Kisah Takamatsu: Bertahun-Tahun Mencari Istri yang Hilang Paska Tsunami Hingga ke Dasar Laut
Paska Tsunami Jepang 2011, istrinya menghilang di tengah kepanikan bencana. hingga kini, Takamatsu terus mencari istrinya, dalam keadaan hidup atau mati.
Tsunami dahsyat menyerang Jepang 2011 lalu. Hingga kini, ada banyak korban yang tidak kembali dan tidak teridentifikasi keberadaannya termasuk istri dari Yasuo Takamatsu yang bernama Yuko.
Awalnya, ia mulai melakukan pencarian di daratan sekitar bank tempat istrinya diduga tersapu tsunami. Pencarian berlanjut hingga ke gunung dan wilayah sekitarnya. Karena mayat yang identifikasi mirip istrinya belum juga ditemukan oleh Tim SAR, maka ia memutuskan untuk melakukan pencarian secara pribadi sejak September 2013 hingga kini.
Untuk memaksimalkan pencariannya, ia mendaftar kursus menyelam. Padahal saat itu usianya sudah menginjak 63 tahun.
“Alasan utama mengapa aku belajar menyelam adalah, aku ingin mencari istriku di laut,” tuturnya pada The New York Times..
Latihan selam dan pencarian istrinya tersebut ditemani oleh tim penyelam yang diketuai oleh Takahashi. Ia memilih Takahashi sebagai instruktur sekaligus pendamping pencarian karena saat Tsunami berlangsung dulu, Takahashi berhasil mengevakuasi mayat yang terkunci di dalam mobil yang tenggelam di laut.
Berbekal peta, mereka menyisir kawasan yang memungkinkan mayat korban Tsunami ditemukan. Ia bertekad untuk menemukan istrinya dalam keadaan hidup maupun mati.
Takamatsu menikah dengan Yuko pada tahun 1988 saat istrinya berusia 25 tahun. Saat itu, istrinya berprofesi sebagai pegawai Bank 77 di Onagawa, dan ia bekerja sebagai tentara Jepang.
Ia mengenang, senyuman istrinyalah yang membuat ia sangat tertarik untuk menikahinya. Dia adalah istri yang sopan dan anggun. Hobinya mendengarkan musik klasik dan melukis. Yang membuat Takamatsu tersanjung, istrinya tak pernah menunjukkan hasil karya lukisannya kepada siapapun selain suaminya.
Musibah hilangnya Yuko terjadi pada 11 Maret 2011. Seperti biasa, ia mengantarkan istrinya kerja di bank yang terletak tepat di depan laut. Setelah itu, ia mengantarkan ibu mertuanya ke rumah sakit di daerah Ishinomaki.
Gempa yang berlangsung selama 6 menit dengan kekuatan 9 skala Richter itu tak hanya meluluh lantakkan Ishinomaki, tapi juga hidupnya. Ia segera mengecek kondisi rumah dan mendengarkan siaran radio terkait dengan Tsunami.
Anaknya di Universitas Sendai mengabarkan bahwa dirinya selamat. Tapi, ia tak mendapatkan kabar apapun dari istri maupun anaknya yang masih SMA.
Rumah sakit rusak, listrik mati, segalanya terasa lumpuh.
Namun pada jam 3.21, ia menerima SMS istrinya yang isinya, “Kamu baik-baik saja? Aku akan segera pulang ke rumah.”
Ia lega bahwa istrinya masih hidup. Dugaannya, pegawai bank lari ke gunung Horikiri di dekat sana untuk menyelamatkan diri dari gelombang Tsunami.
Namun situasi jalanan yang kacau dan jalur evakuasi membuat ia tak bisa menghampiri istrinya. Sehingga ia memutuskan untuk pulang dan menunggu situasi yang kondusif.
Ia merasa khawatir pada Yuko karena sebelumnya ia juga pernah menghilang. Kejadian tersebut terjadi pada saat mereka pertama kali kencan di malam tahun baru.
