Tepat tanggal 31 Mei 2022 adalah hari yang sangat membahagiakan, dimana aku sah menjadi seorang istri. Benar-benar hari yang semoga penuh keberkahan. Sayangnya kebahagiaan itu berkurang ketika aku terkecoh oleh tespek.
Aku bahagia karena telah menikah, di sisi lain aku sedih karena aku khawatir jika hamil lebih dulu dari pada kakak perempuanku. Ya meski hamil itu adalah Allah yang tentukan dan harusnya aku bahagia karena tidak semua orang diberi rezeki berupa anak.
Sering Memakai, Malah Terkecoh oleh Tespek
Setelah menikah aku tiap kali iseng mengetes HCG ku di tespeck yang harganya murah sekali, aku sengaja beli yang murah namun banyak, sesuai yang salah satu temanku sarankan.
Setiap bangun tidur aku terus mengecek sampai aku hampir benar-benar bosan, karena garisnya selalu 1.
Hingga tanggal 27 Agustus 2022 aku kaget karena hasil tesku garis dua meski satunya masih samar, akhirnya aku tes lagi sebanyak tiga kali untuk menguatkan keyakinanku. Aku pernah baca artikel katanya kalau garis dua meski samar itu positif hamil.
Keesokan harinya aku tunjukkan ke suamiku yang tengah masih tidur, dia nggak begitu respon karena mungkin dia nggak paham perihal tes kehamilan. Atau mungkin juga dia masih ngantuk jadi tidak ikut kaget sepertiku kemarin.
Akhirnya aku biarkan saja, aku berfikir mungkin ini tespeknya yang salah karena harganya murah sekali, bisa saja hasilnya kurang akurat.
Aku terus beraktivitas seperti biasa, bahkan aku tetap ikut kegiatan kunjungan akbar di pesantren pada hari ini, 28 Agustus 2022. Kegiatan yang tidak bisa ditunaikan dengan rebahan.
Disela aku menjalankan tugasku mengamankan/memastikan wali murid tidak masuk kamar dengan aku harus berkeliling pesantren, aku memutuskan untuk menemui tamuku yang tak lain adalah guruku semasa SMP.
Flek yang Dikira Darah Haid
Beliau datang bersama istri dan ketiga anaknya. Setelah berbincang-bincang di teras depan rumah dengan beliau-beliau dan tetanggaku, aku ke dalam rumah untuk meletakkan pesanan kaos kaki yang tadi dibawakan oleh istrinya guruku, tiba-tiba ada sesuatu yang keluar dari Miss-V ku, kukira keputihan atau bercak coklat tanda awal haid karena akhir pekan ini jadwal aku haid.
Akhirnya aku cek ke kamar mandi, ternyata benar seperti aku awal haid, tapi kurang jelas warnanya karena aku pakai CD warna agak gelap. Akhirnya aku coba pakai pembalut, pas aku memakai pembalut ternyata warnanya pink, ya darahku warnanya aneh, yang biasanya kecoklatan kali ini kok jadi warna pink soft.
Aku merasa tidak enak, karena aku pernah baca kalau orang flek itu darahnya warnanya pink, akhirnya aku putuskan untuk memberanikan diri tanya ke kakak ipar dan temanku. Beliau berdua menyarankan agar aku cek ke Bidan, mereka bilang in syaa Allah itu darah karena flek hamil bukan darah awal haid.
Periksa ke Bidan
Akhirnya sore harinya aku mengajak suami untuk ke bidan, hari Ahad itu bidan-bidan terdekat pada tutup, jadinya aku mencari bidan yang buka tapi agak jauh dari tempatku. Bertemulah di google maps bidan yang bernama Hj. Munawaroh, “Alhamdulillah yaa Allah masih ada bidan yang buka hari ini.” ucapku dalam hati.
Di bidan aku ceritakan apa yang aku alami, akhirnya Bu Munawaroh menawariku untuk tes menggunakan tespeck yang mahal, akhirnya aku mau karena agar aku juga tidak ragu.
Setelah beliau melihat hasil tesku beliau bilang,
“Hamil gini lo Jeng…dihati-hati ya, usia kandungan yang masih muda rawan keguguran. Eman…”
“Iya kah Bu?.” tanyaku sembari melihat tespeck yang ditunjukkan oleh beliau, meski sama garis duanya belum begitu jelas.
Beliau menghitung HPHT (Hari Pertama Haid Terakhir) nya sudah sekitar 4 minggu lebih 1 hari. Yang artinya hamilku sudah satu bulan lebih 1 hari.
Masya Allah, Alhamdulillah, aku benar-benar seperti orang yang tiba-tiba dikirim Allah rezeki snagat banyak, sampai aku tidak tahu apa yang dipikirkan. Suami juga terdiam seribu bahasa, aku kira dia nggak suka kabar bahagia ini, tetapi yernyata dia sama denganku, sangking bahagianya sampai tidak tahu harus gimana.
“Kamu kenapa kok diam saja?” tanyaku ke suami ketika menunggu antrian beli nasi setelah ke bidan.
“Aku takut, takut nggak bisa jadi orangtua yang baik.”
“Masya Allah.” aku jadi ingin menitikan air mata, benar juga kata dia.
Selang beberapa hari aku mencari waktu untuk periksa ke Dokter kandungan. Suamiku menyanggupi kami ke dokter jum’at depan, untuk memastikan keadaan janin. Sekalian kami mau sambang ke orangtua suami yang ada di Sidoarjo.
“Hai, Nak. Sehat-sehat ya kamu. Tolong bantu Ibu supaya kuat menghadapi segalanya.” Tulisku untuk calon bayiku di buku diary.
Ngidam yang Cukup Aneh
Dua pekan awal aku tahu kalau hamil, aku masih biasa saja, makan dan minum masih seneng. Tiba-tiba dua pekan setelahnya aku benar-benar mengalami mabok parah, sampai-sampai aku tidak kuat jika mencium sabun yang biasa kupakai di rumah, mulai dari sabun mandi, sabun cuci baju, sabun cuci piring, odol dan semua yang baunya menyengat.
Akhirnya aku putuskan untuk mengabari Ibu, akhirnya Ibu menjemputku untuk isirahat sementara di rumah ibu.
Dan anehnya ketika aku di rumah Ibu, makanku banyak dan jarangan mual, beda kalau lagi di rumahku, setiap habis makan selalu muntah. Ah apakah aku kangen masakan Ibuku ya?
Aku kalau di rumah, makan 4 sendok nasipun kuat hanya dengan sambal tomat hijau bikinan Ibu. Tapi kalau di rumahku sendiri, makan seenak apapun tetap muntah lagi.
Tiap kali Ibu menggurauiku kata beliau besok anakku mau ikut sama beliau.
Beliau gurau begitu karena saat ini kesepian, kedua adikku yang biasa di rumah dengan Ayah Ibu, sekarang sudah pada mondok.
Disclaimer:
Pandangan dan informasi yang diceritakan di dalam artikel ini merupakan pendapat penulis dan belum tentu didukung oleh theAsianparent atau afiliasinya. TheAsianparent dan afiliasinya tidak bertanggung jawab atas konten di dalam artikel atau tidak bisa diminta pertanggungjawaban untuk kerusakan langsung atau tidak langsung yang mungkin diakibatkan oleh konten ini.