Tips Sehat MPASI Si Kecil sesuai Panduan MPASI WHO 2023

Pemberian MPASI penting untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan optimal si Kecil. Berikut tips sehat MPASI sesuai panduan WHO!

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Memberikan Makanan Pendamping ASI (MPASI) pada bayi adalah langkah krusial dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan optimal si Kecil. Maka itu, tips sehat MPASI untuk si Kecil sangatlah penting untuk Parents ketahui. 

MPASI merupakan tambahan nutrisi yang diberikan pada bayi selain air susu ibu (ASI) atau susu formula, dan menjadi langkah penting dalam memenuhi kebutuhan nutrisi yang semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan bayi.

Pada tahun 2023, World Health Organization (WHO) telah merilis panduan terbaru mengenai MPASI, yang memberikan arahan terkini dan terpercaya bagi para orang tua dan pengasuh. Berikut selengkapnya tips sehat MPASI bayi sesuai panduan WHO.

Teknik Pemberian ASI yang Benar sesuai Panduan MPASI WHO 2023

Panduan terbaru Makanan Pendamping ASI (MPASI) yang disarankan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk tahun 2023 menyoroti beberapa poin penting yang relevan untuk bayi usia 6-23 bulan. Berikut adalah rincian beberapa aspek kunci dari panduan dan tips sehat MPASI tersebut yang perlu Parents pahami:

Usia Memulai MPASI

MPASI sebaiknya dimulai pada usia 6 bulan, dengan pemberian ASI tetap dilanjutkan. Pengenalan MPASI sebelum usia 4 bulan mungkin tidak disarankan.

Sumber Protein Hewani

WHO menyarankan agar anak usia 6-23 bulan mendapatkan sumber protein hewani seperti daging, ikan, dan telur setiap hari untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan mereka.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Susu Hewani Murni sebagai Pengganti ASI

Untuk bayi usia 6-11 bulan, WHO memperbolehkan penggunaan susu hewani atau susu formula sebagai pengganti ASI. Namun, untuk anak usia 12-23 bulan, disarankan hanya memberikan susu hewani murni tanpa tambahan rasa atau pemanis. Jenis susu hewani yang dianjurkan meliputi susu sapi, susu evaporasi, susu fermentasi, atau yoghurt.

Buah, Sayur, dan Kacang-kacangan

Selain protein hewani, MPASI seharusnya mencakup buah, sayur, kacang-kacangan, dan biji-bijian setiap hari untuk memenuhi kebutuhan mikronutrien. Meskipun kacang-kacangan dan biji-bijian disarankan, orang tua perlu berhati-hati untuk menghindari risiko tersedak atau alergi, dan sebaiknya berkonsultasi dengan dokter anak.

Variasi dan Kaya Gizi

Prioritaskan makanan yang kaya gizi dan beragam, memastikan bahwa anak menerima cukup gizi untuk mendukung perkembangan mereka. Persiapkan makanan dengan cara yang aman dan higienis.

Pemberian Makan yang Responsif

WHO menganjurkan pemberian makanan secara responsif untuk bayi usia 6-23 bulan. Pendekatan ini melibatkan memberi makan untuk mendorong anak makan secara mandiri tanpa memaksakan.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Melanjutkan Pemberian ASI

WHO menegaskan pentingnya melanjutkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) hingga usia 2 tahun atau lebih. ASI sebaiknya dimulai dalam satu jam pertama setelah kelahiran, dan ASI eksklusif dianjurkan selama 6 bulan pertama. Pemberian ASI hingga 2 tahun dapat memberikan nutrisi esensial dan mengurangi risiko masalah pencernaan dan pernapasan pada anak.

