Kisah perjuangan seorang ibu demi buah hati selalu menyentuh kalbu. Saat melahirkan, ibu lah yang paling berbahagia menyambut bayinya. Pun saat kehilangan anak, ibu pula yang paling merasakan sedihnya. Itulah yang dirasakan Stefany Putri.
Perjuangan demi memiliki si buah hati dilakukan oleh wanita yang akrab disapa Puput ini. Kepada theAsianparent Indonesia, ia menceritakan kisahnya.
Puput (panggilan Stefany Putri) adalah seorang ibu muda yang berprofesi sebagai fotografer. Ia baru saja mengalami ‘nikmatnya’ berjuang demi buah hati. Namun sepertinya takdir belum berpihak kepada founder Bukaan Moment (jasa foto dan video khusus momen melahirkan) ini.
Puput harus kehilangan buah hatinya bahkan sebelum sempat bertemu. Janin kembar yang dikandungnya meninggal di usia 19 minggu. Pengalaman istimewa itu ia bagikan dalam postingan di akun Instagramnya sejak awal program kehamilan hingga saat kehilangan.
Perjalanan panjang Stefany Putri, dari inseminasi sampai bayi tabung
Stefany Putri dan Andreas Aditya Swasti pertama kali menjalani program inseminasi di RS Hermina Jatinegara pada tahun 2016 namun gagal. Kemudian Maret 2019 pasangan suami istri ini kembali melakukan inseminasi. Sayangnya lagi-lagi gagal.
Setelah melalui banyak pertimbangan, Agustus 2019, Puput dan Eas (panggilan akrab sang suami) akhirnya mantap untuk mencoba program tingkat lanjut yakni bayi tabung atau in vitro fertilization (IVF).
Mengetahui keberhasilan bayi tabung hanya 50%, pasangan yang telah 6 tahun menikah ini pun mempersiapkan mental. Desember 2019, perjalanan bayi tabung dimulai. Mereka menjalani program ini di IVF Morula Jakarta.
Artikel terkait: 2 Artis yang sukses punya anak lewat program Morula IVF, bagaimana prosedurnya?
Puput sangat antusias dengan program IVF ini dan rajin membagikan setiap momen dan tahapannya di Instagram dengan tagar ‘JourneyToBukaan’. Mungkin pekerjaannya mengabadikan momen ibu-ibu melahirkan membuatnya tak ingin kehilangan momennya sendiri.
Dia menuliskan perjalanan IVFnya dengan sangat detail dan menyenangkan untuk dibaca. Mulai dari proses stimulasi sel telur, pengambilan sel telur atau Ovum Pick Up (OPU), mempertemukan sel telur dengan sperma hingga menjadi embrio. Tentu saja informasi yang disampaikan Puput sangat bermanfaat bagi Parents yang sama-sama berjuang mengupayakan kehamilan.
Janin kembar berusia 19 minggu itu kondisinya memburuk
11 April 2020, Puput kembali mengunggah postingan IVFnya di Instagram. Berbeda dengan sebelumnya, kali ini dia membagikan kisah sedih.
Menikmati perjalanan sejak dari embrio, melihat kantong janin, mendengar detak jantung, mengetahui jenis kelamin adalah hal yang sangat indah bagi kami. Betapa indahnya dan bersyukur setiap melihat pertumbuhan yang terjadi, berat kedua janin yang sesuai walaupun beratku belum bertambah banyak. #JourneyToBukaan Hingga di suatu siang, 5 Maret. Raut muka dokter sedikit berubah saat melakukan USG. “Bad news untuk hari ini, saya ga bisa menemukan detak jantung janin kamu yang 1, gak ada pergerakan juga. Yang satu masih ada, tapi kamu langsung ke Fetomaternal ya habis ini,” tulis Puput.
Fetomaternal merupakan salah satu cabang dari bagian kandungan dan kebidanan. Melalui pemeriksaan fetomaternal, kelainan pada janin (fetus) atau ibu (materna) bisa dideteksi sejak dini.
Artikel terkait: USG Fetomaternal, kapan ibu hamil perlu melakukan pemeriksaan ini?
Kaget! Namun tetap harus tenang, karena ada 1 janin lagi yang masih bertahan di rahimku. Tenang, supaya ia tidak merasakan kesedihan yang hadir padaku. Walaupun pasti di dalam sana ia merasakan sedih karena saudaranya sudah meninggalkan terlebih dahulu. ”Janin yang satu lagi kondisinya kurang bagus juga, besok kita coba lakukan transfusi darah langsung ke janin ya, kita coba upayakan”, ujar dokter fetomaternal yang langsung kami datangi saat itu juga. Malamnya, kami langsung ke Bank Darah, sambil berdoa supaya darah yang dibutuhkan tersedia.
Stefany Putri harus merelakan si kembar pergi
Esok paginya, proses itu pun dilakukan. Ternyata tidak mudah untuk mencari vena janin, 3 dokter pun mencoba melakukan yang terbaik, hingga akhirnya setelah 2 jam lebih, berhasil juga dilakukan transfusi darah ke janin. Tanpa bius, perut ini ditusuk dengan alat seperti jarum namun lebih panjang. Nikmati rasa yang hadir, demi keselamatan janin kami. Sebelum pulang, USG pun dilakukan dulu, detak jantung ada. 7 Maret, kembali ke dokter kami untuk periksa setelah tindakan. “Semoga upaya yang kemarin, bisa memberi hasil yg baik ya, yuk kita cek dulu”. “Semalam ada ngerasain gerakan janin ga?” Ada dok kayak di geli-geliin gitu. “Tapi sekarang gak ada gerakan sama sekali Put”. Air mata pun sudah mulai jatuh ke pipi. Janin satu lagi ikut bersama saudaranya, mereka memilih untuk tetap bersama ke Surga yang indah itu. Selamat jalan Mas Kaka dan Mas Kiko, terima kasih untuk 19 minggu kebersamaan kita yang sangat indah ini 🖤
Demi membaca tulisan ini, pengikut Instagram Stefany Putri ikut bersedih dan membanjiri kolom komentar dengan ungkapan duka cita.
Terima kasih atas kisah yang dibagikan, Puput. Semoga kelak Tuhan memberi hadiah istimewa sebagai pengganti si kembar Kaka dan Kiko.
Sumber: Instagram/putciput
*theAsianparent Indonesia telah mendapatkan ijin dari yang bersangkutan untuk memublikasikan kisah ini
Baca juga: