Sebelum menjawab pertanyaan apakah vaksin covid mempengaruhi haid, apakah parents sudah mendapatkan vaksin? Ya, vaksin COVID-19 bisa dibilang sarana terpenting di dunia dalam memerangi pandemi COVID-19 saat ini.
Di seluruh dunia, sudah ada 19 vaksin yang telah diotorisasi penggunaannya secara darurat oleh setidaknya masing-masing satu negara. Namun, satu masalah yang terus mengganggu pikiran masyarakat umum dan pakar kesehatan adalah soal efek samping vaksin COVID-19.
Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC) atau Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat, vaksinasi COVID-19 akan membantu melindungi parents dari risiko tertular COVID-19.
Efek samping adalah suatu hal yang sudah pasti dirasakan. Sebab, itu merupakan tanda normal bahwa tubuh parents sedang membangun perlindungan terhadap penyakit.
Efek samping ini dapat memengaruhi kemampuan parents untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Namun, efek ini akan hilang dalam beberapa hari. Beberapa efek samping umum yang mungkin terjadi sebagai dampak vaksinasi adalah sebagai berikut.
- Rasa sakit di area bekas vaksin
- Kemerahan
- Pembengkakan
- kelelahan
- Sakit kepala
- Nyeri otot
- Panas dingin
- Demam
- Mual
Namun, patut dicatat, tidak semua orang mengalami efek samping tersebut di atas. Sebab, seperti yang banyak terjadi dan diakui masyarakat, setiap orang bisa saja merasakan efek samping yang berbeda satu sama lain.
Di samping itu, ada pula rumor yang menyebut bahwa vaksin COVID-19 dapat memengaruhi siklus menstruasi seseorang. Lalu, apakah hal ini benar adanya?
Merangkum dari Medical News Today, efek samping yang umum dilaporkan di berbagai jenis vaksin adalah demam, kelelahan, sakit kepala, dan nyeri tubuh. Efek samping yang serius sangat jarang terjadi.
Lembaga kesehatan nasional dan internasional terus mengumpulkan dan memantau laporan tentang reaksi vaksin yang merugikan. Sejalan dengan terus digalakkannya vaksinasi di seluruh dunia, mulai bermunculan laporan soal potensi efek samping yang menjadi bahan perdebatan, yakni memengaruhi siklus menstruasi.
Apakah vaksin Covid mempengaruhi haid?
Ada banyak isu berkembang soal ini, meskipun data spesifik mengenai hal ini cukup terbatas. Menurut laporan The Times, per 17 Mei 2021, Badan Regulasi Medis dan Perawatan Kesehatan Inggris menerima hampir 4.000 laporan perubahan siklus menstruasi pada pasien penerima vaksin COVID-19.
Dari jumlah tersebut, 2.734 kasus terjadi pada penerima vaksin Oxford-AstraZeneca. Sementara itu, 1.158 kasus terjadi pada penerima vaksin Pfizer-BioNTech, sedangkan 66 lainnya dirasakan oleh penerima vaksin Moderna.
Karena laporan ini, banyak pertanyaan muncul. Bagaimana mungkin siklus menstruasi seseorang berubah setelah vaksin? Apakah ini benar-benar efek samping terkait COVID-19, atau apakah karena stres dan perubahan hidup lain yang mungkin bertepatan dengan waktu pemberian vaksin?
Para peneliti sampai saat ini masih belum tahu bagaimana hal ini bisa terjadi. Namun, ada beberapa hipotesis yang muncul.
Dr. Katharine Lee, peneliti pascadoktoral di Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Washington di St. Louis, dan Dr. Kathryn Clancy, profesor di Departemen Antropologi di University of Illinois, perubahan siklus menstruasi bukanlah efek samping dari vaksin.
Pun, jika perubahan itu terjadi, keduanya menyatakan bahwa faktor eksternal, seperti stres, penggunaan kontrasepsi, dan lain sebagainya, merupakan penyebab utama dari terganggunya siklus menstruasi. Jadi hipotesis vaksin covid mempengaruhi haid tidak sepenuhnya benar. Namun, tak sepenuhnya pula salah, karena stres dan rasa cemas yang dirasakan saat menjalani vaksinasi adalah penyumbang besar masalah tersebut.
Mereka menegaskan, jika memang siklus menstruasi terganggu karena vaksin, efek samping ini tidak akan bertahan lama, hanya jangka pendek saja. Lebih jauh, para peneliti menekankan bahwa vaksin COVID-19 tidak menimbulkan risiko apa pun terhadap kesuburan.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat juga mengklarifikasi bahwa tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa vaksin ini dapat mempengaruhi kesuburan seseorang.
Mengutip laporan dari kemitraan vaksinasi global GAVI, sebuah penelitian yang dilakukan terhadap lebih dari 35.000 ibu hamil penerima vaksin menemukan fakta bahwa tidak ada peningkatan risiko efek samping yang parah terhadap kehamilan.
Penelitian terhadap partisipan berusia 16 hingga 54 tahun ini dipublikasikan di New England Journal of Medicine pada bulan April 2021 lalu.