Jenis Makanan yang Dianjurkan oleh WHO untuk MPASI

World Health Organization (WHO) merekomendasikan berbagai jenis makanan yang dapat diberikan pada Makanan Pendamping ASI (MPASI) untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan bayi. Berikut adalah beberapa jenis makanan yang dianggap baik dan dianjurkan oleh WHO untuk MPASI:

  1. Sayuran: Bayi dapat diberikan sayuran yang dimasak dan dihaluskan, seperti wortel, kentang, labu, atau bayam. Sayuran kaya akan serat, vitamin, dan mineral yang penting untuk pertumbuhan dan kesehatan bayi.
  2. Buah-buahan: Berbagai buah-buahan yang dihaluskan, seperti pisang, alpukat, apel, atau pir, dapat diberikan pada bayi. Buah-buahan mengandung vitamin C, serat, dan berbagai nutrisi penting lainnya.
  3. Biji-bijian dan Karbohidrat: Biji-bijian utuh atau sereal yang diperkaya dapat diperkenalkan pada bayi. Sumber karbohidrat memberikan energi yang diperlukan untuk aktivitas harian dan pertumbuhan.
  4. Protein Hewani: Daging tanpa lemak, ikan, dan telur adalah sumber protein hewani yang penting untuk perkembangan otot dan jaringan bayi. Pilih daging yang dimasak dengan baik dan dihaluskan untuk memudahkan pencernaan.
  5. Produk Susu: Produk susu seperti yoghurt atau keju yang sesuai dengan usia bayi dapat diperkenalkan. Susu memberikan kalsium dan vitamin D yang mendukung pertumbuhan tulang dan gigi.
  6. Kacang-kacangan dan Biji-bijian: Kacang-kacangan dan biji-bijian merupakan sumber protein nabati, serat, dan nutrisi penting lainnya. Berikan dalam bentuk yang aman dan mudah dicerna, hindari memberikan kacang-kacangan utuh pada bayi untuk mengurangi risiko tersedak.
  7. Minyak dan Lemak Sehat: Minyak sayuran, minyak zaitun, atau lemak sehat lainnya dapat ditambahkan pada makanan bayi untuk memenuhi kebutuhan lemak esensial. Lemak penting untuk perkembangan otak dan penyerapan nutrisi tertentu.
  8. Air: Selain makanan padat, penting untuk memastikan bayi tetap terhidrasi. Jika bayi sudah mendapatkan air susu ibu atau formula, pemberian air tambahan mungkin tidak diperlukan pada awal pemberian MPASI.

Makanan yang Sebaiknya Dihindari Menurut Pedoman MPASI WHO Terkini

Berdasarkan pedoman Makanan Pendamping ASI (MPASI) terbaru, WHO menekankan pentingnya menghindari beberapa jenis makanan dalam menu anak usia 6-23 bulan. Berikut adalah daftar makanan yang sebaiknya dihindari sesuai dengan panduan WHO.

Makanan Olahan

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Disarankan untuk menghindari makanan yang mengandung bahan tambahan dan pengawet, serta lebih memilih makanan segar dan minim olahan.

Batasi Makanan yang Mengandung Tepung

WHO menyarankan untuk membatasi konsumsi makanan yang tinggi tepung, dengan fokus pada sumber karbohidrat yang lebih sehat dan bernutrisi.

Makanan dan Minuman dengan Pemanis Tambahan

Menghindari makanan dan minuman yang mengandung pemanis tambahan, untuk mengurangi risiko konsumsi gula berlebihan yang dapat berdampak negatif pada kesehatan. 

Makanan Tinggi Gula dan Garam

WHO juga memberi anjuran untuk mengurangi konsumsi makanan yang tinggi gula dan garam. Hal ini dikarenakan kelebihan kedua zat ini dapat memberikan dampak buruk pada kesehatan anak.

Menghindari makanan tinggi gula dan garam membantu membentuk kebiasaan makan yang baik sejak dini. Kebiasaan makan yang sehat pada masa kanak-kanak cenderung berlanjut ke dalam kehidupan dewasa.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Untuk memperkenalkan rasa dan rasa lezat, pilih bumbu yang aman untuk MPASI: rendah garam, tanpa MSG, tanpa penguat rasa, tanpa pewarna seperti Royco Kaldu Special kemasan hijau.

