Mlahirkan, satu kata yang dinanti seorang ibu yang sedang mengandung. Ya 9 bulan lamanya hitungan secara umum. Saat aku melahirkan dibulan April tepatnya ditanggal 26 saat bulan Ramadan ditahun 2022, itu berada diusia 41 minggu kandungan.
Sebelumnya aku masih ikut berpuasa di usia kandungan yang sudah hamil tua. Aku hanya berfikir ini merupakan afirmasi positif dan aku yakin untuk dipermudah dan diperlancar dalam persalinan kelak. Bidan pun melihat riwayat perjalanan kehamilan dan mengiyakan untuk berpuasa. Oh iya, kebetulan dari awal hamil sampai mau melahirkan aku sudah naik 18 kilo.
Aku masih tetap berpuasa, HPL pun semakin dekat dan aku masih rajin untuk berolahraga, jalan pagi, senam dan mengepel lantai. Saat aku kontrol di HPL, bidan cek sudah pembukaan 1 dan aku diberikan obat dibawah lidah yang akan merangsang untuk kontraksi. Bidan info nanti malam jam 1 akan muncul kontraksi dan jangan kaget jika itu terjadi. Namun, aku tidak merasakan apapun. Akhirnya aku ke bidan lagi jam 1 malam dan benar saat dicek belum ada tambah bukaan dan aku pun pulang kembali.
Setiap hari aku ke bidan sampai pada akhirnya masuk di hari ke 10 dan sudah 2 kali usg bahwa bayi masih dalam keadaan sehat. Suami pun sudah mulai wfh sejak aku pembukaan 1 pada waktu itu.
Di hari ke 11 lewat hpl, pagi hari bidan menginformasikan untuk cek bukaan lagi dan hasilnya belum ada perubahan. Sebeneranya bidan menawarkan induksi, diinfokan plus minusnya. Namun, aku dan keluarga tidak mau dan masih menunggu kontraksi itu datang, ditambah lagi hasil usg yang masih bisa menunggu seminggu kemudian.
Saat itu, total cek pembukaan dari bidan sudah lebih 8 kali, namun tidak ada tambahan sama sekali tetap dibukaan 1 sampai hari ke 11. Jujur, saking seringnya cek pembukaan, ini menjadi hal yang paling aku takutkan, karena memang sesakit itu. Oh iya, Bidan juga menginfokan keesokan harinya akan mudik karena memang tanggal yang sebentar lagi akan Idul Fitri. Sesampainya di rumah, aku dan keluarga memutuskan untuk meminta rujukan ke RS.
Semua dipermudah oleh Allah, hari itu juga bidan mengantar ke RS karena masih ada kuota untuk Secar dan ini serba dadakan. Tapi untuk dokumen aku sudah menyiapkan dari jauh hari dan perlengkapan persalinan.
Kebetulan saat aku mau melahirkan itu aku masih puasa ramadan sampai aku masuk ke ruang operasi belum minum air sama sekali. Tepat pukul 16.40 wib, bayi cantik ini melihat keindahan dunia, dengan berat 2.99 kg dan panjang 52 cm. Jujur saat aku diperlihatkan rasanya hanya bisa menitikan air mata dan menahan rasa dinginnya tubuh ini. Ntah dingin karena suhu ruangan atau memang efek dari obat bius.
Setelah selesai dan masuk di ruangan khusus selama 1 jam. Aku dipindahkan ke ruangan rawat. Dokter menginformasikan bahwa usia kandungan sudah 41 minggu dan ketuban sudah berubah warna (hijau) maka dari itu dd bayi harus di cek lab untuk memastikan apa ada cairan yang terminum atau tidaknya. Aku terkejud dan berfikir, Alhamdulillah ini sudah jalan yang Allah berikan untuk segera tindakan, tidak tahu apa yang terjadi jika tetap menunggu.
Dd bayi pun sudah bersama aku sejak malam sehabis operasi dan tidur bersama, walaupun masih didalam box bayi. Keesokan harinya dokter menginfokan bahwa bayi kami sehat dan belum meminum air ketuban. Alhamdulillah, senang sekali mendengarnya dan di hari ke 2 kami sudah boleh pulang ke rumah.
Aku percaya, apa yang menjadi kehendak Allah akan terjadi. Bisa melalui insting dari ibunya sendiri yang mengandung ataupun keluarga. Tapi, balik lagi semua demi kebaikan ibu dan bayi, semua ingin sehat dan normal. InsyaAllah setiap manusia sudah diberikan skenario yang indah pada waktunya oleh Allah. Semoga kita semua selalu dalam lindungan Allah SWT. Amiiiiiin.
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.