- Severely Abused Children (SAC) atau mereka yang mendapat kekerasan dari orangtua. Biasanya, anak yang melakukan tindakan kriminal dalam kategori ini juga mendapat kekerasan berkepanjangan dari orangtua mereka. Baik dari segi fisik maupun psikis.
- Dangerously Antisocial Children (DAC), mereka yang menyakiti dan membunuh orangtua untuk mencapai tujuan pribadi.
- Severely Mentally Ill Children (SMIC), tindakan pembunuhan didasari penyakit atau kondisi mental yang parah. Seperti kondisi depresi jangka panjang atau mereka yang menggunakan obat psikotropika untuk mengatasi beberapa penyakit mental.
Artikel terkait: Jangan sepelekan! Ini akibatnya jika anak terpapar tindak kekerasan di dalam keluarga
Untuk kasus anak yang bunuh ayah kandung ini, kemungkinan bisa termasuk dalam kategori kedua. Yakni mereka yang membuhuh orangtua demi mencapai tujuan pribadi.
Pembunuhan yang dilakukan bisa saja menjadi dampak dari kemauan anak yang terus-menerus dipenuhi oleh orangtua. Sehingga ketika anak tidak mendapatkan apa yang diinginkan, mereka cenderung bersikap menyimpang dan melakukan tindakan tidak terduga.
Kathleen pun menjelaskan mengenai hal ini, “Pelaku yang tergolong Dangerously Antisocial Children (DAC) ini hanya berfokus pada tujuan pribadi. Ia tak segan melanggar hak-hak orang lain yang dirasa menghalangi keinginannya.”
Ia juga melanjutkan, pola perilaku tersebut biasanya dimulai ketika anak-anak. Jika mereka terus-menerus menerima apa yang mereka inginkan sampai pada tahap mereka bisa menentang orangtua dan tidak peduli sekitar, kondisi ini harus mulai diwaspadai.
Pasalnya, apabila terus berlanjut dan tidak diatasi, pola perilaku membangkang karena keinginannya yang harus terpenuhi sangat berisiko menimbulkan gangguan kepribadian pada anak. Beberapa di antaranya adalah Antisocial Personality Disorder hingga Conduct Disorder, yakni gangguan perilaku dan emosi serius yang membuat anak melakukan kekerasan.
“Tindakan pembunuhan yang dilakukan DAC ini juga lebih bahaya dibandingkan dengan dua kategori lainnya. Tidak hanya orangtua, mereka juga mungkin saja melakukan kekerasan pada orang lain yang ada di sekitar mereka secara tidak sadar di kemudian hari,” pungkas Kathleen.
Artikel terkait: Pentingnya ajarkan perbedaan kebutuhan dan keinginan pada anak, Parents wajib tahu!
Orangtua perlu paham, bahwa sikap mereka pada anak juga akan membentuk karakternya di masa depan. Maka, jangan ragu untuk memberikan batasan dan mengajarkan kedisiplinan pada Si Kecil sejak dini. Hal tersebut dilakukan agar anak bisa mengendalikan emosi dan mengerti bahwa apa yang ia inginkan tidak selamanya harus dipenuhi.
Itulah berita tentang seorang anak yang tega bunuh ayah kandung karena ia tidak diberi uang satu juta untuk membeli velg kendaraan. Semoga peristiwa ini tidak terjadi lagi, ya, Parents!
***
Baca juga:
Alasan Rachel Vennya tak selalu menuruti keinginan anaknya, bisa Parents tiru!