Royco Bumbu Kaldu Spesial Jamur dan Kaldu Spesial Ayam untuk MPASI terbuat dari jamur lezat asli, tanpa penguat rasa (No-MSG), dan tanpa pewarna. Produk Royco untuk MPASI ini cocok untuk aneka masakan (sup, tumisan, gorengan).

Hindari Lemak Trans dan Makanan Pemicu Peradangan

WHO juga menyarankan untuk menghindari makanan yang mengandung lemak trans atau bahan-bahan lain yang dapat memicu peradangan pada tubuh anak atau meningkatkan risiko penyakit jangka panjang.

Batasi Pemberian Jus Buah Meskipun 100% Buah

Memberi batasan pada pemberian jus buah, meskipun jus tersebut 100% buah. Pemberian terlalu banyak jus buah dapat menyebabkan konsumsi gula yang tinggi dan mengurangi keinginan anak untuk makan makanan padat yang lebih bergizi.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Tips Sehat dan Sukses MPASI agar Si Kecil Makan Lahap

Memberikan Makanan Pendamping ASI (MPASI) pada si Kecil dapat menjadi momen yang penting, tetapi terkadang menantang. Berikut adalah beberapa tips sehat yang dapat membantu Parents agar proses MPASI berjalan lebih sukses dan membuat si kecil makan dengan lahap.

Kenali Tanda-tanda Kesiapan Si Kecil

Pastikan bahwa si Kecil sudah menunjukkan tanda-tanda kesiapan untuk menerima MPASI, seperti kemampuan duduk dengan dukungan dan minat pada makanan.

Jadikan Makan Sebagai Pengalaman Positif

Buat suasana makan yang positif dan menyenangkan. Hindari membuat tekanan atau membuat makanan menjadi momen yang stres.

Variasi dan Warna

Tawarkan makanan dalam berbagai warna dan tekstur. Variasi ini tidak hanya membuat makanan lebih menarik tetapi juga memastikan asupan nutrisi yang beragam.

Libatkan si Kecil dalam Persiapan Makanan

Biarkan si Kecil ikut terlibat dalam persiapan makanan sesuai dengan tingkat usianya. Ini dapat meningkatkan minat dan keinginannya untuk mencoba makanan.

Jadwal Tetap untuk MPASI si Kecil

Usahakan untuk memberikan makan pada jadwal yang tetap. Konsistensi dalam waktu makan dapat membantu membentuk kebiasaan yang baik.

Biarkan si Kecil Menjelajah dengan Mandiri

Biarkan si Kecil menjelajahi makanannya dengan tangan. Hal ini membantu mereka memahami tekstur dan memberikan pengalaman sensorik yang positif.

Berikan Pilihan yang Sehat

Berikan pilihan makanan yang sehat dan bernutrisi. Memberikan pilihan dapat meningkatkan rasa kontrol dan keinginan si Kecil untuk mencoba berbagai jenis makanan.

Hindari Distraksi saat Makan

Pastikan bahwa waktu makan adalah waktu yang tenang dan bebas dari gangguan. Hindari menonton televisi atau menggunakan gadget selama waktu makan.

Perhatikan Portion Size

Berikan porsi yang sesuai dengan usia dan kemampuan makan si Kecil. Terlalu banyak makanan dapat membuatnya kewalahan dan kehilangan minat.

Contoh yang Baik

Jadilah contoh yang baik. Jika si Kecil melihat orang dewasa menikmati makanan sehat, mereka cenderung lebih termotivasi untuk mencoba makanan yang sama.

Sabar dan Biarkan Si Kecil Eksplorasi

Bersabarlah ketika si Kecil mengeksplorasi makanan dan mungkin menolak beberapa jenis makanan. Perlu waktu untuk mereka membiasakan diri dengan rasa dan tekstur baru.

Yang perlu Parents selalu ingat adalah bahwa setiap anak unik, dan metode yang berhasil bisa berbeda untuk setiap keluarga. Pantau respons si Kecil terhadap makanan. Jika ada keprihatinan atau pertanyaan, selalu konsultasikan dengan dokter anak atau ahli gizi.

***

Penulis

Sita