Surat Terima Kasih dan Permintaan Maaf dari Seorang Ibu Baru untuk Ibunya

Sebelum berganti tahun dan masih dalam suasana hari ibu, tak ada salahnya ikut menulis surat terima kasih dan permintaan maaf seperti surat berikut ini.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Saat seseorang sudah dewasa dan mulai menjadi ibu, ia akan mulai menyadari bahwa ada banyak hal yang dilakukan oleh seorang ibu. Hal itu yang tidak cukup dituliskan dengan ribuan surat terima kasih dan permintaan maaf dari anak pada ibunya,

Menjalani peran sebagai seorang ibu jadi mengingatkan perjuangan ibu kita saat merawat dan membesarkan kita. Sekedar mengenangnya akan memperkuat perjuangan kita dalam mengasuh anak kita sendiri.

Ini yang dialami oleh Kiah Thomas. Lewat surat terbukanya, ia menyampaikan sebuah surat terima kasih dan permintaan maaf kepada ibunya. Surat ini sebelumnya telah dimuat di laman Babyology.

Aku selalu berpikir ibuku adalah sosok yang sangat mengagumkan. Dia peduli, dia keren, dan mencintaiku tanpa syarat. Sampai akhirnya aku menjadi seorang ibu, dan penghargaanku padanya semakin mendalam. Dia mencintaiku, apapun keadaanku saat itu, urusan popok, amukan, sulit tidur, perilaku dan air mataku. Aku memiliki pemahaman yang lebih baik dari apa yang terlihat seperti sekarang. Surat ini diperuntukkan untuknya dan untuk semua orang yang pernah menjaga para manusia mungil lainnya. Ibuku tersayang…
Engkau bagaikan sebuah bom. Maksudku, engkau adalah luapan kebaikan. Engkau adalah sosok yang sangat mengagumkan di mataku. Ada begitu banyak hal yang bisa aku katakan kepadamu terutama saat aku mengalami sendiri rasanya mengurus anak-anak. Tentang apa yang aku rasakan tentang segala sesuatu yang sudah (dan masih) kau lakukan untukku. Pada akhirnya, apa yang ingin aku utarakan kepadamu terangkum dalam dua hal: Terimakasih, dan maafkan aku. Aku akan menulis soal terimakasih padamu lebih dulu sehingga engkau bisa berpilikir positif ketika engkau mulai membaca bagian permintaan maafnya. Aku harap engkau tak masalah dengan ini.

Terima kasih

Terima kasih telah mencintaiku tanpa syarat. Bahkan ketika aku memuntahimu, pup di bajumu, dan berteriak padamu. Aku harap, aku hanya melakukan itu saat aku masih balita. Karena kenangan saat aku berumur enam, tujuh, dan sekitar dua puluh enam tahun yang lalu sudah agak kabur. Terima kasih atas kesabaranmu padaku ketika aku mulai frustasi. Terima kasih telah membantuku menemukan cara untuk menenangkan diri, dan memelukku ketika aku membutuhkan kenyamanan. Terima kasih telah mengizinkanku untuk mendatangi tempat tidurmu setiap malam. Pada saat umurku empat tahun, menyusuri lorong rumah itu rasanya seperti sedang melakukan perjalanan berharga yang menyenangkan. Namun, kehangatan, cinta dan rasa aman yang kau berikan setelahnya selalu setimpal. Terima kasih telah membuatkanku camilan kue muesli ketika aku ingin cupcakes coklat. Bahkan, di saat aku tidak menyukai ukuran pahaku, kau akan bilang bahwa pahamu dua kali lebih besar dari pahaku. Terima kasih karena telah memaafkan aku. Untuk tidak mengajakku bertengkar melawanmu, dan untuk memulai setiap harinya dengan lembaran baru. Terima kasih telah memasakkanku makan malam setiap malam. Terima kasih telah mengganti popokku. Terima kasih untuk bermain denganku, telah membacakan buku untukku, dan telah terjaga bersamaku. Terima kasih untuk tidak mengatakan ‘tuh kan, apa aku bilang’, meskipun aku sudah memberikan banyak alasan yang tak terhitung jumlahnya untuk melakukan kesalahan itu. Terima kasih untuk menyimpan recehanmu di tempat persembunyian yang mudah ditemukan. Terima kasih untuk mencintai anak-anakku tanpa syarat seperti halnya kau mencintaiku dulu. Terima kasih telah menerima aku apa adanya, bahkan ketika kita tidak selalu berpikir hal yang sama.

Maafkan aku

Maaf untuk insiden di supermarket dulu, yaitu menyingkirkan kain penutup dadamu ketika kau sedang menyusuiku, maafkan karena telah mengamuk, yang telah mencuri cokelat, kacang-kacangan dan buah anggur. Maafkan aku yang selalu datang ke tempat tidurmu setiap malam. Aku sekarang membayangkan bahwa aku telah membunuh gairah asmara antara kau dan ayah. Aku juga baru menyadari kalau aku tidak punya adik. Padahal ada potensi untuk mengarah ke sana. Maafkan aku yang kadang-kadang sering menyemburkan kudapan muesli. Kue itu sebenarnya benar-benar lezat, hanya saja, itu bukanlah cupcakes coklat. Maafkan aku yang tidak selalu menghargai makan malam yang ibu masak. Sedangkan belakangan, aku berharap bahwa aku bisa membekukan setiap masakanmu di freezer supaya bisa membuatku bertahan menjalani masa dewasa. Jangan ragu untuk datang dan memasakkan aku makan malam kapanpun kau menginginkannya. Aku berjanji tidak akan membuangnya di lantai, melainkan, akan menikmatinya suap demi suap. Maaf karena telah buang air besar. Mengganti popok itu menyebalkan.
Maaf untuk mengatakan ‘tuh kan, apa aku bilang’ setiap kali aku benar. Padahal kau adalah orang yang lebih dewasa dariku. Maafkan aku yang sering mencuri uang recehmu. Tapi sekali lagi, terima kasih untuk menyembunyikan recehan itu di tempat yang mudah ditemukan. Maaf bahwa kadang-kadang aku tidak setuju denganmu. Aku tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika anak-anakku melakukan hal itu, tapi aku tahu bahwa aku tidak akan terlalu suka jika itu terjadi. Maaf untuk tumbuh jadi orang yang dewasa. Kemarin Eli mengatakan kepadaku bahwa dia masih akan memberikanku pelukan ketika dia sudah dewasa nantinya. Aku juga berharap seperti itu. Tidak ada pelukan yang lebih hebat daripada pelukan ayah dan ibu. Kau telah memberikanku gambaran terbaik seperti apa menjadi ibu yang sebenarnya. Aku sangat beruntung dapat memanggilmu dengan sebutan “ibu”. Dengan penuh cinta, Kiah Catatan: Beritahu ayah bahwa ia adalah superhero ku. Aku berjanji, aku akan segera menulis surat padanya. Aku juga akan menuliskan referensi untuk hubungan seks kalian.

Mumpung hari ibu belum lama terlewat, sudahkah Anda menulis surat untuk ibu Anda? Barangkali, surat terima kasih dan permintaan maaf ini bisa jadi inspirasi untuk mengirimkan pesan cinta untuknya yang mulai ditelan usia.

 

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Baca juga:

Surat untuk Ibuku yang Pernah Memukulku saat Masih Kecil

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

 

Penulis

Syahar Banu