"Tantangan saat Hamil 40 Minggu, Air Ketuban Hijau dan Bayiku Terancam!"

Pandangan dan informasi yang diceritakan di dalam artikel ini merupakan pendapat penulis dan belum tentu didukung oleh theAsianparent atau afiliasinya. TheAsianparent dan afiliasinya tidak bertanggung jawab atas konten di dalam artikel atau tidak bisa diminta pertanggungjawaban untuk kerusakan langsung atau tidak langsung yang mungkin diakibatkan oleh konten ini.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Momen melahirkan merupakan momen yang paling di tunggu-tunggu bagi ibu hamil, begitupun dengan saya. Bahkan hari pertama saya mendapatkan garis dua pada tespek, malamnya sudah berangan-angan tentang proses melahirkan. Saya sangat bersyukur sekali saat proses kehamilan pertama saya ini, saya merasa dimudahkan hingga waktu berlalu begitu cepat, akhirnya di usia kandungan saya yang ke 40 minggu ini, saya harus tenang atau malah tertantang?

Umumnya ibu melahirkan di usia kandungan 38-39 minggu, bahkan ada yang sampai dengan usia 42 minggu. Hal ini yang membuat saya tenang awalnya. Untuk mendapatkan ketenangan yang pasti, saya dan suami memutuskan kontrol ke obgyn kami tepat di usia kandungan ke 40 minggu.

Hingga saat saya dan suami mengunjungi obgyn kami, ketenangan itu berubah menjadi tantangan bagi saya. Dokter mengatakan bahwa saya harus segera melahirkan, dikarenakan plasenta sudah mulai rapuh (pengapuran plasenta), berat badan bayi kian membesar, dan air ketuban yang mulai berkurang.

Tantangan saat Hamil 40 Minggu, Belum Kontraksi

Tantangan terbesar saya saat itu adalah harus segera melahirkan akan tetapi sampai saat itu pula saya belum merasakan apa yang namanya “kontraksi”.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Dokter membuatkan jadwal persalinan saya besok dan memberikan opsi untuk “Induksi” atau “oprasi sesar”. Entah karena gerogi atau khawatir suami menentukan pilhan “induksi” tanpa berunding dengan saya terlebih dahulu. Padahal setelahnya saya tanya apa itu “induksi” suami hanya geleng-geleng kepala.

Pikirannya saat itu apapun jalan persalinan istrinya asal jangan operasi!. Sekitar pukul 11 malam saya merasakan seperti mules di perut, saya pikir itu hanya kontraksi palsu. Tak diam begitu saja, saya mulai naik-turun tangga, melatih pernafasan saya lagi, hingga saya merasakan kontraksi sesungguhnya.

Setibanya di Rumah Sakit, perawat mulai memeriksa dan ia mengatakan bahwa saya masih dalam “bukaan 1”. Karena ini pengalaman pertama saya dan suami, saya merasakan mules yang amat luar biasa, sampai saya tidak bisa mengendalikan diri saya sendiri, panik dan akhirnya saya naik turun kasur ke kamar mandi sampai pagi.

Menunggu Bukaan sebelum melahirkan

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Sampai obgyn saya visit sekitar pukul 07.30 memeriksa saya kembali dan ternyata sudah di “bukaan 3” dokter menyarankan saya untuk sabar menunggu sampai bukaan lengkap, tapi karena melihat saya yang kesakitan luar biasa dan lemas karena tidak tidur semalaman, obgyn saya pun menawarkan untuk segera tindakan oprasi.

Suami mengiyakan karena mungkin tidak tega melihat kondisi istrinya yang semakin lemas. Pro dan Kontra di keluarga karena kami memutuskan mengambil tindakan operasi, saya dan suami tidak menyesal karena saat proses operasi, DSA dan obgyn kami mengatakan air ketuban sudah hijau, anak kami buang air besar karena saya panik semalaman, sedikit telat tidak mengambil langkah operasi ini, obgyn dan DSA kami angkat tangan/tidak mau mengambil resiko.

Bersyukur karena Anak kami lahir selamat

Rasa syukur saya yang teramat dalam melihat anak saya lahir dengan selamat tak kurang satupun. Rasa Bangga walaupun ada rasa sedikit minder karena tidak bisa melahirkan normal, namun rasa minder itu hilang setelah melihat senyum pertama anak kami.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Sebelumnya saya, suami dan keluarga telah sepakat untuk tidak memaksakan si calon bayi lahir di usia kandungannya yang keberapa, kami hanya mengharapkan keselamatan dan kesehatan saya dan si calon bayi lebih dari cukup.

Sayapun merasa usaha saya sudah maksimal untuk kelancaran proses melahirkan, seperti rajin minum vitamin ibu hamil, kontrol setiap bulan, rajin berolahraga dan melatih pernafasan, belajar dan mencari-cari informasi mengenai persalinan dimanapun.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Meskipun pada akhirnya tidak sesuai dengan yang di rencanakan dan di harapkan setidaknya pengalaman ini akan saya jadikan pembelajaran untuk persiapan hamil dan melahirkan anak kedua. Menjadi ibu tidak berhenti disaat melahirkan saja, karena semua wanita bisa melahirkan tetapi belum tentu bisa menjadi Ibu.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan