Jika Parents merasa sering berbelanja dan menyebut diri sebagai seorang shopaholic, sebaiknya jangan asal menyebut istilah ini. Mengapa? Karena ini sebenarnya adalah sebuah penyakit mental dan gejalanya bukan hanya sering berbelanja.
Dilansir dari PsychGuides.com, shopaholic atau pecandu belanja adalah seseorang yang berbelanja secara kompulsif dan mungkin merasa tidak memiliki kendali atas perilakunya.
Artikel terkait: 6 Zodiak Paling Boros dan Doyan Belanja, Anda Salah Satunya?
Jenis-Jenis Shopaholic
Menurut Shopaholic Anonymous, ada beberapa jenis shopaholic, sebagai berikut:
- Shopaholic kompulsif: berbelanja ketika mereka merasa tertekan secara emosional
- Shopaholic piala: selalu berbelanja barang yang sempurna
- Shopaholic citra: ingin image sebagai tukang belanja dan menyukai barang-barang mencolok
- Shopaholic pencari barang murah: membeli barang yang tidak mereka butuhkan karena sedang obral
- Shopaholic bulimia: terjebak dalam lingkaran setan pembelian dan pengembalian
- Shopaholic kolektor: tidak merasa lengkap kecuali memiliki satu item di setiap warna atau setiap bagian dari satu set
Penyebab Shopaholic
Menurut Ruth Engs dari Indiana University, beberapa orang mengembangkan kondisi ini karena pada dasarnya mereka kecanduan dengan apa yang otak mereka rasakan saat berbelanja. Saat berbelanja, otak akan melepaskan endorfin dan dopamin, yang seiring waktu bisa membuat perasaan tersebut menjadi adiktif.
Profesor dalam ilmu kesehatan terapan ini mengklaim bahwa 10-15 persen populasi manusia mungkin memiliki kecenderungan terhadap perasaan ini. Tak heran jika orang yang kecanduan belanja banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.
Gejala Fisik dan Emosional Seorang Shopaholic
Meskipun sebagian besar kecanduan memiliki gejala fisik yang terkait, tetapi kecanduan berbelanja sepertinya tidak. Dalam kebanyakan kasus, gejala dialami karena kecanduan belanja bersifat emosional. Bukti fisik salah satunya adalah situasi keuangan yang menurun.
Sementara gejala emosional yang sering dialami oleh shopaholic adalah mencoba untuk menyembunyikan apa yang mereka belanjakan. Jika Parents selalu menyembunyikan tagihan kartu kredit, tas belanja, atau kuitansi dari pasangan, Anda mungkin seorang shopaholic.
Beberapa gejala emosional lain yang mungkin dilakukan seorang pecandu belanja adalah:
- Menghabiskan lebih dari yang dimampu
- Belanja sebagai reaksi terhadap perasaan marah atau depresi
- Belanja sebagai cara untuk mengurangi rasa bersalah tentang belanja sebelumnya
- Merusak hubungan karena belanja atau belanja terlalu banyak
- Kehilangan kendali atas perilaku belanja
Artikel terkait: Anti Kalap, Simak 5 Kiat Cerdas dan Hemat Belanja Kebutuhan Bayi
Pola Pikir Seorang Shopaholic
Dilansir dari HelloSehat, Mark Banschick M.D., mengatakan seorang shopaholic merasa memiliki keharusan untuk berbelanja. Inilah yang membuat mereka disebut sebagai gangguan mental yang dapat merusak. Menurut verywell.com, inilah beberapa pola pikir seorang yang kecanduan berbelanja.
1. Terus berusaha disukai orang lain
Menurut penelitian, seorang shopaholic biasanya memiliki kepribadian yang lebih menyenangkan dibandingkan dengan orang tidak kecanduan belanja. Artinya, mereka baik hati, simpatik, dan tidak kasar kepada orang lain.
Banyak orang kecanduan belanja yang merasa kesepian dan terisolasi, menjadikan pengalaman berbelanja dan berinteraksi secara positif dengan penjual menjadi cara untuk meningkatkan hubungan dengan orang lain.
