Fakta unik, adik mengajari kakak lebih berempati, penelitian ini membuktikannya

Penelitian mengungkap fakta unik soal hubungan saudara, adik mengajari kakak empati dan mencegah kakaknya menjadi orang egois di masa depan.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Selama ini, kita selalu menganggap bahwa adik belajar banyak hal dari kakaknya. Karena sang kakak lahir lebih dulu, dan merupakan hal logis jika si kakak mengajari adiknya apa yang ia tahu. Namun, sebuah penelitian terbaru mengungkap fakta unik, adik mengajari kakak empati merupakan hasil dari studi ini.

Penelitian yang dipublikasikan di jurnal Child Development ini, dilakukan oleh para ilmuwan dari Universitas Calgary di Kanada. Hasil penelitian menemukan, adik mengajari kakaknya tentang beberapa hal dalam kehidupan, di antaranya adalah mencegah sang kakak tumbuh menjadi orang egois.

Marc Jambon, salah seorang asisten penulis dalam penelitian ini mengatakan, “Meskipun anggapan umum menyatakan, orangtua dan kakak adalah sumber primer bagi perkembangan sosial adik, namun kami menemukan bahwa baik kakak dan adik memiliki kontribusi terhadap proses tumbuhnya empati dalam diri satu sama lain.”

Adik mengajari kakak untuk tidak menjadi orang egois. Penelitian membuktikannya.

Artikel terkait: Empati Menjadikan Anak Sukses Di Masa Depan

Penelitian tentang adik mengajari kakak empati

Penelitian ini sesungguhnya berfokus pada pengaruh kakak terhadap adiknya, karena hal inilah yang lebih mudah terlihat. Salah satu tinjauan terhadap beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kakak memiliki pengaruh lebih besar terhadap adiknya. Salah satunya berdampak pada perkembangan motorik dan risiko menjadi perokok ketika dewasa.

Dalam penelitian terbaru ini, Marc Jambon bersama tim penelitinya menganalisis sebuah grup yang terdiri dari 452 pasang kakak beradik di Kanada. Dengan rentang usia 18 bulan hingga 4 tahun.

Ilmuwan yang terlibat dalam penelitian ini mengkaji dan menilai tingkat empati anak-anak sejak awal studi. Mereka lebih memilih melakukan observasi dibandingkan bertanya pada orangtua tentang empati yang dimiliki anaknya.

Ilmuwan melakukan observasi dengan mengunjungi anak-anak di rumah mereka dan bermain dengan setiap anak secara terpisah. Ketika sedang bermain, peneliti akan pura-pura terluka atau merusak mainan yang mereka suka. Reaksi anak terhadap hal tersebut akan dicatat dan direkam.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Peneliti juga memasukkan pola pengasuhan orangtua, karakter demografik dan kualitas hubungan antar saudara sebagai data penunjang.

Setelah 18 bulan, peneliti akan kembali ke rumah anak-anak tersebut, dan memeriksa perubahan apa yang terjadi pada anak selama satu setengah tahun bersama saudaranya. Secara statistik, peneliti menemukan adanya peningkatan empati secara signifikan setelah 18 bulan berlalu.

Namun, peneliti juga menemukan hal unik, yakni proses belajar adik mengajari kakak empati tidak berlaku pada anak perempuan yang memiliki adik laki-laki. Hal ini karena tingkat empati mereka tidak meningkat setelah satu setengah tahun diobservasi.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Adik mengajari kakak empati tidak berlaku pada anak perempuan yang memiliki adik lelaki.

Catatan penting bagi setiap orangtua

Laurie Kramer, seorang profesor psikologi di Northeastern University mengatakan, “Menurut saya, yang paling luar biasa dari penelitian ini adalah, anak di bawah usia 3 tahun memiliki peran penting dalam membentuk empati dalam diri kakaknya.

Laurie telah melakukan penelitian terhadap hubungan antar saudara lebih dari dua dekade. Dia juga menambahkan bahwa, biasanya kita tidak berpikir bahwa balita bisa memiliki pengaruh apapun terhadap kakaknya. Namun ternyata anggapan ini salah.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Sejak awal kehadiran sang adik, kakak sudah harus berbagi kasih sayang dan perhatian orangtua. Dia juga harus berbagi mainan atau berbagi kamar. Maka tak heran, bayipun bisa mengajari kakaknya untuk tidak menjadi orang egois dan mudah untuk berbagi serta peduli.

Hal ini tentunya menjadi catatan bagi orangtua untuk lebih mengarahkan anak agar memiliki kualitas hubungan yang baik dengan saudaranya. Sebab, kemampuan sosial anak tidak hanya dibentuk atas pengaruh orangtua, namun juga saudara-saudaranya.

Semoga bermanfaat.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

 

Disadur dari theAsianparent Singapura

Baca juga:

6 Cara membesarkan anak yang penuh empati dan peduli pada orang lain

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Penulis

Fitriyani