Menjadi orangtua bukanlah pekerjaan mudah, selain memastikan anak tumbuh dengan sehat. Anda juga harus bisa mendidiknya agar berperilaku dengan baik. Di sini, ucapan orangtua memiliki pengaruh yang cukup besar dalam membentuk kepribadian anak.
Ucapan orangtua yang bernada negatif, bisa membuat anak malah cenderung ke arah perilaku negatif. Sebaliknya, jika orangtua mengubah kalimat negatifnya menjadi positif, maka pengaruhnya ke anak juga akan menjadi positif.
Melansir dari The Kid Counselor, berikut ini adalah 10 ucapan orangtua yang harus diubah agar bisa membentuk perilaku anak yang lebih baik.
1. Berkata tidak atau jangan’
Kata ‘tidak’ selalu berkonotasi negatif dan mengakibatkan hal yang terjadi sebaliknya. Saat seseorang diberi peringatan yang mengandung kata ‘tidak’, dia justru akan melakukan hal yang dilarang tersebut. Termasuk anak-anak.
Ketika orangtua mengatakan, “Jangan melempar makanan.” Anak-anak justru semakin senang melakukannya.
Oleh karena itu, berusahalah sebisa mungkin untuk menghilangkan kata tidak saat memberi peringatan pada anak. Ubah kalimat negatif tersebut menjadi kalimat positif.
Contohnya, ‘berjalanlah dengan pelan’ dibandingkan berkata ‘jangan berlari’.
2. “Good job!“
Kalimat diatas memang tampak seperti pujian. Namun ada satu hal yang kurang, yakni melibatkan anak didalamnya. Gantilah kalimat tersebut dengan ‘kau melakukannya dengan baik’, ‘hebat, kau berhasil memecahkan soal ini’, atau ‘kau berhasil!’
Mengikutsertakan kata ‘kau atau kamu’ membuat apa yang dilakukan anak tidak sia-sia dan dia merasa lebih bangga atas apa yang telah dicapainya. Hal tersebut juga merupakan bentuk pengakuan pada anak atas kerja kerasnya.
3. ‘Jangan mendebatku’
Orang dewasa seringkali merasa lebih pintar dan lebih tahu dari anak-anak, dan kalimat ini sering diucapkan orangtua sebagai pamungkas untuk menutup mulut anak.
Anak-anak penuh rasa ingin tahu, dan sering melontarkan banyak pertanyaan bahkan sesekali memprotes atas hal yang belum ia mengerti. Sebagai orangtua, Anda harus sabar menghadapinya.
Dibanding melontarkan kata ‘jangan’ coba cari tahu apa yang ia tidak mengerti dan cobalah jawab pertanyaannya dengan kalimat sesederhana mungkin. Jika Anda merasa ia mengharap jawaban lain, katakan padanya bahwa kebenaran tidak akan berubah hanya karena ia tidak memahaminya.
4. Meragukan kata-katanya
Kesalahan satu ini juga sering dilakukan oleh orangtua. Saat si kecil menghadapi masalah, bukannya langsung percaya pada apa yang dia katakan, orangtua malah menunggu orang lain untuk menjelaskan.
Hal ini bisa menimbulkan kecemasan dan ketakutan dalam diri sang anak. Cobalah untuk mendengarkan penjelasan yang ia berikan dengan seksama, kemudian cerna lebih jauh apakah yang ia katakan mengandung kebenaran atau tidak.
Anda juga bisa belajar bagaimana mengetahui apakah anak sedang berbohong atau tidak dari bahasa tubuhnya.
Artikel Terkait: 4 Cara Jitu Mengetahui Saat Anak Berbohong Pada Orangtua
5. Memberi ancaman
Ucapan orangtua saat mengancam anak untuk berperilaku sopan seringkali tidak relevan. Contohnya, ‘Jangan bikin malu, atau nanti mama gak kasih uang jajan’, ‘jangan terlalu lama main diluar, atau nanti mama kunci pintu gak boleh masuk rumah’
Ancaman-ancaman seperti itu biasanya hanyalah gertak sambel, yang bersifat cuma untuk menakuti agar anak menurut. Anak pun dengan mudah melupakannya, karena mereka tahu orangtuanya hanya memberi ancaman kosong.
Solusinya, berusahalah konsisten dengan apa yang Anda ucapkan dengan perbuatan. Ganti ancaman bersifat menakuti dengan hukuman yang tidak disukai anak, dan lebih mudah bagi Anda untuk melakukannya. Misalnya, ‘jika kamu tidak berhenti menjahili adikmu, kamu gak boleh nonton televisi sampai besok.’
6. Menyalahkan anak
Orangtua mendidik anak sesuai dengan apa yang diketahuinya. Kadang, saat anak berimprovisasi, orangtua menyalahkannya. Padahal, apa yang dilakukan anak tidaklah salah.
Contohnya, ibu mengajari anak perempuannya memasak, kemudian si anak mencoba resep yang sama dengan sedikit improvisasi, kemudian ibu mengatakan ‘kau melakukannya dengan cara yang salah’.
Hal ini bisa membuat kreatifitas anak terkekang. Cobalah untuk membebaskan dia bereksplorasi sesuai keinginannya. Jika anak ingin membuat masakan yang berbeda, biarkan dia. Kemudian cicipi masakannya lalu komentari apa yang kurang tanpa menyalahkan metode yang ia lakukan.
Artikel Terkait: Pakar: Membebaskan Anak Bereksplorasi Ajari Anak Mandiri Sejak Dini
7. Mengajari disiplin di waktu yang tidak tepat
Ketika anak jatuh saat bermain di atas kursi, hindari mengatakan ‘itulah akibatnya kalau kamu main seperti itu.’ Anak tidak akan memperhatikan apa yang Anda ucapkan, karena dia sedang kesakitan.
Simpanlah pelajaran dan nasihat kehidupan untuk waktu yang lain. Tolonglah dia yang sedang kesakitan terlebih dulu. Dia sudah tahu apa yang salah dari kelakuannya dari pengalaman menyakitkan itu, Anda tak perlu menambahinya dengan omelan.
8. Memaksanya berkata iya
Orangtua tanpa sadar sering memaksakan kehendaknya pada anak, tanpa memberi kesempatan untuk protes. Contoh ucapan orangtua yang sering kita dengar adalah ‘Kalau mama bilang begini, kamu harus nurut,’
Cobalah untuk memperhalus ucapan Anda dengan mengatakan, ‘Nak, apa yang mama suruh adalah demi kebaikan kamu. Mama tidak akan menyuruh sesuatu yang buruk buat kamu.’
9. Meragukan kemampuan anak
‘Kau tidak bisa melakukannya,’ kalimat seperti itu justru memacu seseorang untuk membuktikan hal yang sebaliknya. Efek yang sama terjadi pada anak-anak, jika mereka merasa orangtua meragukan kemampuannya, dia akan semakin semangat untuk membuktikan kalau dia bisa.
Karena itu, dibanding berkata ‘Kau tidak bisa memanjat pohon,’ gantilah dengan ‘Mama/Papa tahu bahwa kau bisa melakukannya, tapi tunggu sampai kau lebih ahli melakukannya supaya tidak celaka.’
10. Mengatakan bahwa anak membuat orangtua marah
Jangan pernah mengatakan pada anak bahwa kelakuan dia membuat Anda marah. Karena setiap orang bertanggung jawab atas perasaannya masing-masing. ‘Kamu bikin mama/papa marah’ akan terdengar menyakitkan di hati anak.
Gantilah dengan kalimat ‘Papa butuh ketenangan karena sekarang papa sedang marah’.
***
Semoga bermanfaat ya, Parents.
Baca juga:
7 Ucapan Orangtua yang Paling Berdampak Buruk bagi Perkembangan Psikologis Anak