WNI Reynhard Sinaga mendapat vonis seumur hidup dari Pengadilan Manchester, Inggris karena kasus pemerkosaan berantai yang telah lakukan. Pria berusia 36 tahun tersebut terindikasi telah melakukan 195 kasus pemerkosaan sejak tahun 2015.
Kasus pemerkosaan yang dilakukan WNI Reynhard Sinaga disebut-sebut terbesar di dunia
Dilansir dari BBC.com, Hakim Suzanne Goddard yang memimpin sidang kasus perkosaan berantai Reynhard Sinaga menyebutkan bahwa kasus ini ialah kasus pemerkosaan terbesar dalam sejarah hukum Inggris.
Hal itu pun didukung oleh Ian Rushton dari Kantor Kejaksaan yang memimpin penyelidikan kasus perkosaan berantai ini. Rushton mengatakan Reynhard Sinaga mungkin merupakan ‘pemerkosa terbesar di dunia’.
Polisi mengungkap kasus perkosaan berantai yang dilakukan Reynhard Sinaga berdasarkan dua telepon seluler yang disita polisi setelah ia ditangkap pada Juni 2017. Akibat aksinya tersebut, Reynhard Sinaga dihukum seumur hidup dengan masa hukuman minimal 30 tahun berada di penjara oleh Pengadilan Manchester, Inggris.
Mendapat hukuman seumur hidup
Hakim Goddard telah menjatuhkan hukuman seumur hidup terhadap Reynhard untuk sidang tahap satu dan tahap dua di tahun 2018 dan 2019. Namun vonis baru dapat diberitakan oleh media setelah putusan dibacakan untuk sidang tahap ketiga dan keempat pada Senin, 6 Januari 2020.
Reynhard Sinaga terbukti melakukan 159 kasus perkosaan dan serangan seksual terhadap 48 orang pria, selama rentang waktu dua setengah tahun dari 1 Januari 2015 hingga 2 Juni 2017.
Di antara 159 kasus tersebut terdapat 136 kasus perkosaan, di mana sejumlah korban diperkosa berkali-kali dan ia memfilmkan semua aksinya.
Sebagian besar korban mengaku Reynhard Sinaga memiliki penampilan yang ramah dan tampak baik sehingga mereka bersedia untuk diajak ke apartment miliknya. Motif yang digunakan oleh Reynhard Sinaga pun cukup beragam, sebagian diajak minum, sebagian diajak untuk mencas telepon genggam mereka sambil menunggu taksi untuk pulang.
Satu korban Reynhard Sinaga yang kasusnya disidangkan dalam persidangan mengaku mengalami depresi setelah ia tahu telah diperkosa. Ia bahkan sempat mencoba bunuh diri.
Lisa Waters dari Pusat Bantuan Serangan Seksual, St Mary’s Sexual Assault Referral Centre, mengatakan dampak yang dirasakan para korban perkosaan memang cukup parah.
Mereka bisa saja keluar dari pekerjaan, tidak melanjutkan studinya, merasa tidak berguna, dan bahkan meninggalkan keluarganya.
Setelah memerkosa korban-korbannya. Reynhard juga mengambil barang-barang milik korban, seperti telepon genggam, surat izin mengemudi, serta kartu bank dan mengunduh akun Facebook para korban dan disimpan dalam dokumen sebagai “cendera mata”.
Artikel terkait: 3 Tanda kekerasan seksual pada anak yang wajib Parents tahu
Cara mengenali predator seksual
Hingga saat ini, pelecehan yang dilakukan oleh predator seks memang masih terus menghantui dan masih belum bisa dihentikan. Mengingat siapa pun bisa menjadi menjadi korbannya, tak ada salahnya jika Parents untuk bisa mawas diri.
Sebagai upaya pencegahannya, pendidikan seks sejak dini tentu saja perlu diberikan untuk si kecil. Tak hanya itu, Parents pun perlu mengenali predator seksual untuk membuat Anda tetap waspada.
1. Dia benar-benar perhatian
Menurut terapis Leonie Adamson dalam Healthista, para predator seksual biasanya akan sangat perhatian. Dia akan berusaha menjadi teman, sahabat, dan bahkan pahlawan untuk korbannya. Para pelaku akan dengan senang hati memenuhi segala kebutuhan korban.
Ini merupakan cara mereka untuk membangun proses ketergantungan korban. Mereka akan menggunakan ketergantungan dan kesetiaan ini untuk memulai aksinya.
2. Menggunakan bahasa manipulatif
Predator seksual juga kerap menggunakan bahasa manipulatif. Sesekali dia mungkin akan mengejek korban terkait pakaian, teman-teman, atau apapun yang tidak memenuhi harapannya.
Bahasa manipulatif yang mereka gunakan pun akan membuat korban merasa bersalah dan meminta maaf. Ini menunjukan pada predatir seksual bahwa korban dapat dikendalikan dan dimanupulasi.
3. Mereka membuatnya tampak normal
Korban kini semakin percaya dan bergantung pada pelaku. Korban mungkin akan merasa bahwa perilaku yang salah tersebut pantas ia dapatkan.
Pola inilah yang akan memulai pelecehan emosional dan psikologis, sebelum akhirnya masuk ke dalam pelecehan seksual.
4. Mereka pura-pura berperan sebagai korban
Predator seksual biasanya akan mencoba memainkan emosi korban dengan permainan kucing dan tikus. Dia mungkin akan pura-pura berperan sebagai korban sehingga korban aslinya merasa tidak berdaya.
5. Menekan korban menggunakan kelemahannya
Umumnya predator seksual akan memahi korbannya terlebih dahulu sebelum mereka menjalankan aksinya. Dalam proses inilah mereka memanfaatkan kelemahan korban sebagai umpan. Sebab mereka tidak akan mempertimbangkan pikiran dan perasaannya, alih-alih berfokus pada dirinya sendiri.
Mereka akan meyakinkan korban bahwa perilaku pelecehan yang dilakukannya baik-baik saja dan bahwa dia mencintainya. Dia akan mencoba dan menormalkan perilaku pelecehan tersebut.
Referensi: BBC, Healthista
Baca juga
Anak Mengalami Kekerasan oleh Pengasuh? Kenali Tanda-tandanya