2. Harga Diri Rendah
Ini adalah karakteristik paling umum yang ditemukan dalam studi mengenai kepribadian pecandu belanja. Menurut para pecandu belanja, berbelanja adalah cara untuk meningkatkan harga diri. Terutama jika objek yang dibeli terkait dengan citra yang ingin mereka miliki.
Namun, harga diri rendah juga dapat menjadi konsekuensi dari shopaholic. Terutama jika dengan banyaknya utang yang dimiliki. Hal itu dapat meningkatkan perasaan tidak mampu dan tidak berharga.
3. Memiliki Masalah Emosional
Shopaholic cenderung tidak memiliki ketidakstabilan emosional atau perubahan suasana hati. Penelitian menemukan, mereka sering menderita kecemasan dan depresi. Nah, belanja sering dijadikan alat untuk memperbaiki mood, meskipun hanya sementara.
4. Sulit Mengontrol Perilaku Impulsif
Sebenarnya, perilaku impulsif adalah hal alami yang mendorong orang untuk melakukan sesuatu secara tiba-tiba. Namun, perilaku ini harus dikontrol sehingga tidak kebablasan. Pada shopaholic, mereka memiliki impuls berlebih dan tak terkontrol untuk berbelanja.
5. Selalu Memanjakan Fantasi
Orang yang gila belanja biasanya memiliki fantasi lebih kuat dibandingkan orang lain. Shopaholic dapat berfantasi mengenai sensasi berbelanja ketika terlibat dalam kegiatan lain. Mereka bisa membayangkan seluruh efek positif dari membeli objek yang diinginkan sehingga dapat melarikan diri dari realita kehidupan.
6. Cenderung Materialistis
Penelitian menunjukkan, orang yang kecanduan belanja lebih materialistis dibandingkan dengan pembeli lain. Namun, secara mengejutkan mereka juga sama sekali tidak memiliki ketertarikan untuk memiliki benda-benda yang dibeli. Itulah mengapa orang yang kecanduan belanja cenderung membeli hal-hal yang tidak dibutuhkan.
Artikel terkait: 9 Aplikasi Belanja Sayur dan Kebutuhan Pokok, Nggak Perlu Repot ke Pasar!
Efek Jangka Pendek dan Panjang Kecanduan Belanja
Efek Jangka Pendek
Dalam banyak kasus, mereka mungkin merasa senang setelah berbelanja. Namun, perasaan ini sering bercampur dengan kecemasan atau rasa bersalah. Dalam banyak kasus, perasaan tersebut membuat mereka kembali ke toko untuk berbelanja lebih banyak lagi.
Efek Jangka Panjang
Dalam jangka panjang, efek kecanduan bisa bervariasi dalam intensitas dan cakupannya. Banyak pecandu belanja menghadapi masalah keuangan dan kewalahan menghadapi utang. Mereka bahkan bisa memaksimalkan batasan kartu kredit, menggadaikan harta, dan hal berisiko lainnya.
Hubungan pribadi juga mungkin akan terganggu. Banyak shopaholic yang berakhir dengan perceraian atau menjauhkan diri dari orang tua, anak-anak, dan orang yang dicintai.
Apakah Kecanduan Ini Bisa Diobati?
Menurut MSN Money, penelitian tentang obat-obatan yang dapat mengobati kecanduan belanja belum memiliki bukti konklusif. Para ahli tidak bisa dengan pasti menentukan jenis obat mana yang paling membantu dalam menangani masalah ini. Namun, banyak shopaholic berhasil mengobati kecanduannya dengan mengonsumsi obat anti-kecemasan atau bahkan obat antidepresan.
Itulah informasi mengenai shopaholic yang perlu Parents ketahui. Jika merasa diri atau keluarga ada yang mengalami masalah ini, jangan ragu untuk menghubungi profesional untuk mengatasinya, ya.
Baca juga: