X
theAsianparent Indonesia Logo
theAsianparent Indonesia Logo
kemendikbud logo
Panduan ProdukMasuk
  • Kehamilan
    • Kalkulator perkiraan kelahiran
    • Tips Kehamilan
    • Trimester Pertama
    • Trimester Kedua
    • Trimester Ketiga
    • Melahirkan
    • Menyusui
    • Kehilangan bayi
    • Project Sidekicks
  • Artikel Premium
  • Breastfeeding Week 2023
  • Cari nama bayi
  • Perawatan Ibu dan Bayi
  • Kulit Bayi
  • Rangkaian Edukasi
    • Pengasuhan Anak
    • Edukasi Prasekolah
    • Edukasi Sekolah Dasar
    • Edukasi Remaja
  • TAPpedia
  • TAP Rekomendasi
  • Anak
    • Bayi Baru Lahir
    • Bayi
    • Balita
    • Prasekolah
    • Anak
    • Praremaja & Remaja
  • Parenting
    • Keluarga
    • Pernikahan
    • Seks
    • Berita Terkini
  • Kesehatan
    • COVID-19
    • Info Sehat
    • Penyakit
    • Vaksinasi
    • Kebugaran
  • Gaya Hidup
    • Korea Update
    • Hiburan
    • Travel
    • Fashion
    • Kebudayaan
    • Kecantikan
    • Keuangan
    • Marvelous Asian Mums Special 2021
  • Nutrisi
    • Resep
    • Makanan & Minuman
    • Sarapan Bergizi
  • Belanja
  • Ayah manTAP!
    • Kesehatan Ayah
    • Kehidupan Ayah
    • Aktivitas Ayah
    • Hobi
  • VIP
  • Awards
    • TAP x Tokopedia Awards 2023

10 Kebiasaan Orangtua yang Bisa Merusak Harga Diri Anak

18 Jul, 2016

Tanpa disadari, banyak ungkapan cinta kasih kita kepada anak justru menjadi bumerang bagi perkembangan harga dirinya. Apa saja kebiasaan orangtua tersebut?

Kebiasaan orangtua bisa merusak harga diri anak

Kebiasaan orangtua bisa merusak harga diri anak

Setiap orangtua pasti ingin yang terbaik untuk anaknya. Tapi pernahkah kita menyadari bahwa beberapa tindakan kita justru bisa menghalangi tumbuhnya harga diri anak? Berikut 10 daftarnya.

1. "Melabeli" anak

1. "Melabeli" anak

Tidaklah bijak menyebut anak dengan panggilan tertentu karena perilakunya yang salah. Coba ingat bagaimana perasaan kita saat disebut sebagai “anak nakal” atau “anak tidak berguna”?

Koreksilah tindakannya yang salah, bukan malah menjadikannya julukan atau nama panggilannya.

Anak-anak cenderung “mengamini” pelabelan pada dirinya. Kemudian perlahan-lahan semangatnya memudar, dan akhirnya bertindak sesuai dengan label yang diberikan. Jadi, hati-hatilah. Tentu kita tidak ingin anak-anak kita menjadi anak-anak yang tak berguna bukan?

2. Memuji berlebihan

2. Memuji berlebihan

Mungkin kita memuji apapun yang anak lakukan untuk menghargainya. Tapi, cara ini tidak tepat. Pujilah usahanya, bukan hasilnya.

Anak-anak juga perlu belajar mampu menerima kritik yang membangun. Jika ingin memuji anak, cobalah lebih spesifik. Jangan hanya katakan, “Wah, lukisan yang bagus ya,” tapi katakanlah, “Wah, warna langitnya keren banget.” Pujian semacam ini akan membantu anak untuk meningkatkan kemampuan mereka, bukannya malah berpuas diri.

3. Membuat segala hal jadi mudah untuk ana

3. Membuat segala hal jadi mudah untuk ana

Kita tentu ingin si kecil mandiri. Jadi, jangan lakukan apa pun yang bisa ia lakukan sendiri, terlebih bila kegiatan tersebut bermanfaat untuk kemandiriannya kelak.

Cukup beritahu si kecil bagaimana cara melakukannya. Kemudian tahanlah diri untuk membantu. Kuncinya adalah sabar dengan proses yang sedang ia lakukan.

4. Mengharapkan kesempurnaan

4. Mengharapkan kesempurnaan

Seperti kata pepatah, kesalahan dan kegagalan akan menguatkan mental kita. Begitu juga pada anak-anak. Ketika ia gagal, artinya ia akan mendapatkan cara untuk mengatasi kekalahannya, belajar dari kesalahannya.

Menjadi diri sendiri lebih penting dibanding memenuhi standar sosial “kesempurnaan”. Dampingi anak ketika ia berusaha menuang air ke gelas, meskipun artinya akan ada banyak tumpahan air di meja. Jangan lupa tanyakan padanya, apa yang harus ia lakukan ketika melihat tumpahan tesebut.

5. Tidak menyediakan waktu cukup untuk si kecil

5. Tidak menyediakan waktu cukup untuk si kecil

Biarkan anak-anak kita tahu, bahwa ia juga punya hak atas waktu kita. Meskipun kegiatan yang kita lakukan hanya duduk menemaninya tanpa melakukan apa pun, hal ini tetap akan memberikan pengaruh positif pada anak.

Bila kita memang sedang banyak pekerjaan, ajak saja si kecil terlibat dalam pekerjaan tersebut; memperbaiki kran yang bocor misalnya. Atau daripada pergi ke mini market dengan sepeda motor, cobalah berjalan kaki, agar semakin banyak waktu yang kita habiskan bersama si kecil.

6. Sering berkata seolah cinta kita bersyarat

6. Sering berkata seolah cinta kita bersyarat

Seringkah kita berkata, “Ayolah, dik, habiskan makannya. Kalau nggak mau, nanti ibu nggak sayang lagi lho, sama adik.”

Kita mungkin ingin mendorong si kecil melakukan sesuatu. Sayangnya, cara ini justru bisa membuat si kecil percaya jika cinta kita bersyarat.

Ia akan percaya bahwa rasa sayang hanya bisa ia peroleh karena melakukan apa yang diminta. Asumsi ini bisa terbawa hingga dewasa.

Mereka akan melakukan apa pun untuk mendapatkan perhatian atau rasa sayang yang mereka dambakan. Anak-anak yang besar dengan pemahaman ini cenderung rentan akan kekerasan seksual.

7. Memanjakan anak

7. Memanjakan anak

Ijinkan anak membantu pekerjaan rumah, membuat sarapan untuk keluarga atau malah melipat pakaian. Cara ini akan membantu anak bahwa kontribusi mereka dihargai, juga mendorong mereka berinisiatif kelak.

Tugas mencuci piring seusai makan akan membantu anak untuk memahami realitas dunia di luar rumah. Melarang anak-anak membantu malah bisa merusak kompetensi mereka.

8. Mengatakan kalau semuanya akan baik-baik saja

8. Mengatakan kalau semuanya akan baik-baik saja

Berkata, “Oke, kita coba lagi yuk. Bunda/ Ayah akan temani kakak menyelesaikan masalah ini,” merupakan cara lebih efektif untuk membantu anak menyelesaikan masalah.

Dorong mereka untuk memahami rasa frustasi, marah, sedih, atau kecewa. Memahami perasaannya merupakan langkah pertama untuk sebuah solusi. Cara ini juga akan membantu anak-anak memahami bahwa menyimpan segala sesuatunya sendiri bukanlah hal yang baik.

9. Selalu bersikap negatif

9. Selalu bersikap negatif

Melingkupi anak-anak dengan ide yang bisa terus dieksplorasi, akan mendorong perilaku tidak mudah menyerah pada hidup. Jika perlu, tertawalah pada masalah yang sedang dihadapi, ceritakan kisah yang menginspirasi, dan ajarkan anak-anak selalu bersikap positif.

10. Hanya bicara, tapi tidak melakukan

10. Hanya bicara, tapi tidak melakukan

Jika kita tidak bisa menjadi teladan, kemungkinan besar, kita tidak akan bisa menegakkan aturan di rumah. Anak-anak belajar dengan melihat orangtuanya, dibanding dengan mendengar apa yang orangtuanya katakan.

Ref: sg.theasianparent.com

Selanjutnya
img

Penulis

Rahayu Pawitri

  • Halaman Depan
  • /
  • Keluarga
  • /
  • 10 Kebiasaan Orangtua yang Bisa Merusak Harga Diri Anak
Bagikan:
  • Anak Tidak Sukses Umumnya Karena 8 Kebiasaan Orangtua Berikut

    Anak Tidak Sukses Umumnya Karena 8 Kebiasaan Orangtua Berikut

  • 10 Hal penting tentang bayi baru lahir yang orangtua wajib tahu

    10 Hal penting tentang bayi baru lahir yang orangtua wajib tahu

  • Anak Tidak Sukses Umumnya Karena 8 Kebiasaan Orangtua Berikut

    Anak Tidak Sukses Umumnya Karena 8 Kebiasaan Orangtua Berikut

  • 10 Hal penting tentang bayi baru lahir yang orangtua wajib tahu

    10 Hal penting tentang bayi baru lahir yang orangtua wajib tahu

Daftarkan email Anda sekarang untuk tahu apa kata para ahli di artikel kami!
  • Kehamilan
    • Tips Kehamilan
    • Trimester Pertama
    • Trimester Kedua
    • Trimester Ketiga
    • Melahirkan
    • Menyusui
  • Tumbuh Kembang
    • Bayi Baru Lahir
    • Bayi
    • Balita
    • Prasekolah
    • Praremaja
    • Usia Sekolah
  • Parenting
    • Pernikahan
    • Berita Terkini
    • Seks
    • Keluarga
  • Kesehatan
    • Penyakit
    • Info Sehat
    • Vaksinasi
    • Kebugaran
  • Gaya Hidup
    • Keuangan
    • Travel
    • Fashion
    • Hiburan
    • Kecantikan
    • Kebudayaan
  • Lainnya
    • TAP Komuniti
    • Beriklan Dengan Kami
    • Hubungi Kami
    • Jadilah Kontributor Kami
    • Tag Kesehatan


  • Singapore flag Singapore
  • Thailand flag Thailand
  • Indonesia flag Indonesia
  • Philippines flag Philippines
  • Malaysia flag Malaysia
  • Sri-Lanka flag Sri Lanka
  • India flag India
  • Vietnam flag Vietnam
  • Australia flag Australia
  • Japan flag Japan
  • Nigeria flag Nigeria
  • Kenya flag Kenya
© Copyright theAsianparent 2023. All rights reserved
Tentang Kami|Tim Kami|Kebijakan Privasi|Syarat dan Ketentuan |Peta situs
  • Fitur
  • Artikel
  • Beranda
  • Jajak

Kami menggunakan cookie agar Anda mendapatkan pengalaman terbaik. Pelajari LagiOke, Mengerti

Kami menggunakan cookie agar Anda mendapatkan pengalaman terbaik. Pelajari LagiOke, Mengerti

theAsianparent heart icon
Kami ingin mengirimkan Anda informasi terbaru seputar gaya hidup.