Kita tentu setuju, bahwa tidak ada ‘produk’ gagal dalam proses tumbuh kembang anak. Setiap anak memiliki kesempatan untuk menjadi anak yang berprestasi, menjadi anak yang baik dan menyenangkan. Tugas kita adalah membimbing anak, agar bisa mengembangkan karakter positifnya.
Bunda, sebagai ibu kita memiliki waktu yang lebih leluasa untuk memperhatikan proses tumbuh kembang anak. Kita juga diharapkan mampu membantu anak dalam mengenali dirinya, sehingga anak memiliki konsep diri positif.
Konsep diri amat penting agar anak mampu mengembangkan karakter positif yang ada dalam dirinya. Ada pun yang dimaksud dengan karakter adalah :
- Kepribadian
- Sifat-sifat yang melekat
- Pengetahuan dan keahlian
- Nilai-nilai (values)
- Peran dan status.
Dalam masa tumbuh kembang, konsep diri seperti apakah yang harus dimiliki anak usia sekolah?
- Identitas diri (Interpersonal attribute)
Yaitu kemampuan anak untuk mendeskripsikan identitasnya dengan baik.
Disadari atau tidak, pertanyaan-pertanyaan yang sering kita lontarkan pada anak di usia balita akan memudahkan proses identifikasi anak di kemudian hari.
Misal, “Anak Bunda yang cantik dan pintar ini, namanya siapa? Umurnya berapa tahun? Nama ayah dan bundanya siapa?”
- Aspek eksistensial
Yaitu kemampuan anak untuk mengenali sifat dan temperamen yang melekat padanya atau orang lain.
Penting sekali untuk kita sadari, bahwa perkataan yang sering kita lontarkan pada anak akan turut membentuk sifat dan perilaku anak. Anak akan memiliki konsep diri sesuai dengan apa yang kita lekatkan padanya.
Jadi, Bunda, berhati-hatilah ketika memberi ‘label’ pada anak-anak kita.
- Aspek karakteristik asal
Yaitu kemampuan anak mengenali atribut asalnya. Misalnya, aku anak laki-laki, usiaku 10 tahun, aku campuran orang Jawa dan Sunda.
- Aspek minat dan kegiatan
Setiap anak memiliki minat dan bakat yang berbeda. Alangkah berbahagianya anak yang memiliki orangtua yang memberi kesempatan yang luas bagi pengembangan bakat anak, sehingga anak bisa optimal mengembangkan kemampuan dirinya dengan sepenuh hati dan percaya diri.
- Prinsip hidup (self determination)
Menjadi tugas orangtua untuk membimbing anak agar memiliki konsep/prinsip hidup yang jelas. Ini akan membuat anak memiliki pondasi yang kokoh dan koridor yang jelas sebagai tempatnya berpijak dan mengembangkan karakternya.
- Keyakinan internal
Yaitu keyakinan yang dimiliki anak, bahwa ia bisa melakukan sesuatu dan mencapai tujuan yang diinginkannya. Keyakinan ini tidak tumbuh dengan sendirinya. Kadangkala anak memerlukan bantuan orang lain, terutama orangtua, untuk menumbuhkan keyakinan diri ini.
- Kesadaran diri (self awareness)
Yaitu kesadaran yang muncul dalam diri anak mengenai dirinya. Misalnya, aku orang baik karena aku selalu patuh pada ayah-bunda dan rajin sekolah. Meskipun aku tidak pandai berenang, tetapi aku jago matematika.
- Pembeda sosial (social differentiations)
Yaitu kemampuan anak dalam menilai kondisi sosial dirinya di dalam masyarakat dan lingkungannya.
Bunda, bila setiap anak mampu menjelaskan ukuran-ukuran konsep dirinya dengan baik, dan orangtua mengetahui hal ini dengan baik, maka cara pandang anak terhadap dirinya akan berbeda.
Oleh karena itu, alangkah baiknya bila kita sebagai orangtua tidak memberikan ‘label’ buruk bagi anak. Tujuannya agar anak memiliki konsep diri positif yang membantunya untuk membentuk karakter positif bagi perkembangan kepribadiannya.
Ingat, motivator terbaik bagi anak adalah orangtuanya.
Selamat menjadi motivator!
Referensi :
Nyebur Ke Dunia Anak, Liza Permasih & Endah Kurniadarmi, Kaba Media Internusa, Bandung, 2015.