Di kalangan masyarakat kita, tes kesehatan pra nikah atau pre-marital screening masih belum membudaya. Pemeriksaan kesehatan ini umumnya belum dianggap sebagai hal penting yang perlu dilakukan oleh setiap pasangan sebelum menikah.
Padahal, tes kesehatan pra nikah ini dapat menghindarkan berbagai risiko penyakit jangka panjang, baik bagi pasangan tersebut maupun keturunannya.
Seberapa pentingkah tes kesehatan pra nikah?
Seperti yang dilansir dari Unair News, Dokter ahli kandungan Rumah Sakit Universitas Airlangga (RS UNAIR), Muhammad Ardian C. L., dr., Sp.OG, M.Kes., membagikan informasi seputar pentingnya tes kesehatan pra nikah bagi para calon pasutri.
Menurut Ardian ada beberapa tahapan dari tes kesehatan pra nikah, meliputi pemeriksaan riwayat penyakit terdahulu, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium.
Pemeriksaan riwayat penyakit terdahulu memberikan gambaran risiko penyakit yang dimiliki. Kemudian melalui pemeriksaan fisik bisa diketahui adanya gangguan maupun kelainan. Dengan pemeriksaan laboratorium, penyakit-penyakit yang belum diketahui sebelumnya bisa dideteksi.
Semua ini dilakukan semata-mata untuk mengetahui risiko penyakit dan melakukan penanganan sedini dan semaksimal mungkin.
“Banyak hal yang bisa diantisipasi dengan adanya pemeriksaan kesehatan pranikah, antara lain risiko penularan penyakit, risiko invertilitas, kematian ibu dan bayi, serta lahirnya bayi cacat, jelas Ardian.
Selanjutnya dilakukan skrining untuk mengantisipasi penularan penyakit infeksi, seperti TBC, HIV, toxoplasma dan hepatitis. Risiko penyakit hormonal bisa diantisipasi dengan skrining. Penyakit hormonal seperti diabetes melitus, memberikan risiko keguguran pada ibu hamil dan berisiko bayi lahir cacat.
Dengan skrining pranikah, istri bisa mengantisipasi hal tersebut dengan menjaga pola hidup untuk mengendalikan kadar gula darahnya.
Begitu pula dengan penyakit kongenital, kelainan jantung misalnya. Meskipun penyakit ini tidak menular, tetapi pada istri yang hamil berisiko kematian jika kerusakan jantung yang dialaminya tergolong berat.
Risiko lain yang bisa diantisipasi adalah invertilitas (ketidaksuburan). Melalui skrining, calon pasangan suami-istri bisa mengetahui kondisi sistem reproduksinya. Misalkan pada wanita dengan obesitas, risiko invertilitasnya tinggi, maka ia harus menurunkan berat badannya mendekati ideal jika ingin sukses hamil.
Begitu pula jika terjadi gangguan pada sistem reproduksinya, bisa dilakukan pengobatan lebih dulu. Kesehatan reproduksi pria juga bisa diketahui melalui skrining. Apabila ditemukan gangguan, maka faktor-faktor risiko harus dihindari, misalnya merokok, terpapar radiasi dan terkena panas berlebihan yang bisa merusak sel sperma.
Jika ada kelainan pada alat reproduksi, bisa dilakukan operasi dan pengobatan. “Hal ini bisa meminimalisir kasus invertilitas yang sering membuat pasangan gelisah karena lama tidak mendapatkan keturunan,” ungkap Ardian.
Beberapa tes kesehatan pra nikah yang perlu dilakukan
Untuk mengetahui kondisi kesehatan masing-masing, pasangan yang akan merencanakan pernikahan harus rutin melakukan tes kesehatan pra nikah. Ada banyak manfaat tes kesehatan pra nikah, sehingga hal ini sangat disarankan untuk pasangan yang merencanakan pernikahan.
Berikut ini adalah beberapa tes kesehatan pra nikah yang perlu dilakukan:
Tes golongan darah
Tes ini penting untuk dilakukan agar pasangan mengetahui golongan darah masing-masing. Karena golongan darah kedua orangtua akan menentukan golongan darah anak dari pasangan tersebut.
Tes kelainan genetik
Tes ini antara lain seperti hemofilia (kelainan pembekuan darah) dan thalasemia (kelainan hemoglobin), karena kedua kelainan tersebut dapat diturunkan dari orangtua kepada anaknya.
Tes penyakit menular seksual
Tes yang dilakukan di antaranya hepatitis B, hepatitis C, sifilis, dan AIDS. Selain dapat menular antar suami-istri, penyakit ini juga dapat ditularkan dari ibu ke anaknya.
Tes sebelum kehamilan
Bagi pasangan yang merencanakan kehamilan, sangat penting untuk melakukan pemeriksaan TORCH (Toxoplasma, Rubella, CMV, dan Herpes), karena jika tidak diobati, penyakit tersebut dapat ditularkan kepada janin dalam kandungan.
Tes kesuburan
Bagi pasangan yang ingin memiliki keturunan, disarankan pula untuk melakukan tes kesuburan sebelum menikah. Pria dapat melakukan analisa sperma, sementara wanita dapat melakukan USG kandungan, HSG, dan/atau pemeriksaan hormon.
Bagi pasangan yang segera menikah, disarankan tes kesehatan pra nikah ini dilakukan kurang lebih 4-6 bulan sebelum pernikahan. Hal ini untuk mengatisipasi apabila terdapat kelainan, maka masih cukup waktu untuk merencanakan dan menjalani terapi.
Nah, bagi calon Parents, jangan lupa untuk mendiskusikan hal ini dengan dokter Anda. Nantinya dokter akan memutuskan tes kesehatan pra nikah mana yang perlu dilakukan.
Referensi: klikdokter.com, Unair News
Baca juga:
Tips pernikahan dari seorang ibu ini viral, isinya benar-benar jujur