Anak dikeroyok teman sekolah hingga tewas, Ibu ini mohon keadilan pada Presiden Jokowi

Hila adalah siswa kelas 1 SMU di Bogor, dia meninggal karena dihajar habis-habisan oleh beberapa siswa SMU lain yang kini masih bebas berkeliaran tanpa diadili. Ibunya mengirim surat kepada Jokowi untuk memberikan keadilan atas meninggalnya Hilarius.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Hati ibu mana yang tak hancur jika melihat anaknya meninggal dengan cara tidak adil. Maria Agnes, seorang warga Bogor mengirim surat kepada Jokowi untuk memberikan keadilan pada anaknya yang meninggal karena penganiayaan.

Melalui sebuah status bertanggal 12 September 2017, ibu Maria Agnes mengirimkan surat kepada Jokowi dengan menceritakan kronologis kematian anaknya yang dihajar habis-habisan oleh anak SMA di Bogor hingga menemui ajalnya.

Surat kepada jokowi, dalam status panjang tersebut dia menulis:

Kepada Bapak Presiden RI Joko Widodo yang saya hormati, salam sejahtera buat Bapak sekeluarga dan seluruh rakyat Indonesia. Bapak, saya adalah seorang ibu biasa dari Kota Bogor yang biasa Bapak kunjungi. Saya tinggal di dekat istana Batutulis Bogor.  Bapak, ijinkan saya mengadu dan bicara apa adanya tentang kekerasan yang merenggut nyawa anak saya, Hilarius Christian Event Raharjo. Siswa kelas 10 di SMU Budi Mulia Bogor, di jalab Kapten Muslihat, lingkungan Gereja Katedral Bogor.  Dan siswa yang membunuh anak saya adalah siswa SMU Mardi Yuana, di Jl. Sukasari Bogor, lingkungan Gereja Katolik Santi Fransiskus Asisi.  Hari demi hari adalah siksaan bagi saya yang menginginkan keadilan untuk penghilangan nyawa anak saya Pak Presiden. Iya, Pak. Saya terhalang oleh hati saya yang tersiksa, oleh syarat autopsi.  Bukankah saya berhak untuk menolak autopsi? Tapi saya inginkan supaya semua pelakunya dihukum. Karena ada 50 orang lebih yang menonton anak saya disiksa sampai sakaratul maut, yang divideokan oleh siswa-siswa sekolah Katolik tersebut. Kenapa anak saya setelah meninggal harus disiksa lagi Pak Presiden? Hilarius diadu seperti binatang, di aena yang penuh sorak sorai anak MY dan BM. Meninggal seketika karena dalam kondisi jatuh ditarik kakinya, diinjak ulu hatinya, jantungnya diinjak, mata memutih. Hila berusaha bangun, dan saat sakaratul maut datang ia kejang-kejang. Dipukul di bagian kepala 6 kali pukulan. Hila meninggal di TKP, di lapangan SMUN 7 Indraprasta Bogor. Atas suruhan promotor dari MY, DO-an untuk pukul Hila yang belum KO katanya. Saat Hila ingin mundur karena tidak mau berkelahi, pinggangnya ditendang oleh ketua OSIS Budi Mulya yang saat itu menjabat. Hingga Hila meninggal dalam hitungan menit.  Dan mereka pelakunya ini tidak dihukum, Pak. Hanya yang saat itu sedang berkelahi saja yang dikeluarkan dari sekolah. Sementara promotoracara BOM BOM dari DO-an Budi Mulya masih bebas berkeliaran, tidak ada tanggung jawab secara moral. Hanya uang pemakaman saja.  Bapak Presiden, saya mohon, Pak. Supaya ada penyempurnaan peraturan hukum, untuk kekerasan yang mengakibatkan tunas bangsa harapan negara dan orangtuanya tiada. Nyawanya dihilangkan tanpa belas kasihan. Meski pembunuhnya masih di bawah umur, namun akibatnya tetap sama. Melenyapkan nyawa orang lain. Saya sedih dan hancur Bapak Presiden, mohon Bapak membantu saya untuk memberikan keadilan.

Hila, anak SMA yang meninggal karena kekerasan. Ibunya mengirim surat kepada Jokowi meminta keadilan.

Peristiwa tragis itu terjadi pada bulan Agustus lalu, hingga kini ibu Maria Agnes terus mengupayakan keadilan untuk mendiang anaknya yang telah tiada. Meski SMA Budi Mulya tempat pelaku berada seolah berusaha menutupi kasus ini.

Ibu Agnes terus berupaya mengirim surat kepada Jokowi lewat status yang ia bagikan di media sosial.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Peristiwa ini tentu saja membuat orangtua khawatir, akan dampak kekerasan di kalangan anak sekolah yang bahkan bisa sampai menghilangkan nyawa. Kerjasama orangtua dan pihak sekolah harus selaras dalam mencegah hal seperti ini terjadi.

Artikel terkait: Anak jadi pelaku bullying? Ini yang harus dilakukan orangtua

Nasi sudah menjadi bubur, Hilarius telah pergi dan takkan pernah kembali. Sang ibu harus melewati hari-harinya tanpa kehadiran sang anak yang amat dicintainya. Kini ia harus hidup dengan kenangan senyum dan tawa sang anak yang takkan pernah dilihatnya lagi.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Semoga ibu Maria segera mendapat keadilan yang ia cari, dan para pelaku yang membuat Hilarius meregang nyawa karena tak mampu menahan kekerasan fisik yang dialaminya, bisa segera diadili.

Kami semua di theAsianparent Indonesia mengucapkan turut berduka cita yang sedalam-dalamnya atas meninggalnya Hilarius. Semoga dia mendapatkan ketenangan di alam sana.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

 

Baca juga:

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Penulis

Fitriyani