Saat itu Takamatsu mengatakan pada Yuko agar tak jauh-jauh darinya karena kuil tersebut sangat ramai. Yuko mengiyakan perkataannya, namun ia malah hilang. Setelah pendarian yang menegangkan selama 20 menit di antara lautan manusia, Yuko berhasil ditemukan.
Takamatsu berkata bahwa kejadian hilangnya Yuko selama 20 menit itu adalah salah satu peristiwa yang tak akan pernah dilupakannya.
Keesokan harinya, ia segera menuju ke rumah sakit. Ia mendengar bahwa banyak pegawai di perkantoran sekitar bank istrinya yang dibawa ke rumah sakit tersebut.
Namun, ia tak menemukan tanda-tanda bahwa istrinya berada di sana.
Diantara korban luka yang menangis, menjerit, dan kesakitan, ia bertanya pada suster tentang Yuko. Suster menjelaskan bahwa beberapa pegawai bank berhasil menyelamatkan diri di atap.
“Tapi aku tidak kenal ada pasien bernama Yuko di sini,” jawab suster saat itu.
Dengan jantung berdebar dan perasaan hancur, ia memutuskan untuk mencari sendiri istrinya. Ia berkeliling gedung dari satu lantai ke lantai lainnya. Melongok dari satu kamar ke kamar lain. Hasilnya nihil.
Ia juga mencari ke tempat fitnes, hotel, SMP dan lokasi evakuasi lainnya. Ia tak menemukan tanda-tanda keberadaan Yuko. Selain itu, ia juga bertanya ke teman, tetangga dan orang-orang yang mengenal Yuko, tak ada jawaban apapun dari mereka.
Satu hal yang pasti, ia yakin bahwa istrinya masih hidup.
Ia terus melakukan pencarian hingga satu bulan setelah kejadian. Setelah Bank tempat Yuko bekerja dibersihkan, ia menerima satu titik cerah. Ponsel pink milik istrinya ditemukan.
Saat diperiksa, di dalam ponsel tersebut terdapat satu SMS yang belum dikirimkan padanya di jam 3:25, empat menit setelah SMS yang ia terima dulu. SMS itu berbunyi, “Tsunaminya tinggi sekali di sini,”
Dari SMS tersebut, Takamatsu berasumsi bahwa sampai pukul 3.25, istrinya masih hidup. Barangkali saat itu Tsunami sudah melebihi kakinya.
Ia terus melakukan pencarian kemanapun. Usaha yang ia lakukan bahkan sampai memperoleh sertifikat resmi penyelam profesional. Kadang, pencariannya dilakukan di laut pada akhir pekan, kadang juga di masa senggang pada hari kerja.
Kisah tentang Takamatsu yang mencari istrinya mulai banyak didengar orang, terutama mereka yang singgah di sekitar laut tempat Takamatsu biasa menyelam. Selain menjadi buah bibir, Takamatsu pun sering berinteraksi dengan warga sekitar dengan harapan bahwa akan ada seseorang yang mengetahui jejak istrinya.
Hingga akhirnya, seorang komposer musik asal Perancis bertemu dan mendengar cerita tentang perjalanan Takamatsu mencari istrinya. Ia sangat tersentuh dan memutuskan untuk membuat lagu khusus untuk Takamatsu berjusul “Yuko Takamatsu”.
Kini, Takamatsu memiliki aktivitas tambahan selain mencari istrinya. Ia selalu mendengarkan lagu “Yuko Takamatsu” kapanpun dan di manapun ia berada. Di mobil, saat istirahat kerja, saat makan, menjelang tidur, jalan-jalan, dan sebagainya.
“Lagu ini membawa kenangan Yuko kembali lagi padaku karena ini bukanlah sesuatu yang bisa dilupakan,” tutur Takamatsu pada Jennyfer Percy, wartawan The New York Times.
Hingga kini, Takamatsu masih mencari dompet, perhiasan, serpihan baju, dan apapun yang berhubungan dengan istrinya. Ia merasa bahwa berada di laut membuatnya merasa lebih dekat dengan istrinya.
Baca juga:
Kisah Seorang Suami: “Satu Kalimat inilah yang Menyelamatkan Pernikahan Kami…”