Semua orangtua pasti menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya, tapi terkadang niat baik tersebut malah menghalangi anak untuk berkembang dan memiliki kepercayaan diri. Harga diri anak memungkinkan mereka menjadi tangguh dalam menjalani hidup.
Bila Parents terlalu membatasi anak dan bahkan over-parenting, Anda justru menyabotase dan menghancurkan harga diri anak. Berikut ini 10 hal yang secara tidak sengaja dapat melukai harga diri anak.
1. Memberikan label pada anak
Label yang dimaksud adalah nama panggilan yang bermaksud menyindir anak. Misalnya menyebut anak sebagai ‘si tukang bangun siang’ atau ‘si ranking paling belakang’.
Hal ini termasuk dalam sarkasme karena pemberian label akan melukai anak apalagi jika Parents menyebutkannya di depan orang lain. Bila anak berbuat salah, yang perlu disoroti adalah perilakunya, bukan sang anak.
Sayangnya banyak orangtua cenderung mencap anak sebagai ‘anak nakal’ atau ‘tidak bisa apa-apa’ berdasarkan kesalahan kecil yang pernah mereka lakukan. Anak-anak cenderung memikirkan label-label ini dan perlahan mengikis semangatnya, sehingga akhirnya perilakunya jadi benar-benar seperti label yang sudah Parents berikan lebih dulu padanya.
2. Terlalu memuji
Memuji anak atas perbuatan baik yang ia lakukan memang baik, namun hati-hati jangan sampai terlalu banyak memujinya. Alih-alih memuji hasil yang ia dapatkan, sebaiknya Parents memuji cara anak mengatasi hambatan dalam proses mencapai hasil yang baik.
Biarkan anak belajar menerima kritik yang membangun. Biasakan memberi pujian yang spesifik agar anak tahu di bagian apa ia sudah cukup baik dan di bagian mana ia masih perlu memperbaiki diri.
Misalnya, dibanding memuji “Gambar kamu bagus!” lebih baik katakan “Wah, perpaduan warna langitnya cantik!”. Dengan demikian anak akan mencoba menaikkan standar gambarnya.
3. Membuat segala sesuatu menjadi terlalu mudah
Jangan mengerjakan hal-hal yang bisa dikerjakan sendiri oleh anak. Cukup mengajarinya atau sekadar memberi informasi dan biarkan ia menyelesaikan tugasnya sendiri.
Tunjukkan prosesnya, melangkahlah mundur, dan biarkan anak membuat pilihan. Misalnya membereskan mainan setelah selesai bermain atau meletakkan baju kotor di keranjang cuci.
Dengan membiarkan anak melakukan sendiri apa yang menjadi tugasnya, ia merasa memiliki kemerdekaan dalam membuat pilihan.
4. Marah saat anak melakukan kesalahan atau gagal melakukan sesuatu
Saat Parents memberi reaksi berlebihan terhadap kesalahan anak, ia akan merasa takut mencoba hal baru di masa depan. Kesalahan yang dilakukan anak seharusnya digunakan sebagai sarana belajar sehingga anak lebih percaya diri ketika menghadapi masalah yang sama suatu hari nanti.
Tanpa kepercayaan diri ini, anak cenderung akan selalu mencari cara-cara mudah dalam menyelesaikan masalah.
5. Tidak menghabiskan cukup waktu bersamanya
Biarkan anak tahu bahwa dirinya layak untuk menghabiskan waktu bersama Anda. Bahkan tanpa melakukan apa-apa dan sekedar menemaninya bermain dapat menaikkan citra diri yang positif.
Minta anak membantu Anda mencuci mobil atau sekedar berjalan kaki berdua ke minimarket terdekat bisa menjadi cara menghabiskan waktu bersama anak.
Selengkapnya: 15 Tips Menghabiskan Waktu Berkualitas Bersama Anak Untuk Orangtua Sibuk
6. Mengatakan “Bunda akan sayang sama kamu kalau kamu…”
Konsekuensi paling merugikan terjadi ketika anak percaya bahwa cinta bunda dan ayahnya bersyarat. Pola seperti ini baru akan terlihat ketika mereka dewasa di mana tindakan yang mereka lakukan ditentukan oleh apa yang mereka inginkan.
Bahayanya, kondisi ini membuat anak rentan terhadap pelecehan seksual.
7. Memanjakan bisa melukai harga diri anak
Biarkan anak-anak ikut membantu pekerjaan rumah mulai dari mengoles selai ke roti hingga membereskan piring kotor setelah makan. Bukan berarti karena ia masih anak-anak maka Parents memanjakannya.
Membantu pekerjaan rumah akan membuat mereka percaya bahwa kontribusi mereka dihargai dan akan mendorong inisiatif.
8. Membandingkan anak dengan saudara atau temannya
Kita semua pernah mendengar orangtua yang berkata demikian, “Lihat, kakak kamu nilai matematikanya paling bagus di sekolah!” atau “Wah, adikmu tidak pernah pilih-pilih makanan. Bekalnya selalu habis.”
Komentar membandingkan anak semacam ini meski tidak bermaksud untuk menyakiti, namun membuat harga diri anak terluka sehingga ia merasa inferior dibanding anak lain.
9. Menilai anak hanya berdasarkan nilai di sekolah atau prestasinya
Banyak orangtua yang sangat mementingkan nilai dan ranking anak di sekolah. Seakan-akan tidak ada lagi pembicaraan selain, “Semester ini kamu ranking lagi nggak?” atau “Kok, matematikamu merah terus sih?”
Bagi anak-anak yang tidak berprestasi di sekolah, hal ini tentu membuat mereka selamanya tak akan berhasil dalam hidup karena segala sesuatu diukur dengan angka dan nilai.
10. Mengkritik penampilan diri sendiri
Bunda, saat Anda bercermin dan mengeluhkan penampilan Anda, misalnya warna kulit yang belang atau perut yang terlalu buncit, anak Anda akan menentukan nilai diri hanya berdasarkan penampilan fisik. Sebaiknya, ajak anak menyadari bahwa yang terpenting adalah karakter baik yang harus dimilikinya, bukan penampilan fisik.
Sekarang Parents perlu mengingat-ingat lagi apakah Anda pernah tanpa sadar melukai harga diri anak? Bagikan artikel ini agar makin banyak orangtua yang menyadari kesalahan ini.
Semoga bermanfaat.
Baca juga:
10 Cara Agar Anak tak jadi Pribadi yang Membenci Orangtuanya Sendiri
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.